Obat Pereda Rasa Mabuk

132 6 0
                                    

Brztt brzzt brztt brzzt
Hp Yuna bergetar

Yuna membuka kunci layar hpnya. Dan whatsapp dari no tidak dikenal masuk.

••••

+6285246985212
Last seen 08:32

   Yuna... Ini william kamu bisa datang ke hotel JM hari ini? Emm sebenernya sih harus datang...
Tolong datang ke kamar no 203 dan sebaiknya kamu bawa obat pereda rasa mabuk.

Oke

••••
Aku sudah sampai di hotel JM. Dan kakiku melangkah ke meja resepsionis.

" Permisi? "

"Ya? Ada yang bisa saya bantu? "

"Kamar no 203 dilantai berapa? "

"Oh.. Dilantai 3. "

"Okay. Terima kasih ."

"Terima kasih kembali."

  Titt....

Mataku asik memandangi sudut sudut lorong di hotel itu. Semuanya tampak elegan dan mewah...

"200... 201... 202... 203.." kakiku berhenti tepat dikamar no 203.
Aku membuka hpku dan menelfon william.

"Halo?"

"Iya Yun? Ada apa?"

"Ini pintu kamar pake password. Sebenernya ini hotel apa apartement sih?"

"Eh.. Entar entar deh aku jelasinnya. Passwornya 13597"

"tigabelas lima sembilan tujuh.?" sambil mengeja kembali aku menekan tombol tombol yang ada di bawah gagang pintu itu

"Yaps... Kalo gitu aku tutup yah.. Bye"

"Eh.."

Tut..tut..tut..

Telepon terputus.

•••

Krieett...

Suara pintu dibuka

"Tuan? Tuan Revan?"

Tak ada sahutan sedikit pun.

"Revan Andara?"

Sekali lagi hanya hening yang tercipta.

"Kayaknya aku dikerjain sama William . Kurang ajar dia."

Tit tit tit tit tit
Ceklak...

Suara seseorang menekan tombol password.

Dan.. Sesosok pria tegap berjalan menuju kamar mandi. Aku yang mematung dikegelapan seakan tak tampak dimatanya.
Yah.. Keberuntungan sekali aku memakai pakaian serba hitam.
Aku yang menyadari dia akan menghidupkan lampu. Mengambil langkah seribu untuk ngumpet di lemari yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Laki laki itu kembali lagi kekamar mandi dan suara air deras muncul dikeheningan. Aku memang sengaja tidak menutup pintu lemari agar mendapatkan cukup udara. Aku berusaha membenarkan dudukku dan tanganku melepas pintu sehingga...
Sial.. Aku terjebak didalam lemari seorang pria.

  Samar ku dengar suara langkah kaki yang seolah mendekat kearahku.

Yaps.. Akhirnya dia membuka lemari. Aku? Bagaimana nasibku?

Aku masuk kedalam jas yang berada disudut lemari.

Aku mengintip wajah laki laki itu.
Dan benar saja. Dia adalah Revan Andara. Revan sangat sexy jika rambutnya basah. Terlebih lagi otot nya yang kekar itu. Yang dia sembunyikan dibalik jas.

Aku semakin mengamat amati Revan yang sedari tadi mengamat amati Pakaian bermerek didepannya. Lalu dia mulai membuka laci kecil dibawah lemari.

Tak mengeluarkan apapun dari lemari. Dia beranjak berdiri.
Dan menyibakkan jas jas yang ada di belakangku.  Dia menatapku lekat seolah ingin menerkamku.

"Hai... Hehehe..."

"Keluar"

Aku beranjak dari persembunyianku.

"Maaf aku gak bermaksud untuk melihat kamu selesai mandi. "

Revan menatapku. Berusaha memperbesar matanya yang sipit.

"So? What are u doing in here?"

"Tadi tuh William bilang kalau kamu mabuk mabuk an. Dan perlu obat ini " Menunjukkan obat yang ku bawa.

"Gue udah bilangkan. Lu gak perlu ikut campur kehidupan pribadi gue. "

"....."

Aku membalikkan badanku. Dan meletakkan obat pereda mabuk.

"Sepertinya kamu minum. Walau gak sampai mabuk kamu minum aja obat itu. Aku pergi yah.."

Tak sepatah kata dibalasnya.
Seperti kataku aku pergi meninggalkan tempat itu.




Pagi hari menyapa kembali.
Aku berjalan menuju kotak pos.
Berharap ada surat dari mama.

Aku menemukan 2 surat disitu. Satu berwarna biru yang kupastikan adalah surat dari mama.
Dan satu lagi warna coklat.
Aku ke rumah membawa 2 surat itu ditanganku.

My Last HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang