" Ah... Maaf om. Kami terlalu asik berbicara"
"Saya mau tanya. Apa kamu mencintai anak saya? "
"Aa..ah.. Te... Tentu saja ."
"Suamiku... Tentu saja dia mencintai Revan. Kalau dia tidak mencintai Revam dan hanya mengejar hartanya. Kita bisa lakukan rencana terlarang.. Hehehe.. Ya kan suamiku?"
Aneh kedua orang tua ini berlagak seperti psicopat.
"Eh? Rencana terlarang?"
"Kamu tak akan paham soal itu"
"Ayah ! Ibu ! Tolong ngobrolin hal yang berfaedah sedikit. Jangan bertingkah seperti anak anak"
"Siapa? Kita tidak bertingkah seperti anak anak"
"Ah.. Sudahlah. Aku sudah selesai makan. Kalian lanjutkan saja perbincangan bodoh ini" Revan meninggalkan ruang makan.
Seketika saat itu semua jadi terasa hening. Dan satu persatu orang yang berada di meja makan meninggalkan tempat nya dan disusul oleh beberapa pembantu yang mengangkati piring kotor.
"Yuna.."
"Ya tante? Ada apa?"
"Maaf atas perkataan kami tadi. Sebenarnya kami tidak bermaksud. Kami hanya takut wanita yang menjadi istri Revan adalah wanita yang hanya memikirkan hartanya"
"Ah.. Tak apa tante.. "
"Kamu sangat baik sekali. Revan tadi hanya makan dua sendok saja. Kamu tolong bawakan bolu pisang yang ada didapur untuk nya."
"Ta.. Tapi dia sedang berada dikamarnya"
"Ya.. Memangnya kenapa?"
"Itukan kamar laki laki. Tidak baik untuk seorang wanita masuk begitu saja."
"Jadi kamu belum pernah tidur bersama Revan?"
"Ya belum lah tante. Kan kita belum nikah"
"Wah.. Memang kamu adalah pilihan terbaik Revan. Kalau gitu cepet antar kan bolu pisangnya."
"Ba... Baik tante"
****
Aku menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu jati yang mengkilap itu. Padahal aku kira rumahnya hanya seperti rumah biasa. Namun dalam nya ada nuansa klasik dan modern.
Ceklak... Geeeittt..
Suara deruan pintu terbuka terdengar jelas. Aku masuk ke dalam kamar dan mendapati Revan yang tertidur sambil memegang sebuah buku.
"Revan?"
Clakk..
Shit pintunya tertutup sendiri. Aku langsung meletakkan piring berisi irisan bolu pisang itu dekat dengan Revan. Yah.. Ternyata seperti dugaan ku , kami dikunci dikamar ini berdua.
"Ada apa?kenapa kau masuk kesini?"
"I..tu. aku disuruh oleh ibumu menghantarkan ini. Namun sepertinya kita malah dikerjain. Pintunya dikunci dari luar"
"Hah.. Dasar orang tua itu"
"Ini bolu pisangmu" Yuna mengodorkan piring itu yang memang sudah dilihat Revan.
"Loe saja yang makan. Gue mau tidur."
" Ah.. Baiklah. Kalau gitu aku keluar " belum sempat Yuna memegang gagang pintu ia tersadar kembali bahwa pintunya dikunci dari luar.
Aku memutar kembali badanku dan mendapati Revan tidur untuk yang kedua kalinya. Namun, kali ini dia tidur di ranjangnya.
"Hah. Sepertinya aku harus tidur disofa." Yuna berkata dalam hati
Yuna mengambil bantal nya lalu...
" JANGAN NAIK KE RANJANGKU"
Revan berkata seolah membentak namun dalam posisi terlelap.
"Siappp"
Sial! Aku menjawabnya sangkin terkejutnya.
Revan menarik selimut nya kembali dan tertidur pulas.
Sedangkan Yuna beradaptasi kepada sofa yang pendek itu ."JANGAN NAIK KE RANJANGKU!"
Tiba tiba suara Revan terdengar lagi. Aku terbangun dan mendapati Revan untuk ke 3 kalinya dalam posisi tidur namun kali ini sekujur tubuhnya gemetar.
Yuna mendekati Revan
"Revan? Kamu kenapa?"
Revan masih gemetaran.
"Bunda.. Revan kan tidak mau berbagi dengannya. Kenapa Bunda menyuruhnya berbagi ranjang denganku?" Revan ngedumel sendiri.
Yuna yang penasaran akan apa yang dikatakan Revan mendekatkan telinganya.
Tak sampai 3 detik Revan telah memeluk Yuna erat erat."Bunda.. Kalau satu ranjang dengan wanita itu harus dicium. Baru bisa dikatakan teman seranjang"
Yuna yang malu mendengar kata kata itu sontak langsung melepas pelukan Revan dan kembali ke sofa nya untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Husband
Random"Silahkan tanda tangani surat nya" "Baik pak" ••••• Ini pernikahanku yang ke 6!! Kontrak nikah 1 tahun. Pendapatan sampai 3 milyar.