Sakit Hati

14 1 0
                                    

  Hari hari seperti biasa dijalani oleh Yuna dan juga Revan.
Namun, sesekali Revan menanyakan kapan mereka bisa bertemu orang tua Yuna.

  Hingga akhirnya Yuna angkat bicara bahwa orang tua yang sebenarnya sedang dalam keadaan koma di Amerika.

D-3

Revan mengajak Yuna bertemu di cafe dekat kantor nya.

Disana mereka ngobrol banyak hal.
Mulai dari gaun pengantin, undangan, catring dan masih banyak lagi. Sampai pada topik pembicaraan yang sebenarnya. Yuna menyarankan untuk wali dia akan menyewa orang untuk pernikahan kontrak mereka.

  " Enggak! " Suara Revan sedikit meninggi.

" Kenapa? Bukannya itu bagus? Lagian ini hanya sementara. Kenapa bunda ku harus ikut dalam permasalahan ini? " Yuna kebingungan

 
" Keknya loe belum kenal seluruh keluarga gue. Loe tau ? Pertama kali loe datang ke rumah orang tua gue. Loe itu udh diselidiki . Dan ibu gue tau kalo loe anak tunggal dari sepasang orang tua yang miskin.
  " 

Seakan menekan kata miskin Yuna sedikit tersinggung.

" Keluarga gue gak miskin ! " Seketika imej formal yang sedari tadi dibangun Yuna pudar seketika.

" Lagian buat apa punya kekayaan yang banyak ! Gue tau loe gak bahagia sama sekali. Mengingat loe yang hanya memikirkan harta warisan orang tua loe "

" Berisik loe!! Dasar wanita bayaran "

Plakk

Suara itu mengheningkan suasana cafe yang sedikit berisik itu.
Seluruh bola mata tertuju pada meja yang diduduki oleh Yuna dan Revan

" Jaga omongan loe! " Yuna bergegas meninggalkan Revan yang masih mematung ditempat duduknya.

Dari cafe menuju rumah Yuna menahan air matanya . Hingga dia sampai di dipuncang dia ingin menangis mengingat perkataan Revan.

Tak selang beberapa lama Yuna menangis dikamarnya. Hingga akhirnya tertidur karna kelelahan.

     ~°°~

 
  Yuna terbangun dalam keadaan kantong mata yang sembab akibat nangis semalaman.

   Sesampainya di kantor Yuna langsung disapa oleh sahabat satu satunya itu..

"Morning Yuna? How your day? "

" Morning ... I'm go....."

"Wait ! Ckckck . Are you crying ? "

"No!". Yuna memaksa senyumnya.

" Yes , you are.  Karna masalah bokap loe lagi ? "

" Gak kok. Ada hal baru "

"What? Hal baru tapi bikin loe nangis semalaman? Seriously? "

"Udah udah. Kok bahas itu mulu sihh."

" Heyy.... Look at me. Loe boleh cerita apapun ke gue. Jujur aja. Pliss "

" Ehh gue mau ke ruangan Bu Arika heheh byee"

  " Yaampun Yun... Susah banget sih jujur ke gue "

Diruangan Bu Arika (manager)

"Yuna... So, ini buat hasil penjualan novel kamu. Kamu bisa cairkan di bank " senyum bu Rika mengembang.

" Makasih ya bu. "

"Hei.. kamu kok bilang makasih. Saya harusnya bilang makasih sama kamu. Karna karya kamu yang membangun perusahaan ini sampai saat ini. "

"Ini semua berkat kepemimpinan ibu. Bukan karna saya . " Yuna tersenyum garing

"Kalau begitu saya balik ke meja saya yah bu. Permisi "

"Iya.. silahkan "

  
  Yuna akhirnya meninggal ruangan itu. Masih samar sesak didadanya mengingat kejadian semalam. Dan bukan ke mejanya Yuna berjalan ke arah tangga darurat.

Membuka handphone nya menekan nomor ...

"Hallo... Selama siang. Wahh kamu penelfon pertama kita pada siaran kali ini . Kamu mau request apa nih?

"Ha..halo saya mau request lagu All i want "

"Oke... Kita langsung putar saja lagunya... Ini dia all i want "

https://youtu.be/g71FZG6XIAE



Yuna memejamkan matanya dan menunduk. Mendengar kan lagu yang diputar radio dari hp nya.

Iya merasa sakit hatinya mungkin akan berkurang jika seperti ini.

 

My Last HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang