14. Menyembunyikan Keberadaannya

1.5K 72 0
                                    

"Haha_" Cempaka meraup wajahnya frustasi sambil menertawakan keadaannya.

Cempaka kembali melirik ke arah alat-alat di hadapannya yang menunjukkan hasil yang sama. Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan? Mengaku pada Erlangga? Itu akan semakin memperburuk situasi.

Cempaka yakin Erlangga tak akan menceraikannya jika mengetahui jika dirinya tengah berbadan dua, tapi pria itu tak mungkin bisa meninggalkan Larissa yang hari ini akan dinikahinya. Cempaka juga tak mungkin bisa melupakan Liam begitu saja, dirinya ingin hidup bahagia bersama pria itu.

"Kenapa harus hadir?" batin Cempaka sambil menatap perutnya yang masih rata, yang ia yakini jika makhluk di dalam rahimnya sudah berusia sekitar dua bulan.

Cempaka mendudukkan dirinya di atas lantai yang dingin di kamar mandi, ia memberantaki rambutnya sebelum menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya lalu menangis hingga bahunya bergetar.

"Liam_" lirih Cempaka disela tangisnya.

Setelah lelah menangis, Cempaka memutuskan keluar dari kamar mandi lalu melangkahkan kakinya menuju tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sana.

Saat berbaring, mata Cempaka tak sengaja menatap ke arah gelas kaca dinakas samping tidurnya yang terisi air minum. Cempaka duduk lalu menjatuhkan gelas tersebut hingga terpecah menjadi beberapa bagian kecil yang tajam. Entah apa yang ada diotaknya saat ini, Cempaka justru mengambil salah satu pecahan kaca dan menyayatkannya dipergelangan tangannya.

Satu sayatan berhasil melukai tangannya dan membuat darahnya menetes, tapi rasanya ia belum puas hingga menginginkannya lagi sebelum suara panggilan dari ponselnya menghentikan hal gila yang ia lakukan.

Cempaka tersadar dan langsung menutup sayatan itu dengan tangannya yang lain, ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sesuatu yang bisa menghentikan pendarahan itu.

Saat menemukan kotak p3k, Cempaka langsung berdiri dan mengambil kotak itu untuk mengobati tangannya, bahkan Cempaka tak peduli saat panggilan itu mati sebelum ia jawab.

"Huh--" desah pelan Cempaka merutuki kegilaannya barusan. Entahlah, ia seperti tak sadar saat melakukannya.

Setelah mengobati tangannya dan membersihkan pecahan kaca, Cempaka melihat panggilan yang tak terjawab yang telah menyadarkannya barusan.

Bibir Cempaka tersenyum tipis kala melihat kontak nama yang baru saja menghubunginya. Orang itu Liam, pria yang ia tunggu kabarnya.

Buru-buru Cempaka menghubungi balik pria itu, dan tak butuh waktu lama hingga panggilan itu diangkat.

"Maaf, tadi aku sedang berada di dapur," bohong Cempaka mengawali percakapan.

(Baiklah, sekarang kamu di rumah?) tanya Liam menanggapi Cempaka.

"Iya,"jawab Cempaka.

(Kalau begitu aku akan ke sana menjemputmu, kita keluar jalan-jalan mau?)

Cempaka terdiam tak langsung menjawab pertanyaan Liam. Jujur kondisi Cempaka saat ini sangat kacau, ia tak bisa berpikir jernih dan takut membuat Liam kecewa lalu berakhir meninggalkannya.

(Halo?)

(Aku akan segera ke sana, tunggu aku!)

Setelah mengatakannya Liam langsung mematikan panggilannya secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari Cempaka yang tersadar saat panggilannya sudah mati.
.....

"Kau langsung datang ke sini?" tanya Cempaka yang baru saja tiba di ruang tamu setelah buru-buru bersiap ketika mendengar jika Liam sudah datang dan berada di ruang tamu.

Dua Tahun Tersulit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang