Part 12

21 6 2
                                    

Assalammu'alaikum SobatBahagia.
Wah, lagi seru-seru nya nih..

Yuk lanjutkan...

Selamat membaca...

"Tidak Abang .."
Sergah Aish cepat.

Sebenarnya, dari tadi Aish ingin sekali menimpali pernyataan Zidan, hanya saja dia sudah diminta untuk tidak memotong sejak awal.

Walhasil, saat ini dadanya terasa sesak, seperti ada yang mendesak untuk diutarakan.

Dihapusnya jejak air mata yang sedari tadi mengalir tanpa permisi.
Dengan menarik napas panjang, menegakkan posisi duduk dan menatap Zidan lembut, Aish ingin mengeluarkan semua yang selama ini dia pendam.

"Boleh sekarang Aish yang ngomong Bang?"
Tanya Aish sambil menatap wajah Zidan.

Tanpa menjawab, Zidan menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda dia mempersilahkan Aish untuk bicara.

"Sebelumnya, ada hal yang mengganjal hati Aish"
Ucap Aish hati-hati.

"Apa itu?"
Tanya Zidan penasaran.

"Apakah Abang sudah tau background Aish?"

"Aish ini seorang anak yatim piatu yang hanya berasal dari perkebunan lho. Aish ga punya siapa-siapa lagi kecuali Paman dan Bibi di sana."

"Aish ini Bukan anak pejabat, bukan wanita elite dan bukan wanita glamour seperti fans Abang lainnya?"
Tanya Aish pada Zidan untuk menampik keraguan nya.

"Apa Abang ga malu nanti nya punya istri dari kalangan biasa? Apa Abang masih mau nerima Aish?"
Tanya Aish pada Zidan dengan tetap menatap matanya. Aish ingin melihat kejujuran dari mata Zidan.

"Ya Allah Nisa... Abang jatuh cinta bukan melihat background kamu, tapi Abang jatuh cinta dengan seorang Aisyah Nur Annisa. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya"

"Jika Abang maunya seperti yang kamu bilang tadi, yang glamour lah, yang elite lah.. ga bakalan Abang nunggu tiga tahun untuk moment ini"

"Jadi kamu ga usah khawatir masalah itu... Disini intinya, hati Abang yang memilih kamu"

Tutup Zidan.

"Alhamdulillaah, jika begitu.. Aish hanya berusaha meyakinkan diri Aish sendiri"
Ucap Aish pelan, namun masih bisa terdengar oleh Zidan.

"Trus?"
Tanya Zidan yang sudah tak sabar menunggu Aish untuk melanjutkan.

"Abang... sebenarnya Aish juga merasakan hal yang sama, dengan apa yang Abang rasakan. Hanya saja, Aish tidak tau jika itu yang namanya jatuh cinta."

"Aish juga punya prinsip seperti Abang, tidak berniat untuk pacaran sebelum menikah. Sedangkan untuk menikah, Aish pikir masih terlampau jauh untuk menggapainya."

"Aish hanya ingin segera lulus dan kembali ke perkebunan. Aish hanya perlu konsen dengan kuliah dan menapik kehadiran Cinta yang Aish rasakan."

"Untuk menghindari si Cinta itu hadir, sejak awalnya Aish meng suggest hati Aish sendiri untuk membenci Abang, agar Aish tidak larut dengan perasaan Aish."

"Namun, lama kelamaan, Aish sadar akan satu hal. Ada sesuatu yang tidak bisa Aish kendalikan. Karena sudah ada Allah yang mengendalikannya."

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang