Chapter 4 : My Heartache

353 326 41
                                        


Jiwoo terbangun di pagi hari, ingatannya berputar kembali pada kalimat Mujin yang mengatakan ia akan bertunangan.

"Aku hanya akan menyimpan perasaan ini sedalam-dalamnya. Choi Mujin.. berbahagialah untukku.." gumam Jiwoo yang perlahan mulai tertidur kembali, fisik dan batinnya terasa begitu lelah.

Dddrrrtttt!! Dddrrrtttt!!

Jiwoo meraba-raba kasurnya mencari ponselnya yang bergetar. Ia mengangkat ponselnya walau kepalanya terasa pusing dan berat, keringat dingin bercucuran dari pelipisnya.

"Yeoboseyo.."

"Apa kau sakit?" Jungwoo meneliti suara Jiwoo yang terdengar lemah dan serak, membuat Jiwoo membuka matanya.

"Oppa.. sepertinya hari ini aku tidak bisa masuk kerja, aku tidak enak badan. Aku cuti hari ini" Jiwoo yang merasa kian pusing akhirnya kembali tertidur.

"Jiwoo-ya.. Yoon Jiwoo!" teriak Jungwoo semakin panik.

Ceklek

Jungwoo masuk ke kamar Jiwoo dengan membawa baskom kecil dan handuk, ia cukup cekatan mengompres dahi Jiwoo, memeriksa suhu badan sambil menatap Jiwoo yang sedari tadi mengigau nama seseorang walau tidak jelas tapi Jungwoo bisa menebak siapa.

Pria itu terlihat sedih dan sakit hati. Ia mengingat Jiwoo pernah mabuk dan tidak sengaja meracau tentang cinta pertamanya. Sekarang Jungwoo tau siapa pria yang dimaksud Jiwoo.

Beberapa jam kemudian Jiwoo terbangun, ia melihat Jungwoo yang hampir tertidur karena menunggunya.

"Oppa.." Jiwoo memegang lengan Jungwoo.

"Ohh.. kau sudah bangun?" Jungwoo meletakkan punggung tangannya di dahi Jiwoo dan merasakan demamnya sedikit turun.

"Aku sudah memasak bubur, tunggu sebentar" Jungwoo mengusap puncak kepala Jiwoo dengan kasih sayang.

Jiwoo tersenyum dan mengangguk. Jungwoo masuk ke kamar membawa nampan berisi semangkuk bubur, segelas air putih dan obat.

"Oppa, bagaimana kau bisa masuk?"

"Ehm.. itu, aku bertanya pada eommonim karena aku takut kau pingsan. Buka mulutmu"
Jungwoo menyuapi Jiwoo.

"Gomawo oppa.. aku selalu merepotkanmu" Jiwoo berusaha tersenyum dengan wajah dan bibir pucatnya.

Jungwoo tersenyum dan mengangguk.

Selesai makan dan minum obat, Jiwoo hendak kembali beristirahat.

"Oppa, pulanglah.. kau sudah seharian disini menjagaku, maaf."

"Gwaenchana. Aku akan tidur di sofa. Panggil aku jika kau butuh sesuatu, araseo?" Jungwoo mengusap lembut pipi Jiwoo yang di balas anggukan.

Bukan kali ini saja Jungwoo menjaga Jiwoo yang sakit, saat kuliah dulu Jiwoo juga pernah sakit karena makan dan tidur yang tidak teratur.

***

"Mujin-aa.. temani aku memilih cincin pertunangan kita.. kau bahkan tidak memedulikan pertunangan kita bulan depan?" ucap Jihyun dengan suara manja yang membuat Mujin muak.

"Terserah padamu" balas Mujin datar.

"Ya! Bisakah kau sedikit lembut?"

"Kau harus ingat, kita hanya berpura-pura bertunangan" Mujin menghela nafas berat, ia berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan berjalan ke arah Jihyun.

"Ini hanya bisnis, tidak lebih. Kau tidak perlu menganggap ini serius" desis Mujin dengan tatapan tajam.

Tok tok tok

Lie to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang