Mujin mengangkat tubuh ringan Jiwoo ke pangkuannya dan memeluk mesra kedua pinggang Jiwoo sangat erat, Jiwoo mengalungkan lengannya dileher Mujin. Ciuman keduanya semakin panas dan menggebu, kepala keduanya terus bergerak ke arah berlawan tanpa melepas ciuman yang cukup lama.Jiwoo melepaskan ciumannya, keduanya membuka mata saling menatap penuh cinta mendalam. Mujin memeluk Jiwoo menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jiwoo.
"Aku tidak ingin kita berpisah lagi Jiwoo-ya.. kumohon berjanjilah padaku. Aku benar-benar tidak ingin hidup lagi jika kau pergi." ujar Mujin dengan sangat tulus, ia kembali menatap sendu Jiwoo dengan tetesan air mata mulai mengalir dari sudut matanya.
"Jiwoo ya.. aku mencintaimu.. sangat mencintaimu" ucap Mujin lirih.
Jiwoo tersenyum dengan mata berkaca-kaca, dengan kedua ibu jarinya ia menyeka lembut air mata Mujin.
"Aku sangat bahagia mempunyai pria yang begitu mencintaiku.. Terima kasih Mujin-aa untuk cintamu" Jiwoo memeluk kepala Mujin hingga membuat pria itu semakin menangis.
"Aku.. aku terus menahan semua cintaku selama ini, rasanya begitu menyakitkan. Setiap detik bagai pisau yang menyayat nadiku bahkan lebih sakit dari itu"
Mujin mengambil nafas beratnya, Jiwoo mengelus dan mengecup rambut Mujin menenangkan pria itu.
"Aku tau.. maafkan aku.." Jiwoo ikut menetes air mata nya.
Mujin menggeleng dalam pelukan Jiwoo. Ia menarik kepalanya menatap Jiwoo dengan mata sembab dan memerah.
"Ini semua salahku.. aku-"
"Ssttt..." Jiwoo menempelkan telunjuknya di bibir Mujin hingga membuatnya berhenti berkata.
Keduanya bertatapan sangat lama, hingga Jiwoo mendekatkan wajahnya dan mengecup lama bibir Mujin.
"Berhenti menyalahkan dirimu.." Jiwoo menyeka sisa-sisa air mata Mujin.
"Saranghae Jiwoo-ya, neomu saranghae.." Mujin menarik tengkuk Jiwoo dan mengecup hingga melumat lembut bibir candu baginya.
Jiwoo ikut membalas ciuman Mujin. Sepertinya ia juga sudah kecanduan akan bibir pria itu. Sesekali Jiwoo menggigit bibir bawah Mujin.
"Aku ingin menghabiskan malam bersamamu.." bisik Jiwoo ditelinga Mujin.
Mujin menatap tak percaya, kemudian ia tersenyum dan mengangguk. "Mulai malam ini kau sepenuhnya milikku"
Dengan perlahan Mujin memegang kedua paha Jiwoo melingkar di pinggangnya, ia beranjak dari sana, menuju balkon kamar dan masuk ke dalam yang begitu luas dengan ranjang yang besar.
Mujin merebahkan Jiwoo di ranjang dengan sangat hati-hati. Ia kembali melumat bibir Jiwoo penuh cinta dan gairah. Ya, Mujin juga pria normal yang mempunyai gairah yang besar, ia hanya ingin tubuhnya di sentuh dan miliki oleh Jiwoo seorang.
"Ahh.. hmmp..." desah Jiwoo saat bibir Mujin turun ke rahang dan lehernya. Kecupan lembut dan hisapan membuat tanda bekas cinta Mujin disana.
Jiwoo menangkup wajah tampan Mujin. Mata pria itu terlihat sayu, penuh cinta tapi juga bergairah. Jiwoo memeluk Mujin. Pria itu mengecup pipi Jiwoo.
Mujin mengangkat tubuh Jiwoo untuk duduk dipangkuannya. Jiwoo menunduk dan mencium bibir Mujin, jemarinya bergerak melepaskan kancing demi kancing kemeja Mujin hingga bertelanjang dada.
Jiwoo mengecup leher hingga dada bidang Mujin, ia juga mengecup bekas lukanya. Mujin mengelus sayang rambut Jiwoo, ia tau wanita yang ia cintai pasti sedih melihat banyak bekas luka ditubuhnya.
"Cukup Jiwoo-ya.." ucap Mujin serak, ia meraih kepala Jiwoo dan menciumnya.
Mujin melepaskan baju Jiwoo dan menatap tubuh putih nan mulus Jiwoo. walau, ia pernah melihat sekali tubuh Jiwoo saat ia mabuk dan tidur di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie to Me
FanfictionChoi Mujin dan Yoon Jiwoo sama-sama merasakan cinta pertama yang tidak terlupakan, tetapi Choi Mujin terpaksa meninggalkan dan menghilang dari Jiwoo untuk meneruskan perusahaan ayahnya hingga menyisakan luka yang mendalam untuk Jiwoo. Mujin yang tid...