chap 10

1.5K 109 9
                                    



Entah mengapa si ibu merasa perasaannya tidak tenang seakan ada sesuatu yang tak terduga tlah terjadi. Pikirannya hanya tertuju pada seorang sahaja yaitu Apo anak bungsunya. Tanpa menunggu lagi, si ibu bergegas menuju ke kamar Apo untuk mengecek keadaan anaknya.

Tok tok tok

"Apo, buka pintunya sayang" pintanya disebalik pintu kamar anaknya.

"...."

Hatinya semakin resah saat tak mendapat satupun balasan dari sang anak.

"Apo? Kamu gapapa kan? " tanyanya khawatir.

"...."

Perasaannya semakin resah. Tanpa menunggu lagi dia pun bergegas meminta bantuan daripada maid untuk mencari sebuah kunci cadangan untuk membuka pintu kamar yang terkunci itu.











Clek

Pintu kamar itu berjaya dibuka namun hanya kegelapan menyapanya. Sunyi sepi. Hal itu membuatnya merasa semakin resah dan khawatir namun dia mencuba menepis segala pikiran buruk yang menghinggap di otak nya.

"Apo?" panggilnya.

Panggilnya masih diabaikan seperti tadi. Si ibu menyuruh maid agar mencari suis untuk membuka lampu kamar itu.











Pluk

Lampu dinyalakan. Ruangan gelap itu berjaya dicerahkan kembali. Dapat ia lihat pecahan kaca berselerakan dimana mana bukan cuma itu bahkan ada juga sebuah silet berbekas darah(?). Jantungnya berdebar laju saat melihat darah di silet itu, namun tiba-tiba detak jantungnya yang berdebar laju tadi seakan berhenti..










Deg


Sosok yang dicarinya kini tergeletak lemah dilantai dingin berhampiran kasur tidurnya. Keadaannya kini jauh dari kata "baik-baik saja". Tangannya terdapat luka sayatan yang masih mengeluarkan darah yang agak banyak. Tanpa aba aba si ibu bergegas meminta maid agar memanggil si suami dan Build serta ambulans.























































































Tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat ini. Tempat yang kembali mereka kunjungi. Tempat yang penuh ubat-ubatan. Tempat yang paling tak disukai mereka namun terpaksa mereka menginjak kaki ditempat ini demi mengetahui keadaan orang yang mereka sayangi yang sedang bertaruh nyawa didalam.



" bagaimana bisa terjadi seperti ini
.? " tanya Build lirih lalu menumbuk-numbuk dinding bercat putih di sampingnya itu.

"Hiks, Apo hiks" seperti yang kalian sangkakan, sosok yang sedang bertaruh nyawa didalam itu adalah sosok bernama Apo nattawin.

Si suami kini hanya diam tak bersuara sambil mendekap dan mengusap pelan punggung sang istri tercinta.

Tak lama itu terdegarlah sebuah hentakan kaki dan muncullah seorang doktor berjas putih menghampiri mereka bertiga.

"Keluarga Apo nattawin wattanagitiphat? "

Mendengar nama Apo disebut mereka pun bergegas menoleh.

"Ya kami keluarga nya dok. Bagaimana dengan anakku dok?! Dia gapapa kan!? " tanya si ibu cemas. Sedangkan Build dan si suami juga menatap doktor itu dengan tatapan cemas dan khawatir.

"Mohon dibawa bertenang dulu, puan dan untuk kondisi pasien kini baik-baik saja. Kalian beruntung karena cepat membawanya ke sini jika tidak mungkin kita akan kehilangannya. Pasien Apo disyakki telah mencuba untuk membunuh dirinya karena kami menjumpai banyak bekas sayatan dipergelangan tangannya. Sayatan yang dilakukan pasien amatlah dalam dan berkemungkinan besar akan meragut nyawanya. " jelas doktor itu panjang lebar. Seakan tidak percaya apa yang diucapkan oleh doktor itu, ucapannya yang panjang lebar membuat ketiga ahli keluarga susah mencerna. Kaget? Tentu saja, orang yang paling mereka sayangi kini telah mencuba untuk membunuh dirinya .

"Dimohon ahli keluarga pasien Apo cepat mengambil tindakan sebelum menjadi semakin parah.saya mencadangkan untuk segera membawanya bertemu psikiatri setelah pasien tlah sadar. " nasihat doktor dan berlalu pergi meninggalkan mereka bertiga yang terdiam membisu.










Build menyadarkan tubuhnya di dinding sambil memegang erat rambutnya. Dadanya terasa begitu sesak mengetahui adik satu-satunya yang ia punya kini menderita begitu parah. Air matanya mengalir begitu deras dari pelupuk matanya. Sesekali ia menumbuk pelan dadanya untuk menghilangkan rasa sesak namun ia malah bertambah sesak. Perlahan tubuhnya jatuh merosot ke lantai.

Si ibu kini menangis keras di pelukan suaminya. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya. Si suami atau si ayah yang seseharusnya tegar dan kuat kini turut mengalirkan air matanya. Ia merasa begitu kecewa pada dirinya.

Di ruangan sepi itu kini dipenuhi isak tangis dari ketiga-tiga ahli anggota keluarga itu akan membuat sesiapa sahaja turut merasakan kesedihan yang dilanda mereka.





















































































To be continued...
(>︿<。)

Penyesalan HujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang