Happy reading
.
.
.
____________________________________________________________Hari yang Yathan tunggu tiba. Hari minggu. Lain dengan orang orang yang biasa menggunakan hari minggunya sebagai istirahat, Yathan justru menumpuk semua tugasnya untuk pergi bimbingan belajar. Tidak hanya bimbingan belajar, setelah menguasai bahasa jerman kini ia mengikuti kelas tambahan bahasa spanyol.
Setelah di rasa siap, kaki nya melangkah keluar kamar. Pintunya terbuka berbarengan dengan bilik dihadapannya. Radhi sudah rapih dengan jaket denimnya. Mau apa dia? "Mau ngapain lu?" Tanya Yathan heran.
"Mau main." Jawab Radhi tersenyum manis.
Yathan mengangkat sebelah alisnya. "Main? Punya pacar emang lo? Lo kan jomblo. Jomblo jomblo jangan kebanyakan keluar! Bikin jalan macet aja." Tutur Yathan dengan sopan santun. Kalau saja guci disebelahnya bukan guci kesayangan sang papah, mungkin guci itu telah melayang kearah Yathan detik ini juga.
"Bodo! Cewe lo noh goib! Status doang 'berpacaran' tapi wujud pacarnya mah gak pernah ketauan." Balas Radhi. Radhi berjalan meninggalkan Yathan.
Mereka telah menempati masing masing tempatnya. Tak lama dari itu sang papah keluar dari kamarnya. Nampak nya hanya sang papah yang kini masih berpakaian santai.
"Jadi papah doang nih yang gak kemana mana? Kalian tega ninggalin papah yang baru balik?" Tanya sang papah yang baru datang. Arick menarik kursinya dan menempati singgasananya.
"Hehe... kan sayang pah uangnya kalo Yathan bolos bimbel." Ujar Yathan cengengesan.
"Hehe... Radhi gak enak pah kalo janjinya dibatalin. Ini temen pertama abang soalnya." Ujar Radhi cengengesan juga.
"Yaudah deh nanti papah keluar juga. Siapa tau dapet Mamah baru buat kalian." Canda Arick, terlihat sangat jelas bahwa candaan itu tidak masuk ke kedua putra nya. Mereka tampak terkejut hingga ayam yang Radhi pegang terjatuh.
"Papah bercandanya gak lucu." Ujar Radhi lemas.
"Tau. Papah prik." Yathan juga tak kalah lemas.
"Loh? Papah kan cuma bercanda? Kalian aja kalau bercanda selalu bawa bawa status kalian. Masa papah gak boleh ikutan?" Sang papah mulai membela dirinya. Ia tampak menaik turunkan alisnya.
"BEDA PAPAH!!!" Teriak Radhi dan Yathan bersamaan. Arick tergelak. Lucu melihat kedua putranya tampak kompak.
"Lagian. Pokok nya Radhi gak mau ya punya ibu tiri." Arick tertawa dan mengangguk.
"Yaudah kalian makan, nanti telat." Perintah sang papah.
.....
"
Gambar apa ya kira kira?" Tanya Maritsa. Pagi ini Radhi diajak Chen untuk mengunjungi sanggar lukis. Tempat itu bernama Sanggar Nawasena. Tidak hanya melukis, sanggar ini menyediakan fasilitas berupa kegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni musik, seni kerajinan atau kriya, dan lain lain. Namun hari ini mereka hanya mengambil kelas melukisnya saja.
Pengambilan nama Nawasena untuk nama sanggar itu bertujuan untuk menjadikannya sebagai tempat yang membawa mereka untuk meraih masa depan yang cerah. Sebab Nawasena sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang berarti masa depan yang cerah.
Terkadang banyak orang tua yang mendoktrin otak anak anak mereka untuk tidak menjadikan seni sebagai pelajaran utama yang mereka suka. Sebab seni sendiri tidak menjadikan mereka sebagai orang sukses layaknya Dokter, Arsitek, bahkan PNS. Anak anak dituntut untuk jadi yang terbaik dalam pelajaran Matematika maupun Sains, tapi mereka tidak sadar bahwa ada seniman jenius yang sedang mati matian mencerna bagaimana x dan y bisa hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 10.000 Stars | Liu Yangyang
Fanfiction[#1 Liu yangyang 2022.09.10] Bukan tentang menyerah, hanya saja pilihanku jatuh untuk terus percaya pada takdir. Yathaniel Attalarick Haiden. Baru mencapai usia yang dianggap telah dewasa. Menurutnya keluarga adalah segalanya. Rela menukar semua ya...