"Udah habis sarapannya?" tanya Doyoung pada sang putra yang baru saja menyelesaikan sarapannya.
"Udah buna!" jawab anak itu dengan nada riang.
Tak bisa dipungkiri, Doyoung senyum mendengar betapa riangnya nada bicara sang anak.
"Minum susunya dulu, biar Junghwan cepat ting....."
"Tinggi! Hehehe" riangnya lalu meminum segelas susu yang telah sang ibu siapkan.
Selesai sarapan dan minum susu, Junghwan dengan inisiatifnya sendiri membantu sang ibu membersihkan meja makan. Junghwan mengambil dua piring kotor di atas meja, membawanya dengan hati-hati menuju dapur.
"Buna" panggilnya lalu memberikan dua piring bekas ia dan sang ibu sarapan tadi.
Doyoung menoleh dan mendapati Junghwan sedang membawa dua buah piring kotor dengan tangan-tangan mungilnya.
Doyoung tentu saja terharu melihat tingkah sang putra yang memiliki inisiatif untuk membantunya.
"Makasih sayang" lalu menerima piring-piring itu dari tangan mungil Junghwan. Mencucinya di wastafel lalu mengembalikannya ke tempat semula.
Selesai mencuci piring, Doyoung menghampiri sang putra yang sudah siap di ruang tamu.
"Ayo"
Junghwan mengangguk. Berdiri dan merentangkan tangannya yang langsung disambut oleh sang ibu dan membawa tubuh mungilnya ke dalam gendongan sang ibu.
Karena bibi Jung sedang pulang kampung, jadilah sarapan kali ini hanya diisi oleh mereka berdua.
Doyoung menggendong Junghwan dan mendudukkannya di kursi samping kemudi. Memasangkan sabuk pengaman untuk sang putra, lalu duduk di kursi kemudinya.
Mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, sesekali menanggapi cerita sang putra tercinta.
"Buna, kemalin Juwan dibeliin es klim thama ayah lho!" riangnya.
Doyoung tentu saja terkejut dan refleks menginjak rem.
"Kapan?"
"Eum——waktu buna telat jemput Juwan. Nda apa-apa kan buna?" tanyanya hati-hati tak mau membuat sang ibu marah.
Doyoung menghela napas berat. Ia mengangguk pelan. Bagaimanapun pikir Doyoung, Haruto adalah ayah kandung Junghwan yang berhak memberikan anaknya sendiri jajanan semacam es krim dan ia tak boleh egois untuk tak mengizinkan hal semacam itu.
"Iya boleh, kan dia ayahnya Junghwan"
"Eum, buna nda malah?"
"Nggak, bunda gak marah. Ayo turun, kita udah sampai"
"Telimakaci buna! Juwan thayang buna"
"Bunda lebih sayang Junghwan" kemudian membukakan pintu untuk sang putra.
"Belajar yang rajin ya sayang, jangan nakal. Jangan jajan sembarangan! Pokoknya kalo buna telat jemput lagi, kamu tunggu bunda ya?"
"Owkiie buna!"
Junghwan menyalim tangan sang ibu, lalu mencium kedua pipi wanita yang telah melahirkannya itu.
"Dah bunaaa!!" sambil melambaikan tangannya menjauh dari gerbang menuju area Kindergarten.
Doyoung membalas lambaian tangan putranya yang perlahan menjauh.
"Inget ya Park Riki, jangan nakal!"
"Iya mami!"
"Dah sana masuk"
Samar-samar Doyoung dapat mendengar suara seorang wanita yang ia rasa begitu familiar di pendengarannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/319594278-288-k22321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAD | HaruBby
FanfictionHaruBby ft Junghwan (GS) ! Doyoung, ibu muda yang harus membesarkan anaknya sendirian tanpa adanya sosok suami di sisinya. "Yang salah ayah sama bunda, bukan kamu. Kehadiran kamu adalah segalanya buat bunda, Junghwan"