10. Putera Mahkota.

56 14 3
                                    

Upacara pemakaman raja William diselenggarakan pada hari ini. Suasana duka menyelimuti seluruh penjuru Clearwater dan Merrickville. Semua tidak menyangka Raja William yang sangat bijaksana mati secara mengenaskan.

Tentu Ratu Elizabeth adalah orang yang paling menderita saat ini. Namun ia berusaha tegar agar keempat anaknya tidak larut dalam kesedihan.

"Lihatlah Mary, lihat perbuatan kekasihmu. Karena Lelaki rendahan sepertinya, Ayah mati secara sia-sia." Diana menangis histeris sembari menghentak-hentak tubuh Mary yang hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Diana hentikan! Jika Kamu tidak bisa menjaga sikapmu, lebih baik Kamu tinggalkan upacara ini." Cordelia menatap Diana dengan tajam. Bagaimana tidak, disaat semuanya mengheningkan cipta atas kepergian Raja William. Diana hanya sibuk mencari siapa yang salah.

Cordelia tahu perasaan Diana. Semua orang saat ini merasakan hal yang sama. Namun Cordelia merasa apa yang dilakukan Diana saat ini kurang tepat. Raja William atau Ayah mereka harus pergi dengan tenang tanpa memikirkan hal buruk dibalik kematiannya.

~~

Malam setelah upacara pemakaman Ayahnya, Mary kesulitan untuk tidur. Rasanya seperti ada yang mengganjal.

Terlalu banyak Teka-teki atas kematian Raja William. Mary pun memutuskan untuk pergi ke penjara bawah tanah dan langsung menanyakannya kepada Albert.

Namun tidak mudah untuk Mary menemui Albert. Ratu Eliza melarang Mary untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Ratu Eliza tidak ingin Mary berurusan lagi dengan lelaki yang kini menjadi tersangka pembunuhan Raja William.

"Biarkan Aku menemuinya. Aku hanya butuh waktu 5 menit."

"Tapi Tuan Puteri, Ratu Elizabeth tidak mengizinkannya."

Beberapa penjaga Kerajaan menghadang kedatangan Mary dan tidak memperbolehkan Mary mengunjungi Albert.

Mary yang tidak suka menunggu pun mengambil pisau lipat dari balik gaunnya dan seolah ingin melukai lehernya sendiri.

"Beri Aku jalan atau ku lukai leherku dan ku katakan kepada Ibu bahwa Kamu yang melakukannya."

Beberapa penjaga Penjara Kerajaan pun saling tatap.

"Ku beri waktu 5 detik untuk berfikir." Ucap Mary sembari terus mendekatkan pisau lipat kearah lehernya.

"Hanya 5 menit. Jika lebih dari itu Kami terpaksa menarik paksa Tuan Puteri untuk keluar." Jawab Penjaga itu sembari membuka kan pintu masuk ke dalam penjara.

Mary pun berhasil melewati para penjaga.

~~

"Bangunlah."

Dengan wajah yang babak belur Albert berusaha membuka matanya. Sebelah matanya bengkak sehingga ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang datang mengunjunginya. Namun Albert mengenali suara itu.

"Mary, Kau kah itu?"

"Bangun dan jelaskan kepadaku. Mengapa Kamu membunuh Ayahku?"

Albert mendekat dan berusaha untuk mengenggam tangan Mary. Tentu saja Mary menghindarinya.

"Mary percayalah kepadaku, bukan Aku yang melakukannya."

"Tapi Sebastian melihatnya!" Mary meninggikan suaranya. Mary sangat emosional, disatu sisi ia tidak ingin bersimpati kepada Albert, tapi disatu sisipun ia sedih melihat keadaan Albert yang sangat buruk saat ini.

"Tempat itu sangat gelap Mary. Yang Sebastian lihat adalah saat Aku menembak Raja Phillips. Bukan Ayahmu."

"Maksudmu, Raja Phillips Ayah Sebastian?" Tanya Mary dengan wajah bingung.

Clearwater Kingdom [Jaemin Heejin Heeseung][END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang