"Kenapa baru pulang? Apalagi bersama dengan Liam," ucap Erlangga saat melihat Cempaka masuk rumah tanpa salam bersama dengan kekasihnya dan mengabaikan dirinya juga Larissa yang sudah menunggu kepulangannya.
"Apa masalah bagimu? Kau bisa membawa Larissa, lantas kenapa aku tak bisa membawa Liam?" sarkas Cempaka membuat Erlangga menghela napas.
Entah kenapa Cempaka jadi menyebalkan saat ini, bukankah kemarin ia baik-baik saja saat dirinya berkata akan menikahi Larissa? Lantas sekarang kenapa menunjukkan ketidaksukaannya.
"Ini rumahku_"
"Kalau begitu biar Liam membawaku ke rumahnya, dan kau kubiarkan tinggal di sini bersama Larissa," potong Cempaka membuat Erlangga membulatkan matanya tak percaya.
"Apa maksudmu?!" protes Erlangga tanpa sadar meninggikan nada bicaranya. Melihat hal itu Cempaka hanya tersenyum miring lalu menggandeng tangan Liam.
"Kau tidak terima?"
"Kenapa kau tak terima? Aku tak masalah saat kau menikahi dan membawa Larissa, lalu kenapa kau marah saat aku ingin bersama Liam? Ingat Erlangga, pernikahan ini hanya wasiat semata yang kau wujudkan untuk mendapatkan harta, dan jangan bersikap seolah kau benar-benar Suamiku," sarkas Cempaka membuat Erlangga menarik nafas kasar, sedangkan Larissa dan Liam hanya bisa diam.
"Mau tak mau, boleh tak boleh, aku akan tetap ikut Liam sampai kita bercerai dan kita tak memiliki hubungan apapun. Bahkan untuk berteman kembali denganmu saja aku tak sudi," lanjut Cempaka sebelum berbalik sambil menggandeng tangan Liam lalu berjalan menuju kamarnya.
Selepas kepergian Liam dan Cempaka, Larissa mendekat lalu mengelus pelan pundak Erlangga.
"Sudahlah, lagipula mereka sama seperti kita. Kau tak boleh egois," kata Larissa digelengi pelan oleh Erlangga yang mengusap kasar wajahnya sendiri.
"Entahlah, perasaanku tak enak. Tiba-tiba saja aku merasa takut dan gelisah," jujur Erlangga yang juga tak mengerti dengan dirinya sendiri saat ini.
"Apa maksudmu?" bingung Larissa digelengi tak mengerti oleh Erlangga.
Saat Larissa ingin kembali berbicara, Cempaka dan Liam turun sambil membawa koper besar yang mereka berdua yakini jika isi koper itu merupakan barang-barang milik Cempaka yang benar-benar tak sudi lagi untuk tinggal di sini.
"Kau sungguh ingin pergi?" tanya Erlangga diangguki cepat oleh Cempaka yang tak mau membuang waktu.
Cempaka dan Liam kembali melangkahkan kakinya dan mengabaikan Erlangga juga Larissa yang menatap punggung mereka yang semakin menjauh.
Hingga langkah kaki mereka terhenti di depan pintu saat melihat wanita berkepala empat yang sudah berdiri di hadapan mereka.
"Apa kau sungguh akan pergi Cempaka? Kau tak memikirkan Tante dan Pamanmu? Atau perasaan mendiang orang tua kalian? Bagaimana bisa kalian memutuskan tak tinggal bersama saat status kalian masih Suami Istri? Kalian belum bercerai, ingat! Ada empat bulan lagi agar kau bisa meninggalkan rumah ini tanpa status. Kau tak boleh egois Cempaka," kata Tante Erlangga membuat Cempaka menghela napas panjang sebelum menjawab wanita di hadapannya.
"Egois? Aku atau Erlangga? Jika Erlangga bisa bersama Larissa, kenapa aku tak bisa bersama Liam? Jika Tante ingin aku tetap di sini sebagai Istri Erlangga, apakah Erlangga bisa menceraikan Larissa dan tetap menjadi Suam_"
"CEMPAKA!" bentak Erlangga memotong perkataan Cempaka yang menurutnya sudah kelewat batas.
Erlangga berjalan cepat menghampiri Cempaka, tapi Liam lebih dulu menghadang tubuhnya.
"Kau berani menyentuhnya, berarti kau siap masuk rumah sakit kembali ditanganku," peringat Liam membuat Erlangga menghela napas lalu membuang tatapannya ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tahun Tersulit [END]
Romance"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua tahun" Sejak saat itu semuanya menjadi rumit. Mungkin sebenarnya tidak serumit itu jika mereka mau...