Part 1

96 8 4
                                    

Assalammu'alaikum SobatBahagia
Ada cerita baru nih..
Yuk di ramein..

Selamat membaca..

"Astaghfirullah... Ibu ga papa? Sini saya bantu ya Bu"
Ucap Aish pada seorang Ibu yang tiba-tiba terjatuh ditangga pada saat dia akan masuk ke dalam masjid.

Si Ibu berjalan tak jauh di depan Aish, sehingga Aish bisa melihat dengan jelas, kejadian saat si Ibu terjatuh.

"Astaghfirullah... Isshhh... Ya Allah, kaki Ibu ga bisa digerakin"
Ucap si Ibu merintih kesakitan.

"Astaghfirullah, Ibu tahan sedikit ya, saya bantu papah Ibu, kita cari tempat yang nyaman dulu ya Bu"
Ucap Aish dengan wajah khawatir.

Tanpa menjawab, si Ibu hanya mengangguk pelan, sambil menahan rasa sakit nya.

Dengan sekuat tenaga, Aish mencoba membantu si Ibu untuk berjalan ke arah pelataran masjid. Aish mencari tempat yang paling nyaman untuk bersandar tapi tidak ramai dilalui orang.

"Naah, di sini saja ya Bu. Yuk, pelan-pelan ya Bu"
Di bantunya si ibu untuk duduk perlahan.

"Bagaimana Bu? Masih sakit ya?"
Tanya Aish pelan.

"Iya Nak, masih. Ibu masih belum bisa menggerakkan kaki ibu"
"Isssshhh"
Ucap si Ibu sambil tetap merintih kesakitan.

"Kemungkinan kaki Ibu keseleo, akibat tersandung tadi. Saya coba olesin minyak dulu ya Bu, sebentar saya ambilkan di dalam"
Tunjuk Aish ke arah dalam masjid.

"Baik, terima kasih ya Nak"
Ucap si Ibu tulus

Aish menjawab nya dengan senyuman manis yang dia miliki.
Senyuman tulus yang selalu bisa memikat hati orang yang melihat nya.

Tak lama Aish kembali dengan minyak gosok dan air mineral di tangan nya.

"Ini Bu, diminum dulu, biar Ibu lebih rileks" ucap Aish menyodorkan air mineral yang ada ditangannya.

"Makasi Nak"
Ucap si Ibu lembut.

"Maaf ya Bu, saya oleskan dulu ke kaki Ibu. Minyak ini memang agak panas, tapi InsyaaAllah sakitnya akan berkurang"
Ucap Aish menenangkan.

"Iya Nak"
Si Ibu udah siap-siap untuk menahan rasa sakitnya.

"Bismillaahirrahmanirrahim"
Aish merapalkan basmalah sebelum memulai pijitan nya.

Si Ibu hanya bisa pasrah dengan pijitan ringan Aish pada kaki nya.
Tangan nya sudah mencengkram lengan Aish untuk menahan sakit yang dia rasakan.

Aish bukanlah tukang urut atau pun tukang pijat, dia hanya seorang mahasiswa.
Aish pun tidak tau dia dapat ilmu dari mana mengenai perpijatan ini, sebenarnya dia juga tidak paham mengenai syaraf-syaraf yang ada di dalam tubuh manusia, hanya saja pijitan Aish sudah banyak yang mengakui kehebatannya.

Dulu, Ayah Bunda yang paling suka dipijat oleh Aish. Nenek, kakek, paman dan bibinya pun sudah ketagihan dengan pijitan nya Aish.
Teman satu asrama nya pun sekarang sering meminta bantuan Aish untuk memijat ringan atau bahkan mengerik, saat mereka sakit.

Aish ikhlas membantu mereka, dia beranggapan kemampuan ini adalah titipan Allah, jadi apa salahnya jika dia berbuat baik dengan cara memanfaatkan titipan Allah ini. Toh, jika dengan pijitan ini orang lain merasa lebih baik, bukan dia yang melakukan nya, tapi itu semua atas izin Allah.

"Bagaimana Bu?"
Tanya Aish lembut pada si Ibu, sambil melihat ke arah Ibu itu.

"Alhamdulillaah, sudah berasa panas Nak. Sudah berkurang sakitnya. Walau masih sakit, tapi ini sudah bisa digerakin"
"Ya Allah, terima kasih banyak lho Nak"
Ucap si Ibu bersyukur.

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang