Cerita ini mengisahkan tentang anak korban pembunuhan yang bertekad untuk membalaskan dendam ibu yang melahirkannya.
Cerita ini bukan hanya tentang balas dendam tetapi.. cerita ini juga menceritakan tentang pertimbangan yang berat bagi seorang Anz...
Atau kelakuan abstrak Revan yang bikin geleng-geleng?
Oh ya kalian tau cerita gua darimana? Komen yo!
•Anza•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
......
Bugh.. bugh..
Terdengar suara pukulan keras hingga membuat darah mengalir deras dari lawan.
"Anza stop!!"teriak perempuan setengah umur yang membuat Anza menghentikan langkahnya.
Anza menjatuhkan lawan yang tergeletak tak berdaya.
"Mundur!!"teriak geng lawan sambil membawa teman-temannya yang berjatuhan.
Anza tersenyum senang akan hal itu karena berarti gengnya tak terkalahkan.
"Hebat lu broh!!"teriak Revan sambil menepuk bahu Anza membuat Anza menepis kasar tangan Revan.
"Astagfirullah galak amat mas untung ganteng!"cibir Revan membuat Anza menyorot tajam.
"Lu mau gua anterin ke neraka lebih cepat Van?"cibir Anza membuat Revan bergidik ngeri.
"Ogah njir! Gua liat lawan aja dengan mudah sekarat di tangan lu bikin merinding!"keluh Revan sambil menjauh.
"Anza"panggil seseorang membuat Anza menengok.
"Iya tan?"
"Ayo obatin luka kamu di markas"ujar tante-Abigail.
"Ayo cabut ke markas!!"teriak Abigail membuat semua pasukannya mengangguk.
Abigail segera menaiki motornya membuat semua pasukan yang luka-luka mengikuti sang ketua.
Sampailah mereka di markas yang cukup besar, mereka segera duduk dan mulai di obati oleh salah satu putri Abigail.
"Nih bang"datar Cana membuat Anza mengangkat alisnya.
"Thanks"
Anza langsung meminum air aqua yang di berikan Cana untuknya.
Cana segera duduk tepat di paha Anza dan mulai mengobati cowok itu, Anza hanya terdiam pasrah di obati oleh gadis cantik berkulit putih ini.
"Can, nanti obatin gua juga ya"ujar Revan membuat Cana menengok dengan wajah datar.
"Ya emang siapa lagi yang ngobatin lu kalo bukan gua?!"cibir Cana sambil berdiri, ia telah selesai mengobati Anza dan menghampiri Revan yang cengar-cengir.
"Lu ini katanya dokter tetap aja gua yang obatin!"cibir Cana sambil duduk di sebelah Revan.
Cowok itu langsung memegang pipi Cana dengan gemas hingga membuat Cana menyorot dengan mata tajam.
