"Jadi, kamu hamil anak Haruto dan berhenti kuliah setelahnya?" tanya Yedam.
Sekarang Yedam dan Doyoung sedang duduk berdua dengan Doyoung yang duduk di hadapan Yedam.
Doyoung mengangguk pelan.
"Aku rasa udah gak ada gunanya aku kuliah, kak. Mental aku gak sekuat itu buat nerima gunjingan orang-orang tentang aku dan kehamilan aku dulu. Untungnya di lingkungan aku yang baru, banyak orang berhati baik yang dengan senang hati nerima aku sama Junghwan"
"Junghwan?"
"Iya, Junghwan. Anak aku"
"Junghwan yang bikin aku kuat. Junghwan segalanya buat aku"
Yedam hanya diam. Jujur, Yedam tak tahu harus merespon seperti apa.
"Emm oh iya, ini toko roti punya kamu?" tanya Yedam berusaha mengalihkan topik. Ia tak tega melihat Doyoung kembali teringat akan masa lalunya yang kelam.
Doyoung mengangguk dengan semangat. Raut wajahnya berubah seketika. Yedam yang melihatnya tersenyum tipis.
Ah, rasanya Yedam sangat merindukan Doyoung. Well, lima tahun lamanya Yedam menahan rindu akan kehadiran Doyoung. Semenjak Doyoung pergi, Yedam terus berusaha mencari keberadaan Doyoung. Bahkan hingga saat ini, sebelum akhirnya takdir membawanya bertemu kembali dengan pujaan hatinya yang sempat menghilang.
"Masih kecil-kecilan sih, tapi lumayan rame hehe"
Kekehan itu. Yedam juga sangat merindukan bagaimana si gadis Kim yang sekarang sudah menjadi seorang wanita dan seorang ibu itu terkekeh.
"Ini gak bisa dibilang toko roti kecil-kecilan, Doyoung. Bahkan toko roti kamu ini terkenal lho, sampai para karyawan di kantor aku aja pada ngomongin toko roti kamu ini. Setiap hari pasti mereka bakal ngomong, "Tadi gue sarapan di toko roti Cowie. Sumpah, roti sama menu-menu lainnya yang ada di sana ada enak banget!!" gitu" ucap Yedam sembari menirukan gaya bicara karyawannya saat sedang bercerita mengenai toko roti milik Doyoung.
Doyoung kembali dibuat terkekeh pelan. Yedam menatap kagum ke arahnya. Bagaimana sudut bibir itu akan terangkat saat kekehan keluarga dari mulutnya. Pipi tembam yang tak bertambah tirus sedikitpun sedari dulu. Rupa Doyoung tak banyak berubah. Masih sama seperti dulu, cantik. Namun lebih cantik dari yang dulu. Doyoung telah menjadi wanita dewasa yang begitu menyayangi anaknya, Kim Junghwan.
"Kakak sendiri, gimana kabarnya? Kakak bilang punya perusahaan sendiri kan?"
"Ah iya. Aku punya perusahaan sendiri sekarang. Ya, meskipun awal-awal modalnya masih dibantu orang tua sih"
"Keren" puji Doyoung membuat pipi Yedam bersemu merah.
"E—eh? Kakak sakit?!" panik Doyoung menyadari pipi putih Yedam terlihat memerah.
"Ng—nggak kok, nggak!"
Kemudian keduanya kembali terdiam.
"Tapi Doyoung"
"Iya?"
"Kamu jauh lebih keren daripada aku. Kamu berjuang sendirian demi kamu dan anak kamu, Junghwan. Kamu bukan cuma sosok wanita hebat, tapi juga sosok ibu hebat. Itu keren, kamu keren. Sampai bisa ada di titik seperti sekarang ini"
"Hahaha, keadaan yang memaksa aku buat kuat kak. Dan Junghwan, salah satu alasan aku untuk tetap bertahan"
Yedam mengangguk setuju. Doyoung benar-benar hebat menurut Yedam. Ia yang saat itu harusnya masih berkuliah, memilih keluar dan melepaskan beasiswanya demi jabang bayinya. Doyoung tetap mempertahankan kandungannya meskipun saat itu Haruto menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAD | HaruBby
FanfictionHaruBby ft Junghwan (GS) ! Doyoung, ibu muda yang harus membesarkan anaknya sendirian tanpa adanya sosok suami di sisinya. "Yang salah ayah sama bunda, bukan kamu. Kehadiran kamu adalah segalanya buat bunda, Junghwan"