Jim sedikit meringis, dia duduk tenang disofa setelah pulang dari klinik, Jim tak pernah menyangka jika luka yang dia terima dialam mimpi terjadi dialam nyata, beruntung luka dari panah itu tak terlalu dalam, Jim hanya menerima 6jaitan saja.
"Bagaimana bisa bahumu terluka begitu Jim? Itu tidak masuk diakal." Leo masih belum bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Jim,
"Aku pun tidak mengerti, aku mengalami ini dalam mimpi dan aku tak menyangka jika luka ku ikut kedalam dunia nyata,
Leo terdiam cukup lama, dia masih tidak bisa mempercayai semua ini, apa Lucid Dream bisa memberi efek segila ini????
"Jim bukan kah ini berlebihan? Maksudku mimpi mana yang bisa memberikan luka senyata ini?" Jim menghela nafas, dia mengerti akan keanehan Leo padanya.
"Mungkin saja, bukan kah aku pun bilang jika dalam mimpiku aku berinteraksi dengan Jennie yang asli, akupun tak mengerti leo, " Jim menutup matanya pelahan untuk menenangkan diri.
"Apa ini ada kaitannya dengan nene tua itu?" Jim terdiam akan ucapan Leo.benar juga!
"Ya! Aisshh, aku sampai lupa dengan nenek tua itu, ayo Leo kita temui lagi nenek itu!!!"
Jim dengan terburu mengajak Leo untuk segera keluar dan bertemu nenek tua itu,
•
•
Diujung ruang Jennie berdiri menatap jendela luar, dia sedikit lega namun juga ada rasa khawatir, sebab Lisa membangunkannya ketika dia menemani Jim yang terluka,
"Kenapa???" Suara Miyeon lembut terdengar, Jennie melirik gadis manis yang dengan tenangnya memakan snack kentang,
"Tidak, oh ya Miyeon, menurutmu jika kau terluka dalam mimpi, maksudku lucid dream, apa didunia nyata kau akan merasa sakit?" Miyeon menaikan 1 halisnya lantas tertawa,
"Mana mungkin, meski dalam lucid dream kita sadar tetap saja kita tak akan merasakan sakit didunia nyata. " Jennie menghela nafas lega, benar juga. Kenapa dia begitu bodoh?
"Kau itu kenapa? Akhir-akhir ini sering melamun dan wajahmu seakan tidak tidur lama." Miyeon bertanya namun Jennie hanya diam dan memilih untuk duduk diatas sofa.
"Miyeon,aku tidur namun tak tidur, seperti dirimu aku mengalami lucid dream, " Miyeon mengangguk mengerti, lantas dia duduk disebrang Jennie,
"Lantas memangnya apa yang terjadi?" Jennie menatap Miyeon dengan serius lantas dengan penjelasan serinci mungkin dia ceritakan semua yang terjadi dalam mimpinya.
Miyeon hanya diam, wajahnya datar dan terkesan tenang namun juga terkesan seakan dia tau sesuatu,
"Jadi lelaki yang kau ungkap kala itu, terus ada dalam mimpi dan kau benar-benar yakin jika dia adalah manusia asli yang menyukaimu?????" Jennie mengangguk dia mengusap wajahnya, merasa lelah namun dia takut untuk tidur.
"Aku tak mengerti ini, semua sangat nyata, bahkan aku bisa merasakan sakit dalam mimpi, dan itu sangat terasa saat para bandit menyeretku." Miyeon menghela nafas, dia terdiam sejenak,
Miyeon merasa aneh sendiri, dia sebagai pelaku lucid dream tak menyangka jika yang Jennie alami begitu berbeda dengannya, seakan semua telah diatur, apakah tuhan membuat hal ini? Ah tidak. Tapi bagaimana bisa???
"Yasudah lebih baik unnie jangan berpikir tentangnya, begini saja jika kau merasa susah, kau tidur saja dalam mimpimu, aku akan memberi makanan kucingnya lisa dulu." Miyeon mulai berdiri meninggalkan Jennie yang hanya bisa berbaring dengan kepalanya yang terasa sedikit pening.
•
•
•
Dalam ramai keadaan jalanan, Jim dan Leo menganga tak percaya jika tenda dari peramal tua itu sudah tak ada, padahal masa festival masih ada, kemana perginya si nenek tua?Jim hanya bisa menghela nafas malas,
