Seranjang atau pisah?

9 1 1
                                    

  
   Setelah memberitahukan kesepakatan ibu dan Revan, Yuna merasa lega. Karena dia cuti hanya 1 minggu dan 3 hari telah berlalu diacara pernikahan mereka .

  Dua sejoli itu telah berada didalam kamar,duduk diam tanpa adanya perbincangan. Revan yang sibuk melihat layar ponselnya tiba tiba berhenti dan memutar kepalanya melihat Yuna yang hanya duduk diam di atas ranjang.
Revan berjalan dan melemparkan tubuhnya diatas ranjang yang sontak membuat Yuna kaget.

    " Lo mau seranjang apa pisah? "

    " Ha?" tanya Yuna tak mengerti.

    " Gue mau tidur, kalau lo mau seranjang gak masalah buat gue,asal lo jangan macem-macem sama gue."

    " Gila aja lo. Gue macem-macem? Gak salah bilang lo? Yang ada juga elo kali."

   "Yaudah, berarti pilihan lo pisah. Noh disofa nyaman juga kok. Badan lo kan kecil jadi bakalan muat"

Tanpa babibu lagi Yuna mengambil bantal nya dan pergi ke sofa.

   "Sh*t... Baru kali ini gue diginiin cowok. Mantan suami gue yang lain pada baik kok yang ini modelan psikopat ya?"  Yuna bergumam.

Dan ya.. Akhirnya Yuna tertidur disofa yang memang cukup untuk tubuhnya itu. Tapi tak tahu mengapa malam ini sepertinya dingin untuk dilaluinya, Yuna menggigil sambil meringkukkan kakinya. Namun memang dia tak tahan untuk tetap dalam posisi demikian, ditelusurinya setiap lemari mencari kalau kalau ada selimut atau badcover didalamnya namun nihil, upaya itu tidak membuahkan hasil.

  Yuna menatap Revan yang tertidur dengan tenang, namun sekali sekali tampak sedikit gelisah. Dinginnya malam membuat Yuna tidak dapat berfikiran jernih lagi, dia mengendap endap di redupnya nuansa kamar yang sejak kapan seperti ini. Menyelinap masuk kedalam selimut yang dinikmati Revan kehangatannya.

  "Hangat..." Yuna memejamkan matanya lalu tertidur.

  Revan membuka matanya memastikan benar yang berada disebelahnya adalah Yuna.

  " Wanita ini tidak bisa memegang ucapannya.. Mudah sekali menyerah" Revan bergumam sambil membagi selimut yang hampir seluruhnya di gunakan Revan.

...

  Pagi menyapa kembali sinar mentari yang menembus gorden putih tipis itu membangunkan Yuna. Yuna memandang sekeliling dan tidak mendapati Revan lagi.

Clek...

Entah karena kaget atau apa Yuna kembali keposisi tidurnya namun tidak dalam kondisi tidur.
Kali ini Revan memakai handuk yang melilit dipinggangnya dan menunjukkan dadanya yang bidang. Walau sepertinya badan Revan ini terlihat kurus karena sering menggunakan baju oversize.
Yuna sedikit mengintip dan mengikuti bayang bayang lelaki itu pergi,seolah tak mau mengecewakan matanya yang sepertinya senang akan pertunjukan erotis itu.

  " Gak usah pura pura tidur!" Revan menarik selimut Yuna yang hampir menutupi seluruh wajahnya.

" Apaan sih lo, gue baru bangun juga."

"Udah gak usah bohong. Gue tau kok lo udh bangun dari 20 menit yang lalu."

Perkataan Revan sontak membuat Yuna terdiam dan memilih untuk pergi ke kamar mandi.

  "Lo gak mau lihat gue pake baju? Tadi juga loe ngintipin guekan? Dasar mesum"

" Revan berisik!!" teriak Yuna dalam kamar mandi dengan penuh rasa malu.

" hahaha.... Mesum!"

Yuna yang berada di bawah shower langsung menghidupkannya agar suara jail Revan tak terdengar lagi. Betapa malunya dia mendengar itu dari Revan.

"Gila tuh bocah prik.. Awas aja nanti". ancam Yuna yang pastinya tidak bisa didengar oleh Revan.

  Sementara Revan yang telah selesai memakai seragam kantornya turun kebawah untuk menikmati sarapan yang telah di siapkan pelayan, dimeja makan itu juga sudah ada ibu dan ayahnya.

" Mana istrimu? "

" Masih mandi bu. Kayaknya kecapekan. Ibu jangan ajak dia pergi shopping. "

  " Yaampun, Yunakan menantu ibu. Yah terserah ibu dong mau ajak dia ngapain selagi Yunanya setuju."

"Pokoknya jangan."

"Udah bu.. Kan bisa besok. Yuna biar istirahat aja."

"Yaudah deh.."

Yuna akhirnya turun dan bergabung dimeja makan bersama keluarga barunya itu dan mulai menikmati sarapannya.
   
    

My Last HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang