LVI. Kabarku Buruk

89 13 7
                                    

"Bagaimana kabarmu?" Lelaki bersuara serak itu menghampiri Emlyn yang sedang menghirup udara segar di teras hotel yang mereka inapi.

Emlyn kembali merasakan euforia yang sama ketika masih berada di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Ia mencicipi hidangan yang sama, di meja yang sama, dengan orang-orang yang sama. Tentu saja aura bahagia tak lekang dari wajahnya. Meski tak dapat dipungkiri, rasa canggung tetap menguasai ketika ia harus bersitatap dengan lelaki tubuh tegap tersebut.

Sama halnya seperti detik ini, tanpa membalikkan tubuh pun ia tahu siapa yang mengajaknya berbicara. Emlyn menarik napas terlebih dahulu agar bisa menghilangkan sedikit ketegangan dari tubuhnya. Akan tetapi, kenapa degup jantungnya tak berdetak dengan normal? Terlalu kencang.

Emlyn menggeser sedikit tubuh kecilnya ke kanan sehingga lelaki itu bisa berdiri di sisi kirinya. Tanpa berpaling sama sekali. Walau berjarak beberapa sentimeter, dapat dirasakan keberadaan lelaki itu di sampingnya dengan aroma tubuh yang khas.

"Kamu bertanya kabarku setelah mengabaikan pesan-pesanku dulu? Kemarin juga kamu bertindak sesuka hati ketika gladi dan tadi di atas panggung seolah begitu memedulikanku. Sepertinya semua ini basa-basi yang terlanjur basi," ketus Emlyn dengan seringaian tipis.

Emlyn bodoh. Kenapa malah berkata kasar begitu? Bodoh. Bodoh. Semestinya kamu bersikap manis saat dia udah mau mencoba mendekatkan diri, umpat batin Emlyn ketika ia tersadar dengan ucapan yang dilontarkannya. Memang, hati dan mulut tidak bisa diajak kompromi kalau sudah gengsi.

Tidak hanya Emlyn, Chanyeol pun mengembuskan napas kasar. Namun, bukan seringaian, lelaki itu memilih untuk tersenyum walau getir. "Aku memaklumi kemarahanmu. Kamu bisa melampiaskan semuanya padaku. Aku memang tidak jantan menghadapi skandal kita waktu itu. Maafkan aku," balasnya dengan menatap lalu lintas yang padat di bawah sana. Sekarang mereka berada di lantai 10, tepatnya di restoran hotel yang didesain glamor dengan pemandangan kota yang luar biasa.

Merasa diberi kesempatan untuk meluapkan emosi, Emlyn pun mengalihkan pandang dengan sedikit menengadah, agar bisa melihat wajah tampan itu. "Ini bukan tentang seperti apa kamu menghadapi skandal yang menyebar. Ini tentang kamu dan aku. Ya, aku tahu kita tidak seperti apa yang diberitakan, lantas kenapa kamu harus menghindar dariku? Apa karena kamu seorang idola dan aku hanya sebatas penggemar? Lalu, apa memang begitu seorang lelaki bertindak untuk menjauhi penggemar yang diisukan dengannya? Jika memang kamu risih dengan semua berita bohong itu, kamu kesal dengan pesan masuk dan panggilan dariku, katakan. Setidaknya aku di sini tidak perlu khawatir dengan keadaanmu di sana.

"Aku tahu, idola tidak hidup bahagia seperti apa yang sering mereka perlihatkan di layar kaca. Aku bahkan pernah masuk dalam hidupmu walau hanya dalam hitungan hari. Aku melihat bagaimana kalian berupaya untuk para penggemar. Hal yang tidak bisa kuterjemahkan adalah ketika kamu mengabaikanku sementara aku di sini memikirkan bagaimana kondisimu di sana ketika harus berhadapan dengan para petinggi. Beruntung, member lain menghubungiku dan mengatakan kamu baik-baik saja. Itu sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan bahwa kamu tidak menghargaiku sama sekali. Aku hanya pembawa skandal untukmu.

"Mereka berkata agar aku tidak perlu menyesal dengan apa yang terjadi. Apa aku harus demikian? Aku mencoreng nama baik seseorang yang aku idolakan? Aku membawanya ke dalam masalah yang membuatnya harus mengklarifikasi pada dunia. Aku sangat menyesal dengan pertemuan kita. Bukan. Bukan dengan kenangannya, tapi dengan awal ketersesatanku di Korea. Terlalu banyak perandaian yang kusebutkan dengan menyalahkan diri sendiri.

"Sekarang kamu di sini menanyakan bagaimana kabarku? Aku buruk." Emlyn akhirnya melepaskan apa yang selama ini dipendam. Selama ini ia hanya mendengarkan apa kata orang untuk menyemangatinya tanpa memberitahukan dengan jelas apa yang dirasakannya. Kini, pada orang yang tepat ia meluapkan segalanya.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang