Pagi menyapa; mataku kembali terbuka
Oh, aku masih hidup; syukurlah raga ini masih diberi kesempatan bertahan.
Meski terkadang; ada hari-hari dimana aku berharap tidak mau menyapa pagi lagi.
Karena apa? Aku sudah muak.
Muak dengan tamparan realita.
Muak dengan menggantung harap kesana-kemari.
Seakan aku ingin hidup tanpa beban.
Aku sadar; ini dunia bukan taman bermain.
Dunia beserta huru-haranya; mau tak mau setiap pagi dan arunika memberiku alarm agar mataku terbuka, aku harus tetap hidup meski aku tak diberi tahu akan ada apa di hari esok.
Setiap arunika menyapa; itu tandanya aku akan mencoret tanggal dan disitu aku akan segera mengganti kalender setiap tahun.
Ada sesak yang tak bisa aku jelaskan,
teringat penyesalan dimasa kecil; "Aku ingin cepat dewasa" itu kataku.
Ternyata tidak, tidak seindah yang aku lukiskan.
Lukisan itu rusak karena terlalu banyak warna yang masuk; yang seharusnya indah malah semakin tidak jelas seperti apa bentuknya.
Dan sekarang, aku mati-matian memperbaiki lukisan itu agar keindahannya dapat di rasakan oleh setiap mata yang memandang.
Iya, aku ingin menjadi berguna bagi banyak orang.11-8-22
Deira Hime
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalar Gaduh ✓
PoesiaJujur saja aku muak menuliskan aksara yang tak berujung. Setiap kali aksara ini terangkai, setiap itu pula ada darah yang menetes; tak akan bisa dilihat oleh siapapun. Tapi harus kemana lagi aku tuangkan, darah Atma yang kerap kali mengalir deras sa...