3. Pertemuan Kedua

78 17 2
                                    

"Bagaimana pestanya Delia? Apa semua berjalan lancar?"

"Ceritakan kepada Kami setampan apa penerus Kerajaan Alastrine itu!"

Mary dan Diana yang menunggu kepulangan kedua Kakaknya langsung menjemput Cordelia dan Caroline tepat dipintu masuk. Tapi wajah Cordelia sangat murung. Tanpa mengatakan sepatah katapun ia langsung masuk kekamarnya dan meninggalkan ketiga adiknya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Diana.

"Entahlah, Aku pun tidak tahu apa yang terjadi diantara Delia dan Sebastian. Delia tidur disepanjang perjalanan pulang."

"Apa Delia ditolak? Kita harus menghampirinya kekamar sekarang juga."

"Jangan, berikanlah ia waktu sendiri. Jika hatinya sudah damai, Delia pasti akan menceritakannya kepada kita." Mary menghentikan langkah Diana yang ingin menghampiri Cordelia.

"Iya sudah, biarkan ia beristirahat. Aku pun sangat lelah, akan ku ceritakan pengalaman terbaikku esok hari. Selamat tidur semuanya." Caroline mengecuk kening Mary dan Diana lalu pergi menuju kamarnya.

~~

Keesokkan harinya Cordelia tidak kunjung turun untuk sarapan bersama. Adik-adiknya yang cemas pun memutuskan untuk menyiapkan beberapa roti juga susu dan membawanya ke kamar Cordelia.

"Delia? Bolehkah Kami masuk?" Tanya Caroline dengan lembut.

"Masuklah." jawabnya.

"Hei, apa Kamu baik-baik saja?"

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Laki-laki arogan itu mematahkan hatiku."

Wajah Cordelia memerah seolah ia menahan segala emosinya. Tampak air mata yang bergenang dimatanya pun berusaha ia tahan agar tidak menetes.

Diana memeluk Cordelia.

"Apa alasan dia menolakmu?"

"Dia sudah mempunyai kekasih."

Ketiga adik Cordelia terkejut.

"Tapi Ayah dan Ibu menjodohkan Kamu dengannya kan? Tidak mungkin Ayah tidak memeriksa latar belakang Laki-laki itu. Mungkin ada sedikit kekeliruan."

"Tapi dia meninggalkan ku ditengah orang-orang yang sedang berdansa. Dia meninggalkan ku sendirian Mary, sendirian!" Air mata yang terbendung pun menetes dengan sendirinya.

Caroline, Mary dan Diana berusaha menenangkan Cordelia. Tidak bisa dipungkiri, melihat Kakaknya bersedih mereka pun ikut bersedih seolah merasakan apa yang Cordelia rasakan.

"Maafkan Aku karena meninggalkanmu waktu itu. Jika Aku tahu Kamu diperlakukan tidak baik, akan kutumpahkan wine di pakaiannya." Caroline merasa bersalah karena meninggalkan Cordelia malam itu dan lebih memilih berdansa bersama Charlotte.

"Tidak, ini bukan salahmu. Ini salah Sebastian sendiri."

"Maksudmu?"

"Ya dia bersalah karena menolak wanita secantik Aku. Lagipula jika bukan karena perjodohan, Aku pun tidak ingin menikah dengannya." ucap Cordelia sambil mengusap air mata dipipinya.

Mereka pun tertawa bersama. Ketiga adik Cordelia merasa lega melihat Kakaknya sudah bisa tertawa kembali.

"Carol, bagaimana denganmu? Ceritakanlah pengalamanmu kemarin."

Caroline diam sejenak, mendengar pertanyaan Cordelia barusan ia merasa tidak layak untuk bercerita. Tidak mungkin Caroline menceritakan kepada mereka bahwa ia menemukan cinta pertamanya. Sedangkan dimalam yang sama Cordelia mengalami malam kelabu.

"Tidak ada yang istimewa."

"Benarkah? Tapi Aku melihatmu berdansa dengan Laki-laki dan tampak menikmatinya."

Clearwater Kingdom [Jaemin Heejin Heeseung][END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang