26. Yang Ditunggu

3.1K 81 0
                                    

Pagi-pagi sekali Liam dibuat gelisah dengan Cempaka yang mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan jika mungkin saja ia akan melahirkan.

Tanpa menunggu Erlangga dan Larissa, Liam langsung membawa Cempaka ke rumah sakit yang telah mereka siapkan jauh-jauh hari sebagai tempat bersalin.

Di kursi tunggu Liam hanya bisa menunggu dengan cemas. Pria itu menyatukan kedua tangannya di depan sambil menunggu suara tangis bayi yang telah dinantikan banyak orang.

DRAP... DRAP... DRAP...

Liam menoleh saat mendengar langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya. Di sana ada Erlangga dan Larissa yang menghampirinya dengan raut wajah cemas.

"Gimana Cempaka?" tanya Erlangga.

"Masih di dalam," balas Liam membuat Erlangga menghela napas kasar sebelum ikut mendudukkan dirinya di samping pria itu.

Tak lama, suara tangis bayi terdengar kencang bersamaan dengan detak jantung tiga orang di depan ruangan. Mereka mengucapkan syukur dengan mata berkaca-kaca saat merasa semuanya hampir berakhir.

Liam masuk ke dalam ruangan saat sudah diperbolehkan. Dikecupnya kening Cempaka yang masih berkeringat.

"Kamu berhasil," bisiknya menyatukan hidungnya dan hidung Cempaka.

Cempaka tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya lemah.

Sedangkan Erlangga sudah tak bisa berkata-kata, pria itu hanya bisa menangis saat melihat manusia mungil di gendongannya yang memiliki wajah hampir sembilan puluh persen mirip dengannya

"Ini Ayah sayang," lirihnya mengucup sayang kening putranya.

Larissa menatap sendu Suaminya yang menunjukkan kasih sayang yang begitu besar pada sosok mungil yang baru terlahir ke dunia.

"Erlangga--" lirih Cempaka meminta Erlangga mendekat.

Erlangga mendekat, dengan perlahan meletakkan bayi itu di samping Cempaka yang mengusap sayang pipi bayinya.

"Ini Mama, dan di samping Mama itu Papa kamu," kata Cempaka memperkenalkan dirinya dan Liam pada bayi yang baru ia lahirkan.

"Liam," panggil Cempaka.

"Ya?"

"Mau kamu adzani dia?" pinta Cempaka membuat Liam bungkam, pria itu justru menoleh ke arah Erlangga yang mencoba tersenyum meskipun dadanya terasa sesak.

"Biar Erlangga Ka, dia berhak melakukannya," kata Liam memberikan kesempatan sekali seumur hidup pada Erlangga.

Cempaka menoleh. Meski ragu, pada akhirnya Cempaka menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Liam.

"Maukah Er?" tanya Cempaka diangguki haru oleh Erlangga.

Cempaka tersenyum saat melihat pria itu mengadzani putranya sambil menahan isak haru.
....

Liam tersenyum tipis melihat Cempaka yang tertidur, sedangkan bayinya juga tengah tertidur di box bayi yang ada di dekat brankarnya.

"Liam," panggil Erlangga membuat pria itu menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Liam.

"Seperti janjiku, aku akan mendaftarkan perceraianku dan Cempaka ke pengadilan agama," kata Erlangga tak langsung dibalas oleh Liam, pria itu menghela napas pelan sebelum menjawab perkataan Erlangga.

"Terserahmu, tapi lebih cepat lebih baik," katanya diangguki pelan oleh Erlangga dengan senyuman.

Larissa yang sejak tadi hanya diam mendengarkan perbincangan mereka ikut senang mendengar keputusan yang mereka ambil.
.....

Dua Tahun Tersulit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang