Bab 5

1.9K 384 33
                                    

Ada yang nunggu?

Btw, cerita ini bisa membuat kalian emosian...🔥

Karena keinginan bu Cendana dituruti perihal sikap kasar saat sarapan yang dilakukan Ami tidak dipermasalahkan, meradang? Tentu, tapi di rumah itu Ami tidak berhak mengapresiasikan perasaannya apalagi saat dia marah ia harus menahan dan menyembunyikannya.

Di saat Elena sedang menyiapkan diri untuk acara nanti malam maka Ami bergelut di dapur. Dengan cara itu dia bisa melupakan kekesalannya pada tiga orang yang berhasil membuatnya marah. Jangan harap Ami akan curhat pada pelayan di sana meski ia tahu mereka semua baik, yang jadi masalahnya akan disimpan karena mencari jalan keluar hanya memperumit keadaan.

Tidak ada perintah untuk menyiapkan makan malam dan Sarinah sedikit bingung ketika Ami membuat makan malam.

"Ada tamu Bu?"

"Tidak," jawab Ami. Ia memotong wortel dengan hati-hati. "Kita juga perlu makan walaupun ibu dan suamiku tidak ada di rumah."

Sarinah mengangguk.

"Aku ingin menyiapkan makan malam untuk kita, aku makan di sini bersama kalian."

Semua berseru riang dan berdecak kagum pada Ami. Wanita berhati mulia dan satu-satunya orang di kediaman ini yang memandang mereka sebagai manusia.
Cantik dan rendah hati padahal bisa saja wanita itu bersikap angkuh layak ibu mertua dan suaminya, namun tidak sedikitpun mereka melihat sikap buruk pada Ami. Sebaliknya, mereka heran dan geram pada sikap Elena yang bersikap seperti nyonya di rumah itu.

Makan malam spesial, pertama kali dibuat oleh Ami untuknya juga pelayan.

"Ini enak sekali." Lestari, gadis berusia 17 tahun mendapat kesempatan menyicip masakan pertama yang telah selesai. "Aku yakin ini pertama merasakan makanan seenak ini."

Yang lain juga akan mendapat kesempatan yang sama, tapi nanti saat mereka makan bersama.

"Aku bantu, Bu."

Inilah Ami, ia tidak akan meminta bantuan karena sungkan takutnya merepotkan tapi tidak menolak saat ada yang suka rela menawarkan bantuan

"Boleh."

Dan yang lain juga ikut membantu apa yang bisa. Jika seperti ini sudah terlihat seperti keluarga, Ami dan pelayan saling mengobrol selama memasak.

Ami tidak pernah meminta dirinya dihormati tapi ia bisa merasakan bersama para pelayan dia dihargai mereka juga bersikap sopan padanya.

Menikah dengan orang terpandang seperti suaminya jangan berharap ada kehidupan suami istri pada umumnya, menghabiskan waktu bersama di akhir pekan atau makan malam hanya berdua sambil bercanda tanpa ketegangan. Apalagi masa-masa sekarang.

Empat menu sudah selesai, Ami yang memimpin dapur hari ini dan semua bersuka cita. Ia tidak risih duduk di bangku para pelayan menikmati makan malam bersama mereka.

Tidak ada kasta berbeda di hadapan Tuhan kecuali keimanannya.

Sejenak Ami lupa pada kemarahannya, ia berbaur dengan pelayan menikmati hidangan yang disajikan. Tapi tanpa sengaja, seorang pelayan menyalakan televisi dan Ami menatap nanar pada tayangan di sana.

Bram dan Elena terlihat seperti pasangan, mereka disapa oleh tamu yang juga menghadiri acara tersebut.

"Biarkan saja," titahnya ketika pelayan hendak mematikan TV.

Dia sudah marah ketika ibu mertua menyuruh Elena yang mendampingi Bram, sekarang atas perintah siapa hingga wanita tidak tahu diri itu membawa serta putrinya? Kira-kira apa yang ingin diperlihatkan oleh Elena di acara tersebut?

Sebelum ke dapur Ami sudah memastikan keberadaan putrinya bersama pengasuh, lalu siapa yang membawa Nahla ke acara itu? Apakah ibu mertuanya yang memberi perintah?

"Kenapa dia yang ada di sana?" Sarinah sepertinya menyadari kenapa dirinya tidak mendapatkan perintah untuk menyiapkan makan malam. "Non Nahla juga ada."

Bukan hanya Sarinah pelayan yang lain juga tampaknya tidak menyukai keberadaan Elena di acara tersebut.

Tidak ada air mata melainkan raut murka yang membakar diri sendiri karena tidak bisa dilampiaskan dengan mudah. Harga dirinya sebagai menantu tidak perlu dipertanyakan lagi, tapi sebagai ibu bisakah orang-orang itu mempertimbangkan?

Teruntuk suaminya, di mana pikiran laki-laki itu? Sudahlah datang menggandeng wanita lain sekarang anak juga dilibatkan.

"Maaf, aku harus mematikannya." Sarinah segera menekan tombol off dan layar menjadi hitam. "Aku harap ibu baik-baik saja."

Selama ini Ami mengontrol jiwa dan raganya agar sejalan dengan logika, sedikit saja oleng mungkin dia akan gila dan penyebabnya adalah ibu mertua, suami dan wanita ular itu.

Bukan menantu pilihan (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang