XXX. Pertemuan

120 12 1
                                    

Emlyn sudah siap dengan pakaian santainya untuk bertemu dengan calon yang hendak dikenalkan Danita padanya. Mereka tidak akan bertemu di tempat asing, karena Danita meminta lelaki itu untuk datang ke toko rotinya. Danita khawatir jika lelaki tersebut bukanlah tipe seperti yang diinginkan oleh anaknya, maka anaknya bisa langsung pulang tanpa jarak yang jauh.

Sembari menunggu, Emlyn membantu Danita melayani pelanggan yang memesan roti. Hal ini mengingatkannya pada saat ia membantu Mama Park melayani pelanggan di kafe. Ia harus berbicara bahasa Inggris atau pun bahasa isyarat untuk melayani mereka. Tiba-tiba ia merindukan perempuan hangat tersebut. Ia belum menghubunginya sama sekali setelah tibanya di Indonesia. Ia menetapkan dalam pikiran bahwa harus menelepon perempuan tersebut nanti setelah pertemuan dengan lelaki yang hendak ditemuinya ini.

"Bakat melayanimu sepertinya bagus. Kamu mempelajari sesuatu?" bisik Danita di telinga Emlyn saat melihat anaknya cekatan dalam menghadapi pelanggan.

Emlyn menanggapi pertanyaan tersebut dengan seulas senyum. Seperti diketahui sebelumnya, ia tidak pernah berhubungan langsung dengan pelanggan. Ia hanya duduk di bagian dapur untuk mencicipi olahan tangan mamanya. Berinteraksi dengan banyak orang bukanlah karakternya. Ternyata, ada gunanya juga ia membantu Mama Park di sana, jadi ia bisa membantu mamanya di sini. Dan ini terlihat menyenangkan, sebenarnya.

"Kamu mau bekerja di sini? Jadilah karyawan Mama," tawar Danita dengan ekspresi manja. Situasi saat ini terlihat seperti mereka sepasang kakak-adik.

"Lalu, aku harus berhenti menulis?" tanya Emlyn melirik Danita yang terlihat menggemaskan karena ekspresinya.

Danita langsung mengubah raut wajahnya menjadi kembali serius. "Mama lupa kamu sangat mencintai pekerjaanmu itu," sahut Danita dengan nada merendah.

"Aku usahakan bisa membantu sesekali," ujarnya membelalakkan mata Danita dengan rona bahagia.

"Benarkah? Kini kamu pasti tahu bahwa berinteraksi dengan para pelanggan sebenarnya menyenangkan, bukan? Kamu akan memiliki banyak teman dan kenalan jika berinteraksi dengan mereka. Dari pada terus mengurung diri di kamar berduaan dengan laptopmu," balas Danita yang malah mengundang tawa dari Emlyn. Ia tidak mengelak sama sekali, karena memang benar begitu adanya. Setelah berkegiatan di luar, Emlyn akan langsung pulang, bersenda dengan Aqmar sesaat lalu mengurung diri di kamar hingga pagi kembali menyapa. Begitulah rutinitasnya yang terlihat membosankan di mata Danita. Sebagai pribadi yang senang berbaur, Danita sedikit kesal karena kedua anaknya tidak ada yang mewarisi sifat tersebut. Putra-putrinya mengikuti jejak Harry yang lebih senang melakukan hobi dibanding berlama-lama berbincang dengan orang lain. Ditambah hobi keduanya sangatlah bersebrangan dengan dirinya. Putrinya suka menulis, sementara putranya suka membaca. Dirinya? Sangat senang berbicara.

"Selamat siang. Apa ada yang bernama Emlyn di sini?"

Atensi Danita dan Emlyn kini beralih pada seorang pemuda yang berdiri tepat di depan meja kasir. Postur wajahnya panjang, alis tebal, bibir bawah yang sensual, serta mata kecilnya yang memiliki tatapan tajam. Perawakannya sangat menawan dengan penampilan sederhana tapi terlihat mewah. Ia mengenakan kemeja hitam dengan outer berwarna sage yang digulung hingga ke lipatan lengan.

"Anka?" tanya Danita ragu-ragu.

Lelaki itu dengan gesit meraih tangan Danita untuk salam. "Tante Danita, ya? Senang bisa bertemu Tante secara langsung di sini. Kalau begitu apa ini, Emlyn?" tanya pemuda tersebut sambil menunjuk Emlyn dengan jempol kanannya. Sangat sopan.

Emlyn mengulum senyum simpul sebagai perkenalan diri. Danita pun lantas mempersilakan keduanya duduk di salah satu meja kosong yang terletak dekat lemari kaca sebelah kanan. Dari gelagatnya, Emlyn langsung mengetahui bahwa Danita telah terpikat dengan lelaki berparas tampan yang kini telah duduk di depannya. Benar. Emlyn tidak menyangkal tentang ketampanan lelaki ini. Kulitnya bersih dan juga wangi. Poin penting bagi Emlyn adalah kedua hal tersebut. Tidak ingin buru-buru menyimpulkan hal yang tidak pasti, Emlyn masih perlu berbincang dengan laki-laki ini.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang