Biarkan aku ceritakan sebuah kisah.
Kisah tentang puan pendamba dayita.
Yang berakhir luka dan samsara.
Kala itu sang puan teramat ingin di dekap asmara.
Namun dirinya hanya mampu memendam rasa tanpa suara.
Cukup lama ia memendam.
Namun heningnya amat membuatnya sesak.
Sesak akan cinta yang kerap bertepuk sebelah tangan.
Sampai suatu hari sang puan sudah muak.
Ia tak lagi mencintai, ia ingin di cintai
Seakan paham betul asa sang puan, semesta membantunya untuk mewujudkan mimpinya.
Menuntunnya masuk ke dalam ruang renjana.
Sang puan menemukan seseorang yang mampu mencintainya.
Betapa bahagianya dia.
Untuk pertama kali dalam hidupnya.
Di cintai tanpa di minta.Namun semua tak berlangsung lama
Bahagia seakan enggan singgah berlama-lama
Bak dibawa terbang tinggi lalu dihempas ke tanah
Sang puan harus rela menerima patah hati yang amat hebat
Bahkan rasa sakitnya lebih mengerikan dari pada rasa sakit mencintai dalam diamTak hanya sekali, bahkan dua kali.
Harus berapa kali, hatinya yang kerap kali patah direkatkan berulang-ulang?
Rasa yang amat dirindukan selalu saja memberi duka
Sang puan pun keluar dari ruang renjana
Kemudian menikmati hari yang tenang tanpa beban rasa sedikitpun
Tak ada yang salah dengan asanya.
Hanya saja, ruang renjana yang ia pilih mungkin saja salah.
Semoga kelak ia menemukan ruang renjana yang terus memberinya bahagia tanpa menaru luka sedikitpun.
14-8-22
Deira Hime
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalar Gaduh ✓
PoetryJujur saja aku muak menuliskan aksara yang tak berujung. Setiap kali aksara ini terangkai, setiap itu pula ada darah yang menetes; tak akan bisa dilihat oleh siapapun. Tapi harus kemana lagi aku tuangkan, darah Atma yang kerap kali mengalir deras sa...