O7

1.3K 135 21
                                    

Gaeul memijit pelipisnya usai sambungan telepon dari Haruto terputus.

Menghela napas panjang dan kembali memijit pelipisnya. Berulang kali sampai wanita itu merasa sedikit lebih baik.

"Aku tau ini ilegal, tapi aku gak punya pilihan lain. Haruto gak pernah main-main sama omongannya. Autumn's Kindergarten bisa-bisa beneran dihancurin sama dia kalo aku gak nurutin kemauannya" Gaeul kembali menghela napas panjang.

"Lagian, buat apa si tiang itu data diri sama informasi pribadi tentang Junghwan? Apa jangan-jangan, Haruto mau nyulik Junghwan? Nggak-nggak, dia aja udah kaya"

"Tapi buat apa?"

Heran Gaeul kepada sepupunya itu. Ya, Haruto memang adalah sepupunya. Ayah Haruto adalah adik dari ibunya Gaeul. Dan Haruto pula lah yang memberikan dana begitu besar kepada Gaeul untuk membangun Autumn's Kindergarten.

"Maafin saya, Junghwan, nyonya Kim. Saya terpaksa melakukan ini"






















•••

"Buna" panggil Junghwan.

Doyoung yang berbaring di samping anaknya, menoleh sambil tersenyum lembut.

"Apa nak?" tanyanya lembut.

Setelah sesi menangis tadi, mereka memutuskan untuk berbaring di kamar Junghwan. Doyoung akhir-akhir ini sangat sibuk dengan toko rotinya, sampai jarang memiliki waktu dengan sang anak seperti sekarang ini.

Junghwan tampak mengulum bibirnya. Ragu sepertinya ingin mengatakannya atau tidak.

Doyoung terkekeh kecil melihat raut wajah sang anak.

"Junghwan mau apa? Bilang sama bunda"

"Eum, Juwan———Juwan mau ketemu thama om Yedam. Boleh buna?" cicit Junghwan. Takut jika permintaannya membuat sang ibu marah.

Doyoung mengerutkan keningnya. Untuk apa anaknya ini ingin bertemu dengan Yedam?

"Bunda tanya om Yedam dulu ya?"

Junghwan mengangguk dengan semangat. Doyoung terpaksa mengiyakan permintaan sang anak demi membuat malaikat kecilnya itu senang.

Untung saja Doyoung sudah bertukar nomor telepon dengan Yedam. Namun ia masih ragu. Khawatir jika Yedam sedang sibuk dan menolak permintaan Junghwan.

Doyoung mengambil ponselnya di atas nakas samping ranjang Junghwan, mendial satu nomor lalu mulai menempelkan benda pipih persegi itu ke telinganya.

"H—halo"

Panggilan langsung tersambung. Doyoung terkejut. Bukankah Yedam adalah seorang CEO yang pasti sangat sibuk? Secepat itu mengangkat panggilan teleponnya, bahkan dengan Doyoung yang bukan siapa-siapanya Yedam?

"......."

"Kak, maaf ganggu waktunya. Tapi, Junghwan mau ketemu kakak. Gak tau kenapa, dia tiba-tiba pengen ketemu sama kakak"

"......"

"A—apasih kak!" jawab Doyoung karena orang di seberang telepon sedikit menggodanya.

DAD | HaruBby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang