Setelah seminggu akhirnya Erlangga mendapatkan kabar dari orang suruhannya mengenai keberadaan Cempaka saat ini.
Tanpa tunggu lama Erlangga langsung berangkat menemui Cempaka, ia bahkan sudah meminta orang kepercayaannya untuk menghandle pekerjaan kantor selama ia tak ada.
"Jadi kau benar-benar menyembunyikan anakku Ka?" gumam Erlangga meraup kasar wajahnya. Selain keberadaan, Erlangga juga mengetahui keadaan Cempaka.
Tak ada pikiran negatif sama sekali dipikiran Erlangga. Pria itu sangat yakin jika bayi itu anaknya. Erlangga tau bagaimana Liam dan Cempaka, mereka tak akan melakukan hal seperti itu sebelum menikah, dan yang telah menyentuh Cempaka untuk pertama kalinya adalah dirinya.
Orang suruhannya berkata jika mungkin kandungan Cempaka sudah lebih dari enam bulan jika dilihat dari ukuran perutnya, hal itu membuat Erlangga semakin yakin. Apalagi selama beberapa bulan ini Erlangga selalu memimpikan Ayah dan Ibunya yang menitipkan sesuatu padanya, lalu terakhir ia memimpikan Cempaka menggendong seorang bayi.
......Terlalu sibuk dengan keadaan Cempaka dan janinnya, Erlangga sampai melupakan satu hal. Pria itu lupa jika ia memiliki seorang Istri yang sangat dirinya cintai. Bagaimana bisa Erlangga tak memikirkan Larissa? Wanita itu sedang dalam kesulitan saat ini. Tekanan keluarga Erlangga yang selalu menghinanya, tekanan dari pihak sekolah, dan orang-orang sekitar yang terus mengatakan jika dirinya adalah orang ketiga yang masuk dalam kehidupan Erlangga dan Cempaka. Larissa bahkan selalu meminum obat-obatan penenang untuk menghilangkan stresnya, sedangkan Erlangga justru tak menyadari keadaannya.
"Kemana Erlangga?" tanya Larissa yang tak menemukan keberadaan Erlangga setelah pulang dari kerja.
"Pak Erlangga tak berpamitan dengan Ibuk?" tanya balik salah satu asisten rumah tangga mereka pada Larissa yang menggeleng pelan.
"Tidak, memangnya dia kemana?"
"Saya tidak tau Buk Larissa, tapi setau saya Pak Erlangga bilang mungkin beliau akan pergi dalam waktu yang cukup lama. Bahkan beliau menyerahkan pekerjaan kantor pada tangan kanannya," sopannya menjawab nyonyanya yang terlihat terdiam dan berusaha memahami situasi.
"Baiklah, saya akan mencoba menghubunginya nanti," kata Larissa sebelum berjalan menuju kamarnya dan menenangkan pikirannya saat ini.
Sampainya di kamar, Larissa membaringkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang lalu menatap dinding langit.
"Apa aku tak diperbolehkan bahagia?" lirihnya tanpa menyadari jika saat ini air matanya sudah mengalir.
Larissa termenung dan menerawang kejadian beberapa jam lalu. Dimana sosok wanita yang selama ini tak pernah hadir dan peduli dalam hidupnya datang menemuinya sebagai sosok yang meminta bukti bakti seorang anak pada orang tuanya.
Dengan tidak tahu malunya Ibunya itu datang dan meminta uang serta tempat tinggal pada Larissa yang baru saja keluar dari sekolah. Wanita itu berkata jika ia adalah sosok yang telah melahirkan Larissa, dan Larissa sudah seharusnya membalas budi pada wanita itu.
Bagaimana bisa seorang Ibu yang meninggalkan putrinya untuk hidup bahagia bersama keluarga barunya, kembali karena dibuang oleh anak tirinya setelah Suaminya meninggal datang untuk meminta bukti balas budi sang putri?
Wanita itu dengan tak tahu malunya mengungkit-ungkut hubungan darah mereka di depan umum dan disaksikan oleh beberapa siswa yang akan pulang.
Larissa yang merasa frustasi waktu itu langsung memberikan kartu atmnya dan pergi meninggalkan wanita yang sama sekali tak ingin ia ikuti jejaknya. Saat ini Larissa memikirkan bagaimana agar Ibunya tak datang ke rumah Suaminya dan meminta uang padanya. Sudah cukup Larissa dihina oleh keluarga Erlangga karena masuk dengan cara yang salah, ia tak ingin kembali dihina karena sosok wanita yang hanya memikirkan uang dihidupnya itu datang untuk mengusik kehidupannya.
.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Tahun Tersulit [END]
Romansa"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua tahun" Sejak saat itu semuanya menjadi rumit. Mungkin sebenarnya tidak serumit itu jika mereka mau...