🥤34. Duta Plin-plan

69 23 6
                                    

Jovan bawa gue ke mobilnya yang terparkir di pinggir jalan dan membukakan pintu, meminta gue masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jovan bawa gue ke mobilnya yang terparkir di pinggir jalan dan membukakan pintu, meminta gue masuk.

Gue hentak tangannya hingga cengkraman itu mulai merenggang dan terlepas. Gue tatap dia dengan pandangan tak habis fikir.

"Apa yang lo lakuin sih Bang?! Di depan Tanya dan Anna? Lo mau mereka semakin curiga sama kita? Ga habis fikir gue sama jalan pikiran lo ini sebenernya mau kemana sih arahnya!"

Jovan masih geming memandang gue tajam. "Masuk dulu, kita bicara di dalam."

Gue menggeleng dan mundur dua langkah. "Enggak, gue masih trauma akan kejadian semalem. Siapa yang bisa jamin lo ga bakal ngajak mati kayak tadi malem. Gue takut..."

"Enggak, Mel. Itu ga akan terjadi." Jovan mengetuk pintu penumpang yang telah ia buka mengkode agar gue lekas menurut. Tapi gue tetep menggeleng.

"Gue pulang sendiri. Kalau mau bicara, kita bicara di rumah." setelahnya gue pergi menjauh dari Jovan seraya mengeluarkan Hp gue untuk memesan gojek.

Namun belum ada lima langkah tangan Jovan kembali menarik lengan gue kebelakang hingga hp gue terjatuh begitu saja.

"Hei!" Pekik gue spontan menarik lengan yang di tarik Jovan namun lagi lagi Jovan masuk Mode kasar. Hingga gue ga bisa berkutik saat ia paksa masuk mobil dan dipasangkan seatbealt. Setelahnya Jovan berlari cepat memasuki mobil dan memacu kendaraan ini membelah jalanan.

Sebab kejadian yang terlalu cepat gue hanya bisa menganga meratapi hape gue yang masih tergeletak di atas jalan dan perlahan gue tinggalkan.

"Hp gue jatuh bego! Berhenti dulu ih Jovan biarin gue ambil Hp dulu! Gue ga bisa kalau sampe hp gue ilang! Jovan lo denger gue ga sih! Lo itu sebenernya ma-"

"Stttt."

"Hp kamu ga akan kemana-mana. Akan aku urus, Ga ada yang perlu dipikirin dari benda itu, Udah kan?"

"Tapi-"

"Kamu kenapa dateng kesana?"

"Ke cafe itu? Yah, gue mana tahu tempat itu kalau bukan Tanya yang ngajak gue. Pake nanyak." Gue melipat tangan didepan dada, oh ternyata ini alasan dia marah kali ini?

"Kenapa ? Lo cemas akhirnya gue tahu bisnis terselubung yang selama ini lo sembunyiin ini? " Pancing gue dengan Santai sembari melihat wahjahnya, gue penasaran pada ekspresinya sebentar lagi. Dan benar, ia tampak gelisah lalu balas menatap gue sejenak.

"...Setakut itu lo ternyata, terhadap tuntutan gono-gini yang mungkin nanti bisa gue ajuin ke pengadilan seandainya gue tahu aset lo sebanyak ini? Hah, " Gue berdecak menghina mengalihkan pandangan darinya. Dan Jovan ikut menyudahi perhatiannya ke gue dan kembali pada jalanan didepannya.

"Tenang aja, bang. Gue ga bakal nuntut apa-apa kok, bahkan nafkah bulanan after cerai juga gue ga minat. Kan kita ga ada anak. Gue bukan cewek sematre itu... Asal satu aja sih... Lo pegang janji lo buat ga melewati batas terhadap diri gue. Maka sesuai perjanjian kita, semua harta lo... Aman."

Our Blue Sky : JOVAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang