Jangan lupa voment bestie 😁
Selamat membaca;
Dalam bayangan Elena adalah Ami menjalani operasi untuk membuat kulit punggungnya kembali bagus sedangkan Ami hanya melakukan pengobatan biasa dibawah pengawasan dokter kulit. Uang yang dikeluarkan Elena tidak tanggung-tanggung mengingat perkataan Meriska seminggu yang lalu.
"Anda kembali lebih cepat dari dugaanku."
"Kamu tidak perlu repot-repot mengantar minuman untukku." dari cermin Ami melihat wajah culas Elena.
"Aku melakukan atas inisiatif sendiri." Elena meletakkan cangkir teh di nakas, lalu memperhatikan Ami. Elena marah karena uang yang dihabiskan untuk pengobatan Ami, padahal rencananya tidak akan berangkat ke Korea bulan depan untuk operasi hidung.
"Anda tampak tidak bahagia dengan Bapak, kenapa tidak pergi saja?"
Ami meremat spon dalam genggamannya. "Apakah kamu diberikan kewenangan mengusut hubunganku dengan suamiku?"
Elena tersenyum, bagaimana cara membuat wanita itu tahu diri dan pergi dari kediaman ini?
"Semua orang tahu, di sini anda tidak punya hak apa-apa." Elena bicara dengan percaya diri. "Bertahan karena dibayar?"
Dengan tenang Ami berbalik dengan gerakan bersahaja ia bangun dan masih mensejajarkan posisinya dengan Elena.
"Entah apa yang kamu harapkan dari keluarga ini, sayangnya kita dipilih dalam status berbeda." Ami tidak terpancing emosi saat bicara, dengan sudut mata melirik ke bawah tepatnya pada kepalan tangan Elena.
"Aku juga tidak tahu apa yang dijanjikan keluarga ini padamu, tapi jika kamu berharap kepergianku dari sini sama saja kamu bermimpi. Tolong lihat ke bawah, takutnya kamu lupa posisi."
Pintu kamar dibuka tanpa ketukan, adalah Bram yang masuk. Ia sedikit terkejut melihat keberadaan Elena di kamarnya.
"Aku akan kembali Bu, selamat dinikmati Teh-nya."
Setelah mengangguk sopan pada Bram dan Ami wanita itu keluar, Ami hanya bisa melihat sikap yang terlalu dibuat buat oleh Elena di depan suaminya.
Karena secangkir teh, Bram mendengar sendiri jadi tidak bertanya lagi. Sedangkan pikiran Ami penuh dengan siasat Elena hingga dia lupa bertanya kenapa suaminya pulang lagi dan Bram juga tidak menegur istrinya, saat Ami fokus dengan pikirannya pria itu menyelesaikan urusannya dan bergegas keluar dari kamar.
Barulah Ami sadar jika Bram tidak menyapanya juga tidak mengatakan apa-apa setelah suaminya pergi, walaupun terlihat aneh tapi jujur Ami sudah biasa melewati keadaan seperti ini. Ia sudah terbiasa diacuhkan oleh keluarga ini.
Ami pernah diperingatkan oleh suaminya untuk tidak berurusan dengan Elena dengan alasan apapun. Ketika turun ia melihat putrinya bersama Elena, ada ketidakrelaan tapi tidak ada yang bisa dilakukan Ami. Jadwalnya sudah dilist dengan berat hati ia meninggalkan putrinya pada wanita itu.
Bagi seorang ibu perawatan penting, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki tapi ada yang lebih penting dari itu semua adalah quality time-nya bersama sang anak. Kebersamaan ibu dengan anak tidak akan berlangsung lama karena seiring berjalannya waktu mereka akan tumbuh besar, tapi Ami menikah dengan laki-laki seperti Bram wajar dia tidak punya waktu seperti ibu-ibu yang lain.
Namun dari hal itu semua Ami bersyukur suaminya tidak melibatkan Ami dalam urusan pekerjaan, entah bagaimana sibuk jika dia juga terjun ke dunia itu. Bukan kesibukan yang wajar bisa saja Bram menekannya hingga terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Bisa dipotong sedikit? Aku rasa ini sudah terlalu panjang."
"Bapak tidak menyukai rambut pendek, tapi aku akan merapikannya."
Tubuhnya milik Bram, begitu mungkin pikir laki-laki itu. Ami tidak bisa leluasa mengubah apapun yang ada pada dirinya, yang dilakukan oleh pegawai salon berdasarkan perintah suaminya.
"Dia memang bersahaja, wajar kalau bertahan lama di sana."
Ami mendengar sekilas obrolan dua wanita yang baru masuk.
"Saat peresmian kemarin dia juga datang, cantik sekali mereka kelihatan serasi ditambah kehadiran putri pak Bram."
Yang dibahas oleh mereka adalah Elena sementara kedua orang itu belum menyadari keberadaan Ami dan hair stylist tampak tidak enak pada Ami.
"Yang kudengar istrinya kurang becus, tidak bisa diandalkan, begitu."
Jadi yang didengar oleh orang-orang di luar sana adalah hal buruk Ami, entah siapa yang menciptakan rumor tersebut.
"Mungkin dia menikah karena terlanjur suka dengan uang grup Cendana, sayang sekali wanita itu pasti hidupnya tertekan."
"Mohon maaf, anda bisa istirahat dulu." salah satu pegawai yang juga mendengarkan gosip tersebut menyuruh dua orang yang baru saja datang menunggu di ruang tunggu.
"Anda baik-baik saja?" tanya hair stylist.
"Eum."
Wanita yang tidak becus dan tidak bisa diandalkan ternyata tidak hanya mendapatkan penghinaan dari kediaman Cendana tapi juga dari orang-orang luar. Mereka bebas berspekulasi karena tidak tahu apa yang dialami dan dirasakan Ami, tapi di akhir kalimat salah satu wanita itu sempat mengatakan sayang pada Ami artinya mereka tahu tapi tetap menuduhnya?
Sementara Ami di salon Bram ternyata ada di rumah tepatnya buat dia berada di ruang kerja. Laki-laki itu tidak sendiri, tapi berdua dengan Elena.
"Penampilan Ibu tampak lebih segar dan kecantikannya bertambah 10 kali lipat."
Salah seorang dari wanita tadi keluar untuk bertanya sesuatu pada pegawai namun tertegun melihat Ami. Ia tampak kagum pada kecantikan wanita yang dikenalinya dan gugup, sejak kapan beliau ada di sini?
"Terimakasih."
Ami sedikitpun tidak melihat wanita yang masih tertegun di tempatnya, setelah mengucapkan terimakasih ia pergi dari sana.
******
Tidak ada janji makan malam di luar tidak ada juga agenda acara resmi mungkin saja Bram menyuruhnya ke salon karena ingin istrinya lebih terawat.
Tapi sebentar, Ami segera bersembunyi di balik meja vas bunga ketika melihat Elena keluar dari ruangan kerja suaminya. Yang diketahui Ami tidak ada seorangpun yang boleh masuk ke sana, bahkan dia sebagai istri juga tidak boleh. Lalu kenapa Elena masuk ke sana? Ami masih bersembunyi ketika tidak lama Bram juga keluar dari sana.
Ada yang meremas jantungnya dan menyakitkan. Kenapa praduga ini begitu sakit?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan menantu pilihan (Cerita Lengkap Di PDF)
RomansaPersoalan klise antara menantu dan ibu mertua ; Suami tak punya prinsip