Chapter 2 : Meet Again

334 330 78
                                    


Pria itu mengulurkan tangannya pada Jiwoo yang masih berjongkok dengan air mata yang sesekali masih mengalir.

Kini Jiwoo bisa melihat dengan jelas siapa pria yang berdiri menjulang tinggi di depannya. Dia adalah Ha Jungwoo, direktur sekaligus atasan Jiwoo. Pria dengan rambut tersisir rapi, wajah tampan dengan hidung mancung serta rahangnya terpahat tegas tanpa janggut. Memakai kemeja putih dengan dasi navy dan celana hitam. Jungwoo berjongkok, mata coklat terangnya menatap mata Jiwoo yang sudah bengkak.

"Apa yang membuat seorang wanita menangis disini?" ucap Jungwoo lembut.

"Sa- sajangnim.." panggil Jiwoo dengan suara serak.

Jiwoo buru-buru berdiri sambil menyeka air mata dengan kasar dan membungkuk pada Jungwoo. Ia sangat malu terciduk menangis didepan atasannya pula.

Jungwoo tersenyum tulus memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia berdiri tanpa melepaskan tatapannya pada Jiwoo.

"Kau sudah makan malam? Daripada kau menangis, lebih baik temani aku makan"

"Maaf sajangnim, mataku tadi hanya kelilipan" bohong Jiwoo yang membuat Jungwoo terkekeh.

"Masuklah.." Jungwoo membuka pintu mobil yang terparkir disamping mereka.

"Terima kasih" Jiwoo dengan masuk ke mobil dengan menunduk pada Jungwoo.

"Tapi sajangnim, aku ingin pulang saja. Aku tidak enak badan" ucap Jiwoo membuka percakapan.

"Benarkah? Baiklah kalau begitu"

Mobil Jungwoo berhenti dipinggir jalan, ia berlari keluar dari mobil dan memasuki apotek. Beberapa saat kemudian ia datang membawa sebungkus plastik berisi obat-obatan dan sebotol minuman. Ia menyodorkannya pada Jiwoo.

"Sebelum tidur minumlah obat ini, jangan sampai sakit. Aku tidak ingin melihat pegawaiku sakit" celetuk Jungwoo.

"Tidak perlu repot-repot tapi terima kasih" balas Jiwoo malu.

Jiwoo sampai dirumah, sebenarnya ia hanya beralasan jika ia tidak enak badan. Ia tau betul jika atasannya itu selalu memberikan perhatian lebih padanya. Walau hatinya hanya menyukai seseorang bukan berarti ia tidak peka jika seseorang selalu perhatian padamu.

***

Pagi ini Jiwoo sampai dikantor yang sudah dua tahun menjadi tempat ia bekerja, dengan langkah cepat menuju lift dan ia langsung berhenti membeku saat melihat Mujin disana.

Jiwoo tidak mengerti kenapa pria itu tidak menaiki lift khusus. Ia malah mengantri di lift umum membuat para pegawai tidak berani naik lift itu.

Lama Jiwoo memandang Mujin. Ia masih tidak percaya, pria yang pergi meninggalkannya dan menghilang begitu saja. Sekarang muncul di hadapannya sebagai pemimpin baru perusahaan ia bekerja.

Jiwoo akhirnya memilih menapaki tangga darurat daripada ia harus bertemu Mujin. Padahal ruangannya ada di lantai 20.
Ia melepaskan heels nya agar lebih cepat sampai.

...

Mujin sedang duduk di kursi besarnya, sambil merokok ia membaca biodata Jiwoo.
Ia menghela nafas berat, mengeraskan rahangnya. Ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak saat melihat gadis yang ia sukai.
Ia yakin Jiwoo pasti membencinya karena ia menghilang dan memutuskan kontak secara sepihak. Ia bahkan tidak berani berbicara pada Jiwoo. Tetapi entah mengapa ia merasakan Jiwoo masih menyukainya.

Semalam bukannya ia tidak melihat Jiwoo saat keluar dari pintu. Ia juga melihat dengan jelas dari spion mobil saat Jungwoo menghampiri Jiwoo dan mengajaknya pergi.
Hatinya terbakar saat Jiwoo masuk ke mobil Jungwoo.

Lie to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang