18. Persfective

88 12 0
                                    

Bagi setiap manusia, yang memiliki akal dan pikiran pasti mempuanyai sudut pandang atau disebut perspektif. Perspektif dapat dipengaruhi oleh keadaan, latar belakang dan faktor-faktor eksternal lainnya. Contohnya saja perspektif dari seorang nelayan dan pedagang di pasar dalam melihat langit berbintang atau tidak. Bagi pedagang pasar, langit berbintang atau tidak akan tidak berarti apa-apa bagi dirinya, yang penting adalah tokonya masih laku dan pembeli tidak berkurang. Sedangkan untuk nelayan tidak adanya rasi bintang dilangit yang berawan sangat mempengaruhi hidup dan mati mereka.

Perspektif pun kadang bisa menjadi suatu masalah dalam suatu hubungan. Terutama hubungan percintaan. Seperti perspektif Karina dan Auriga perihal perlu atau tidak nya apel setiap malam minggu. Bagi Auriga apel tidak lah perlu malam minggu tapi hari apapun boleh asal tidak mengganggu kegiatan kuliah atau urgensi lain. Namun bagi Karina apel malam minggu adalah hal sacral bagi sepasang kekasih, karena bagi Karina hal itu membuat ia sadar kalau dia telah memiliki pacar.

Saat ini Karina sedang mencoba menghubungi Auriga yang sejak sore tadi tidak bisa di hubungi. Setelah percobaan ke 3 barulah sang pria menjawab telfonnya.

"Halo? Kemana aja sih seharian ngilang?" kata Karina sambil mengapit handphone nya di antara bahu da telinganya.

"kan tadi jam 1 juga chattingan" jawab Auriga santai.

"tapi dari jam 1 ke jam 6 ga ada kabar" kesal Karina.

"iya maaf" Auruga tidak terlalu ingin berdebat saat ini jadi lebih baik ia mengalah.

"jelasin dulu tadi kemana?" Karina masih penasaran kemana menghilangnya Auriga selama 5 jam ini.

"Aku main game sama Ryu sama Yuding" jawab Auriga jujur.

"wajar ga sih cemburu sama game?" kata Karina.

"jangan cemburu sama game, karena kamu pasti kalah" kata Auriga menggoda Karina.

"ih!! Udah kalah sama Bintang, kalah sama dosen kampus, kalah sama Kepala Jurusan sekarang kalah sama game!" kata Karina, ia sangat kesal karena Auriga bilang ada hal yang memang ia prioritaskan lebih dari dirinya.

Kalau menurut kita itu hal yang menyakitkan tapi menurut Auriga lebih baik menjelaskan dengan baik-baik dari pada harus mencari-cari alasan. Dan Auriga juga ingin Karina mengerti bahwa prioritas utama nya bukan lah cinta. Dan Auriga pun berharap Karina lebih memprioritaskan studi nya dari pada percintaan atau hal lainnya. Ia mau kisah mereka itu justru jadi motivasi untuk study mereka. Auriga hanya ingin menjalin hubungan yang sehat.

"udah ga usah ngomel-ngomel" kata Auriga.

"ya kamunya nyebelin!!" kata Karina masih kesal.

"sekarang kamus siap-siap, jam 7 aku jemput, aku laper pengen makan baso" kata Auriga santai. Tanpa menunggu jawaban Karina ia mematikan telfonnya.

"ih malah dimatiin, kebiasaan banget sih jemput seenaknya, matiin telfon seenaknya emang kulkas mini!" kata Karina marah-marah sendiri.

"lu napa sih berisik amat?" tiba-tiba Giselle melongokan kepalanya di pintu kamar Karina. Karina kaget karena ada suara yang tiba-tiba.

"ngagetin gue aje lu!" kata nya sambil mengusap dada nya. Tanpa disuruh Giselle pun masuk ke kamar karina dan menidurkan dirinya di Kasur Karina.

"lagian lu telfonan teriak-teriak, si Auriga lama-lama budek" kata Giselle.

"biarin aja tuh budek kupingnya biar ga bisa main game lagi" ketus Karina.

"dih ko mau sih pacarnya jadi budek heran" kata Giselle sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Destiny ConstellationWhere stories live. Discover now