"Happy birthday Erlangga,"ucap tiga orang dihadapan pria dewasa yang baru saja meniup lilin yang berada diatas kue ulang tahun, lalu tersenyum sambil mengangguk pelan dihadapan mereka.
"Aku sudah berusia 26 tahun. Aku saja sudah tak peduli dengan ulang tahunku sendiri, tapi kalian justru repot-repot datang kemari untuk memberikan kejutan,"kata Erlangga membuat Liam merangkul gemas temannya itu.
"Ya, kita memberikan ini agar kau ingat umur," kata Liam membuat Erlangga mendecih sambil menyingkirkan tangan pria itu dari pundaknya.
Larissa dan Cempakan hanya terkekeh sambil menggeleng pelan melihat kedua pria yang lebih tua satu tahun dari mereka yang tak pernah akur. Tapi sekalinya mereka akur, Larissa dan Cempakalah yang akan merasa terancam dengan tingkah usil mereka.
"Harapanmu tahun ini apa?"tanya Cempaka membuat ketiganya menoleh ke arahnya.
Erlangga nampak berpikir sesaat sebelum menggeleng pelan dengan senyuman penuh arti. "Rahasia," ucapnya membuat yang lain mendecak kesal.
"Pakai rahasia-rahasiaan. Kita ini teman. Ayolah, jangan ada rahasia-rahasiaan,"protes Liam diangguki oleh Cempaka.
"Sudahlah, kita hargai privasi Erlangga,"kata Larissa membela Erlangga yang tersenyum penuh kemenangan dihadapan Liam dan Cempaka.
Drtt... Drrtt...
Semua pasang mata menoleh ke arah Larissa saat mendengar dering ponsel yang berasal darinya."Aku izin angkat telepon dulu ya,"pamit Larissa sebelum menjauh dari hadapan teman-temannya.
Erlangga menatap kesal ke arah Larissa yang mulai menjauh. Jujur saja Erlangga tak suka jika Larissa sering meninggalkan mereka hanya untuk mengangkat panggilan dari orang yang selalu menggangu kebersamaan mereka. Bukankah daridulu mereka selalu mengangkat telepon dihadapan teman-temannya? Lantas kenapa kini Larissa bersembunyi hanya untuk mengangkat panggilan tak penting itu.
Menyadari perubahasan raut wajah Erlangga yang tak bersahabat, Cempaka menyenggol pelan bahu Liam yang tengah menunduk untuk mencicipi krim kue ulang tahun dihadapannya.
"Ck, ap--mp,"mulut Liam langsung dibekap oleh Cempaka saat melihat pria itu akan melontarkan protes padanya.
"Sst-- jangan keras-keras! Lihatlah cara Erlangga menatap seperti ingin menerkam seseorang,"bisik Cempaka membuat Liam mengalihkan tatapannya ke arah temannya.
Liam tersenyum licik sebelum melangkah mendekati Erlangga yang masih memandang lurus ke depan.
"Ekhem,"dehemnya membuat Erlangga tersentak lalu menoleh ke arahnya.
"Kalau suka itu ungkapin, jangan cuman dipendem. Diambil orang baru tau rasa,"kata Liam membuat tubuh Erlangga menegang ditempat.
"Apaan sih?!"elak Erlangga memasang wajah kesal, tapi terlihat jelas jika disana juga ada wajah gugupnya.
"Aku tak ingin merusak persahabatan kita,"cicit Erlangga pada akhirnya mengakui jika yang dikatakan Liam barusan benar.
"Nggaklah, nih lihat,"tunjuk Liam pada gelang ditangannya. Hal itu membuat Erlangga mengeryit bingung.
"Ck, stupid,"kesal Liam lalu berganti menarik pelan tangan Cempaka dan menunjukkannya dihadapan Erlangga yang melotot tak percaya.
"Kalian--" Liam dan Cempaka mengangguk bersamaan dengan senyuman yang membuat Erlangga tak bisa berkata-kata. Sejak kapan? Kenapa mereka selama ini tak pernah menunjukkan kedekatan mereka lebih dari seorang teman? Mereka selama ini terlihat biasa saja dihadapannya dan Larissa.
"Sejak kapan?"tanya Erlangga yang masih tak percaya.
"Dua tahun lalu, tepatnya saat perayaan ulang tahun Cempaka yang ke dua puluh tiga,"jawab Liam dengan santainya membuat Erlangga tak bisa berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tahun Tersulit [END]
Romance"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua tahun" Sejak saat itu semuanya menjadi rumit. Mungkin sebenarnya tidak serumit itu jika mereka mau...