"KAU PUAS? HAH!"
"PERNIKAHANMU GAGAL, DAN KAU JUSTRU MENGALAMI KECELAKAAN BERSAMA DENGAN PRIA BERISTRI YANG DENGAN KURANG AJARNYA MEMBAWA CALON ISTRI ORANG LAIN!"
Larissa memejamkan matanya saat Yoga kembali berteriak padanya yang baru saja sadar tiga jam yang lalu setelah tak sadarkan diri selama kurang lebih dua hari.
"Aku masih pusing, Kakak bisa tolong keluar sebentar? Aku mohon--" lirih Larissa menatap Yoga dengan tatapan memohon, membuat pria itu menarik nafas panjang sebelum meninggalkan ruangan Larissa tanpa sepatah katapun dan dengan ekspresi yang tak mengenakkan.
"Huh--" desah pelan Larissa setelah kepergian Yoga.
Rasanya sangat melelahkan, tapi Larissa ingin egois untuk sekali lagi. Larissa tak bisa menikah dengan orang yang tak ia inginkan dan berakhir menyakiti pria itu serta membohongi dirinya sendiri.
TAK... TAK... TAK....
Larissa menolehkan kepalanya saat seorang perawat berjalan ke arahnya untuk mengganti infus yang baru."Pasien atas nama Erlangga yang datang bersama saya masih belum ingin bertemu dengan saya?" tanya Larissa diangguki pelan oleh perawat itu.
"Maaf Kak, nanti kalau beliau sudah siap bertemu dengan anda saya akan memberitahukannya," jawabnya sebelum berpamitan pergi dan membiarkan Larissa dengan otaknya yang penuh dengan pertanyaan.
Kurang lebih satu jam yang lalu Larissa ingin menemui Erlangga dan melihat keadaan pria itu, tapi Dokter yang kebetulan baru saja keluar dari ruangannya mengatakan jika Erlangga belum ingin bertemu dengan siapapun termasuk dirinya, hal itu membuat Larissa kembali ke ruangannya dengan perasaaan kecewa.
Apakah alasan Erlangga tak ingin menemuinya karena merasa marah sebab dirinya menerima lamaran Rifki dan bahkan hampir melaksanakan pernikahan malam itu? Tapi bukankah itu terlalu kekanakan, lagipula Larissa sampai rela kabur dari rumah dan berusaha menghindari pernikahan hingga terjadi kecelakaan seperti saat itu bersama dengan Erlangga yang tak fokus berkendara.
......"Maaf Pak, tapi saya ingin menyampaikan jika kecelakaan yang menimpa Pak Erlangga membuat Pak Erlangga tak akan bisa memiliki keturunan"
Erlangga memejamkan matanya kala ucapan Dokter kembali terngiang dikepalanya. Untuk apa harta dan jabatan yang ia miliki saat ini jika dirinya tak akan pernah memiliki pewaris ataupun keturunan. Dan bagaimana respon Larissa saat mengetahui jika dirinya tak akan bisa memiliki anak? Mungkin saja wanita itu akan meninggalkannya dan memilih menikah dengan orang yang sebelumnya memang seharusnya menikah dengannya. Tentu saja, mana ada wanita yang mau memiliki Suami yang mandul.
Tidak, kemungkinan besar Erlangga akan menyembunyikan kekurangannya, ia tak mau Larissa pergi dari hidupnya, dirinya tak akan sanggup melihat wanita itu menikah dan memiliki keluarga dengan pria lain selain dirinya.
Setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tak akan pernah melepaskan Larissa, Erlangga turun dari brankar dan berniat berjalan menuju ke ruangan Larissa, karena beberapa saat lalu dirinya menolak kunjungan dari siapapun termasuk wanita itu.
.......TAK... TAK... TAK...
Larissa menolehkan kepalanya ke samping saat mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya, disana ia melihat Erlangga yang tersenyum tipis.
"Er--?"
"Kau tidak apa-apa?" tanya lembut Erlangga saat sudah berada dihadapan Larissa.
Larissa diam tak langsung menjawab pertanyaan pria itu, ia justru menatap dalam Erlangga sebelum ikut berdiri dan menerjang tubuhnya.
"Kupikir kau marah," cicit Larissa membuat Erlangga tersenyum tipis lalu mengusap pelan punggu Larissa yang berada dalam pelukannya.
"Apa yang membuatmu berpikir begitu?" tanya Erlangga sambil melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Larissa untuk menatap matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tahun Tersulit [END]
Romance"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua tahun" Sejak saat itu semuanya menjadi rumit. Mungkin sebenarnya tidak serumit itu jika mereka mau...