75 - Nafsu Makan

722 114 2
                                    

"Ayo kembali, Luana."

Mereka kembali ke kediaman Marquis Livre karena Legion belum menyelesaikan tugasnya. Meskipun Legion bergegas ke sini karena keberadaan Luana, dia membagi para ksatrianya untuk melakukan perintah kaisar mencari Ingrid, itu sebabnya Legion harus kembali ke kediaman Marquis lagi.

Legion berpikir mungkin lebih baik menjauh dari Luana karena nafsu makannya bertambah setiap kali melihatnya. Legion takut pada titik tertentu tidak bisa menahan nafsunya lagi.

"Aku tidak mau." Tentu saja Luana berpikir berbeda.

'Bagaimana kita bisa berpisah setelah kita baru saja bertemu lagi?'

Luana membenci pemikiran itu. Terlebih lagi Luana tidak ingin tinggal di mansion Marquis Livre, atau apapun itu yang memisahkannya dari Legion yang baru saja kembali padanya.

"Aku ingin pergi bersamamu. Aku akan tetap tenang. Jika kamu pergi sendiri, tidakkah kamu akan kelaparan lagi?"

Mendengar pertanyaan itu, Legion tersenyum tipis. 'Bagaimana bisa setiap kata yang diucapkannya terdengar indah?'

Luana melipat tangannya dan berkata dia akan bertanggung jawab atas makanan, dan perasaan akan kecemasan Legion yang menekan muncul lagi.

"Itu berbahaya."

Bahkan ketika Legion mengatakannya, Luana sepertinya tidak mau mundur dan berteriak, "Aku akan melindungi tubuhku!"

"Bagaimana?"

Legion meraih lengan Luana dan menggenggamnya erat-erat. Luana mencoba melepaskan tangannya tetapi tidak bisa bergerak sedikit pun. Luana menempatkan banyak kekuatan di tangannya sampai mengerutkan dahinya. Luana mengangkat kakinya sembarangan, membidik tibia Legion. Itu adalah gerakan yang tiba-tiba, tetapi Luana terlihat sangat imut sehingga membangkitkan perasaan tertekannya Legion lagi.

Untuk sesaat, sepertinya rengekan Luana telah hilang. Ketika Legion sadar, Luana berbaring di bawahnya. Luana tiba-tiba jatuh ke lantai dan matanya melebar. Itu adalah situasi yang perlu Legion waspadai tetapi sepertinya Legion belum bisa memahaminya. Mata bulat Luana melengkung lembut, diikuti oleh senyumnya. Jantung Legion berdebar kencang saat melihat Luana yang tidak merasa waspada dengan situasi tersebut.

Legion menahan napas saat mendapati Luana yang hanya berjarak satu inci didepannya. Melihat Luana tidak melawan, Legion pikir dia bisa mencapai apa yang di inginkannya. Nafsu yang mendalam memenuhi pikiran Legion seolah-olah ada bisikan yang menyuruhnya mendapatkan apa yang diinginkannya.

'Tidak.'

Legion mengangkat tubuhnya dengan sisa kesabaran dan daya tahannya. Jika instingnya bergerak sesuai keinginannya, dia tidak akan bisa memiliki Luana selama sisa hidupnya. Mengetahui fakta itu, Legion tidak ingin menyentuh Luana dengan tergesa-gesa. Alih-alih mengikuti keinginannya dan merasa puas, Legion ingin memiliki Luana selamanya. Legion mengambil napas dalam-dalam dan berkata,

"Sekarang kamu tahu, kan? Kamu lemah, jadi tunggu di mansion."

Mendengar kata-kata itu Luana cemberut.

"Bukankah kebanyakan orang lebih lemah dari Legion?"

"Yah dan kamu jauh lebih lemah."

'Siapa yang akan membandingkan ksatria dengan warga sipil?'

Luana memiliki banyak hal untuk dikatakan, tetapi dia menahannya karena Legion tidak sepenuhnya salah. Luana ingin mengikuti Legion tetapi tidak ingin menjadi bebannya. Tetap saja, Luana meliriknya untuk berjaga-jaga.

"Kalau begitu, tidak bisakah Legion melindungiku?"

"Tidak, aku tidak bisa."

'Dinginnya!'

Made With Love! (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang