28. Hating you is the only way it doesn't hurt

114 12 3
                                    

Bandung, bagi Karina adalah sebuah kota yang memiliki banyak arti, mungkin tulisan di lorong jalan Asia Afrika bukan lah sekedar tulisan biasa.

"Bandung, bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi" - Pidi Baiq.

Karena disini lah dirinya, sendiri menikmati malam kota Bandung dengan hingar bingar nya yang istimewa, banyak pedagang dan orang-orang berkostum hantu lalu lalang mencoba menghibur pengunjung demi mendapat kepingan rupiah. Karina tersenyum jika ia mengingat betapa takut nya ia saat melihat orang-orang berkostum itu saat ia masih kecil. Asia Afrika adalah salah satu destinasi keluarganya bila ia pergi ke Bandung. Hal kecil seperti itu selalu mengganggunya dikala sunyi. Ia hanya tidak habis pikir selama 23 tahun hidupnya yang bahagia bisa hancur berkeping-keping hanya dalam waktu satu tahun. Selama satu tahun itulah ia benar-benar mempertanyakan apa kesalahan yang ia lakukan sampai layak mendapat hidup seperti ini.

"rin, ayo lanjut kayanya shoot di sini dah cukup" ujar vanessa salah satu fashion stylish di pemotretan tersebut. Tersadar dari lamunannya ia menyadari bahwa semua crew sudah bersiap-siap untuk segera berangkat ke lokasi lain. Ia menyadari juga bahwa banyak masyarakat sekitar yang menonton nya pemotretan dan beberapa curi-curi foto dirinya. Ia tidak menyangka bahwa dia bisa dikenali orang banyak seperti ini, padahal ia merasa ia bukan lah seorang artist. Tetapi di jaman sekarang ini social media adalah konsumsi mayoritas masyarakat. Karina adalah seorang influncer, model dan beberapa kali membintangi iklan dan menjadi brand ambasador beberapa produk kecantikan, mustahil bila ia tidak di kenali.

Karina beranjak dari posisinya melamun dan segera mengikuti manager nya ke mobil yang sudah menunggu. Banyak orang yang mengikutinya, ia sebisa mungkin bersikap sopan dan mencoba menyapa para penggemarnya satu-satu, di antara kerumunan tersebut entah kenapa dia melihat sosok yang tidak asing baginya. Betapa kontras kulit orang tersebut diantara kerumunan tersebut, dan Karina tahu betul siapa dia, walau ia ragu dan tidak percaya kalau apakah yang ia lihat sekilas itu adalah Auriga. Belum sempat ia melihat jelas manager nya segera menariknya untuk segera masuk ke mobil karena jadwal mereka yang padat.

Dugaan Karina tidak lah salah yang ia lihat tadi adalah benar Auriga, pria itu sedang berjalan-jalan dan tidak sengaja menemukan kerumunan orang-orang yang sedang melihat sesi pemotretan. Siapa sangka pusat dari kerumunan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah pusat dari hati nya juga ya Karina. Melihat Karina gadis yang selalu ia cintai menjadi pusat perhatian membuat Auriga sedikit cemburu, tidak, tidak sedikit tapi banyak, dulu yang bisa melihat senyum itu, wajah indah itu hanya dirinya. Auriga adalah seorang yang teritorial, maka ia merasa terganggu bila apa pun yang menjadi teritori nya di usik orang lain. Namun sekarang siapa lah dirinya untuk Karina? Ia tidak lebih hanya kenangan gadis tersebut. Namun perkataan Irina tempo hari masih terus mengganggunya. Apakah ia harus tetap berjuang untuk mendapatkan hati Karina kembali? atau dia hanya perlu meninggalkan semuanya dan melanjutkan hidup baru? Seperti yang biasa ia lakukan di masa lalu.

Auriga melihat Van hitam itu melaju meninggalkan Asia Afrika entah untuk kemana. Matanya masih mengikuti arah  Van itu melaju, sampai akhirnya Van itu tidak terlihat lagi olehnya. Jauh dalam hati Auriga ia ingin mengejar mobil itu dan menghampiri Karina agar ia mau menerima nya kembali, namun ia masih tau diri. Ia pasti akan mendapatkan hati Karina lagi namun ia bingung harus memulai dari mana.

________________________________________________________________________________

Esok Hari

Karina kini tengah termenung menghadap ke sebuah bangunan berbentuk kubah besar berwarna putih, ia tahu betul tempat ini, tempat dimana pertemuan pertama nya dengan Auriga terjadi. Lagi-lagi takdir seolah mempermainkannya, dari semua tempat bagus di Bandung kenapa Boscha menjadi pilihan crew nya untuk pemotretan. Semua kenangan yang susah payah ia coba lupakan satu persatu kembali bagaikan rintik hujan yang membasahi bumi. Rasa sakit yang mungkin perlahan dia tutup kini terbuka. Karina tidak bisa berfikir jernih sehingga ia tidak menyadari bahwa sejak tadi sang manager sudah meneriakinya untuk segera bersiap.

"rin? are you okay?" ujar vanessa, sambil menepuk bahu Karina karena sang gadis tidak jua menanggapi panggilannya yang mungkin sudah 10 kali ia ucapkan.

"yeah, gue cuma bingung dari semua tempat kenapa harus di sini sih? kayanya banyak bangunan vintage yang ada di Bandung" ucap Karina sambil bergegas menuju set.

"ya lu tau sendiri kan bang tito maunya disini, kalo dia udah bilang A ya A" Bang Tito atau head creative team mereka adalah dalang dari semua perjalanan Karina dan crew nya ke Bandung. Kalau bukan karena "profesionalitas" Karina mana mau menginjakan kaki lagi di Boscha.

"rin lama banget sih lu, muka lu tuh belum touch up!" ujar seorang gadis dengan wajah blasteran segera menghampiri Karina dan merapihkan riasan Karina.

"iya maaf tadi gue ke distract aja sama suasana di sini, kaya ga enak gitu ga sih udaranya?" ujar Karina berkilah. "lu jangan ngadi-ngadi deh masih siang juga!" Sofia, make up artist di tim Karina berujar karena merasa sedikit terganggu oleh ucapan Karina, maklum orangnya emang suka parnoan. Karina hanya tertawa mendengar keluhan anggota team nya itu.

"Karina!" dari dalam bangunan observatorium boscha, Bang Tito atau head creative team mereka muncul. "ayo siap-siap kita ambil gambar di dalem"

"emang boleh bang ngambil gambar di dalem? setau gue itu kan cuma buat kepentingan astronomi dan perkuliahan" ujar Karina ragu, karena bagaimana pun ia tetaplah familiar dengan tempat ini, betapa ketat perizinan di Boscha, jangankan untuk pemotretan hal yang berhubungan dengan perkuliahan saja masih susah untuk menembus perizinan di tempat ini.

"iya deh yang paling mahasiswa Astronomi" ujar Bang Tito, mendengan gelar mahasiswa astronomi entah kenapa membuat Karina sedikit bergidik, hal berbau astronomi sudah lama ia tinggalkan, bahkan hobinya dalam membaca Ramalan bintang saja sudah ia tinggalkan.

"tenang aja rin gue punya jalur belakang kebetula gua punya kenalan salah satu peneliti di sini jadi izin-izinnya di bantuin dia, orangnya juga kebetulan lagi disini, siapa tau lu kenal dia alumni kampus lu juga kalo ga salah" ujar Bang Tito bersemangat. Karina jadi penasaran siapa alumnu kampusnya yang mempunyai akses leluasa ke Boscha. Namun pikiran nya menjadi panik karena orang yang ia tahun punya banyak akses ke Boscha tidak lain dan tidak bukan adalah...

"Bang Tito, izin nya udah beres, tim kalian bisa tinggal mulai aja"

Mendengar suara itu Karina seketika terdiam, ia tahun jelas siapa itu, suara itu yang dulu pernah jadi suara penenang nya dikala malam, dengan ragu Karina membalikan badan dan ia tahu betul apa yang akan ia temui. Di sana berdiri seorang pemuda yang tidak jauh beda umurnya dengan dirinya, mengenakan jaket parka navy dan kaos hitam yang sering sekali Karina lihat. Ya Auriga orang yang selama ini susah payah ia lupakan. Dalam benaknya Karina hanya bisa tertawa miris dengan takdir apa yang dia jumpai hari ini. Di tempat dimana semuanya berawal, ia di pertemukan kembali dengan orang yang sama.

Sang pemuda pun tidak kalah kaget dari Karina. Kemarin siang ia dapat telfon dari teman jauh nya Tito, ia bercerita kalau dia ingin melakukan pemotretan di landmark kota Bandung yang beda dari pada biasa nya, dan tempat itu adalah boscha, ya Tito menghubungi Auriga, orang dalam yang Bang Tito ceritakan tidak lain dan tidak bukan adalah Auriga.

———————————————————————————
To be continued

Hai hai i am back, sorry for a really really late update, life just so f*cked up and i try to resolve it one by one so please bear with me okay?
Cerita ini sudah mau closure di beberapa chapter kedepan semoga aja dapet ide yang oke. See ya 👌

Recommended song : echo - alexander stewart

Destiny ConstellationWhere stories live. Discover now