29. Rantai Tak Kasat Mata

60 6 0
                                    

"Oke cut!" ujar seorang pria yang perkiraan usia di pertengahan tiga puluhan. Pria itu adalah Tito, Producer sekaligus head team creative dari agensi model yang menaungi Karina. Lulus dari salah satu Universitas Negeri terbaik di Jawa Barat dengan jurusan perfilman, cita - cita Tito tidak pernah berubah sejak awal ia menggeluti bidang ini. Sejak kecil ia sudah menggemari film dan video-video karya sutradara lokal di Bandung. Baginya dunia perfilm, broadcasting, Video graphy adalah galaxy dan ia terperangkap di dalamnya. 

Saat ia berada di semester lima perkuliahan, Tito mendapat suatu tugas untuk membuat sebuah film pendek. Menjadi seorang pecinta film yang idealist, Tito tidak ingin menggunakan tema umum yang kebanyakan teman-temannya gunakan. Deadline tugas tersebut hanya 2 bulan tapi sudah dua minggu Tito dan teman-teman sekelompoknya masih berkutat untuk mendapatkan ide. Hampir saja menyerah akhirnya ia mendapatkan ide setelah menonton salah satu Video National Geographic yang membahas soal Milky Way atau yang orang Indonesia sebut sebagai Galaxy Bima Sakti. Pada awalnya teman-temannya sangat menolak hal tersebut karena merasa tema itu terlalu sulit apalagi di era nya saat itu akses Internet belum seluas sekarang. Tapi seolah alam semesta berpihak kepadanya, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang astronom saat sedang berjalan-jalan di daerah Palasari untuk menemukan buku-buku astronomi sebagai bahan untuk film nya. Saat itu ia tidak sengaja menemukan dompet seorang pria berusia awal 30an terjatuh di salah satu toko buku yang sedang ia kunjungi. Saat melihat KTP si pemilik dompet tidak di sangka alamat rumahnya sejalur dengan arah ia pulang. Karena khawatir sang pemilik akan kesusahan ia segera menuju alamat yang tertera di KTP tersebut. Bagaikan gayung bersambut, pemilik dompet yang ia temuka di pasar buku loak tersebut adalah Teddy, ya salah seorang astronom Indonesia dan sekaligus ayah angkat dari Auriga. Karena Tito tidak mau di bayar dengan uang saat Teddy ingin membalas budi atas kebaikannya, ia pun mengutarakan keinginannya untuk membuat film tentang kehidupan astronom di Bandung, dan dengan suka hati Teddy mengiya kan ajakan tersebut.

Jadi begitulah awal mula bagaimana rangkaian takdir ini bertemu. Seolah rasi-rasi bintang yang akan terhubung satu sama lain dan membentuk suatu rantai yang tidak akan bisa terlepas. Bulan kemarin Tito mendapat project untuk mesutradarai sebuah video pendek untuk iklan sebuah produk, karena deadline yang pendek ia tidak bisa memilih lokasi yang terlalu jauh dari ibu kota, tujuannya agar menghemat biaya dan waktu, maka dari itu ia memilih Bandung sebagai opsi lokasi. Seperti yang kita ketahui, Tito adalah orang yang idealist sehingga ia tidak ingin shooting di lokasi yang mainstream dan banyak orang sudah ketahui. Setelah mencari-cari referensi maka ia memilih Boscha sebagai lokasi yang cocok untuk project nya tersebut. Ia kembali teringat teman lamanya Teddy yang seorang astronom untuk dapat membantunya mendapat perizinan pemakaian lokasi. Namun sayang sang teman lama sedang berada di Amerika dan belum dapat pulang dalam waktu dekat. Namun ia memberitahu bahwa sang putra, yang kebetulan seorang astronom, sedang ada di Indonesia, dan begitulah ia dan Auriga bisa berkenalan dan membantunya dalam mendapatkan perizinan penggunaan lokasi.

Karina menghembuskan nafasnya berat, bukan karena script shooting atau beratnya proses pengambilan gambar, ia bahkan tidak ada dialog dalam project ini karena video ini pure akan menggunakan dubbingan suaranya, namun karena lokasi ia melakukan shooting adalah tempat ia bertemu dengan Auriga seorang yang pernah ia cintai sekaligus orang yang ia benci saat ini. Beban nya semakin berat karena Auriga, Subjek yang membebani pikirannya malah nangkring memperhatikan ia Shooting hari ini. Dalam pikirannya ia sudah mesimulasikan berbagai adegan pembunuhan untuk sosok Auriga ini. Shooting di sini saja udah beban eh malah di tambahn orang nya ada pula, mungkin begitu yang dipikirkan Karina sekarang. Tapi untunglah perasaannya tidak mengganggu profesionalitasnya dalam bekerja. Karena bagi Karina semakin banyak ia melakukan kesalahan semakin lama juga ia harus berada di tempat ini. Berada terlalu lama di Boscha membuatnya seolah merasakan ada tali di lehernya yang secara perlahan mengencang, dan itu membuat dirinya sesak. Sebisa mungkin ia mengontrol dirinya sendiri, serangan panik nya tidak boleh kambuh sekarang. Setelah setahun ia mencoba membebaskan diri dari depresi yang di deritanya ia tidak boleh kalah lagi hanya karena orang tidak bertanggung jawab datang kembali ke kehidupannya.

Destiny ConstellationWhere stories live. Discover now