21. New Wound

61 11 4
                                    


Bagi Karina, satu tahun bersama Auriga adalah hal yang paling membahagiakan. Bagaimana Auriga selalu menerima kekurangan nya dan mencintainya dengan cara nya sendiri. Satu minggu lagi adalah hari yang paling di nanti oleh Karina dan semua mahasiswa yang telah menyelesaikan sidang skripsi. Para mahasiswa kini di sibukan untuk mencari outfit terbaik mereka untuk acara wisuda nanti. Lulus dari salah satu kampus terbaik di Indonesia adalah salah satu mimpi para anak muda bukan? Jadi semua mahasiswa yang berhasil lulus dari kampus ini sangat antusias menyambut moment tersebut. Termasuk Karina. Tahun ini benar-benar tahun yang paling membahagiakan bagi Karina.

Tetapi, sudah tiga hari pula Auriga bertingkah tidak seperti biasanya. Dia jadi lebih sering menghilang. Bahkan sahabat-sahabatnya pun bingung ia pergi kemana. Karina bahkan menanyakan keberadaan Auriga kepada bu Mirna namun sang Wanita paruh baya tersebut juga tidak mengetahuinya. Sudah tiga hari Auriga hanya membalas pesan saat pagi dan malam saja. Karina jadi khawatir akan keadaan sang pria yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.

Malam ini setelah membeli gaun untuk wisudanya nanti ia berniat menelepon orang tuanya. hanya untuk melepas rindu dan memastikan mereka untuk hadir saat wisudanya nanti. Karina mengambil handphone nya dan menghubungi nomor sang ayah, tapi aneh nya ayahnya tidak mengangkat telfon nya. Tidak menyerah ia mencoba menghubungi nomor sang ibu. Namun sama tidak ada yang mengangkat.

Tidak kehilangan akal Karina menghubungi nomor kaka nya Yeri, ia pikir barangkali Yeri sedang pulang ke rumah karena ia tau bahwa kaka nya itu baru ada acara di Bandung. Tidak mungkin bila ia tidak menyempatkan diri untuk pulang ke Jakarta. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya telfon di angkat oleh sang kaka.

"Halo ka? Kemana aja sih? Ayin telfonin juga?" ucapnya merajuk pada sang kaka.

"eh iya maaf de, tadi lagi di kamar mandi" ujar sang kaka di sebrang sana.

"suara kaka ko aneh sih? Kaka abis nangis? Siapa yang nyakitin kaka? Bilang sama aku!" marah Karina, karena ia seperti mendengar suara sengau kaka nya di seberang sana.

"haha apa sih, engga ko, aku lagi flu makanya gini" elak sang kaka.

"ooh gitu, yaudah cepet sembuh ya ka, jangan lupa makan yang banyak sama istirahat, makanya kaka tuh jangan banyak acara ini itu. Sekarang covid naik lagi!" ceramah Karina. Ia dan Yeri memang sangat dekat. Walau sang kaka selalu keliling nusantara karena tuntutan pekerjaan nya tapi komunikasi kedua nya tidak pernah putus dan selalu menyempatkan mengobrol via chat atau telfon.

Setelah ceramah Panjang lebar akhirnya Karina berhenti dan menanyakan keberadaan orang tuanya.

"ka, kaka lagi di rumah kan? Mamah sama papah kemana sih? Ko aku telfonin ga di angkat" tanya Karina.

Yeri tidak langsung menjawab, ia bingung apa yang harus ia katakana kepada adik satu-satu nya ini. Masih segar di ingatan Yeri tentang kejadian tadi sore di rumah nya.

Flashback

Sore itu Yeri masih berkutat dengan pikirannya setelah mendengar percakapan sang ayah dengan seorang pemuda di Coffee Shop dua hari yang lalu. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya pada jam 17.00 sang kepala rumah tangga itu pun pulang. Sang ayah membuka sepatu dan berjalan masuk ke kamar utama. Hari itu kebetulan sang ibu sedang arisan dan sepertinya belum ada tanda-tanda akan pulang. Yeri berfikir mungkin agar pikirannya tenang ia hendak mengonfirmasi hal ini kepada sang ayah.

Setelah sang ayah selesai mandi dan sedang bersantai di ruang keluarga, Yeri memberanikan diri untuk menemui nya. Ia berjalan semakin dekat dengan pria yang ia anggap sebagai pria yang paling bisa ia percaya di dunia ini. Tapi kenyataannya semua anggapan itu hancur seketika saat ia mendengar semua percakapan sang ayah di café kemarin.

Destiny ConstellationWhere stories live. Discover now