LXV. Surprise

68 15 0
                                    

Media kembali heboh. Kedatangan artis Korea ke Indonesia selalu saja menarik perhatian penggemar. Apalagi jika dia adalah idola kelas dunia yang walau wajah tertutup pun tetap dikenali.

Pagi ini tersebar di media sosial foto Chanyeol sedang berjalan di salah satu pantai Bali. Ia tidak sendiri, melainkan dengan kakaknya. Namun, yang menarik perhatian netizen bukanlah hal tersebut, melainkan ada saksi lain yang juga melihat Emlyn berada di Bali. Netizen pun segera menyatukan asumsi bahwa mereka bertemu secara diam-diam.

Bukannya mereka baru aja ketemu ketika konser? Sungguh terniat Chanyeol bertemu lagi dengan perempuan itu.

Melihat perjuangannya, pasti hubungan mereka sangat dalam.

Agensi tidak bisa menipu kita dengan bantahan, kita memiliki bukti sekarang.

Sepertinya aku suka pasangan ini. Aku akan dukung kalian.

Begitulah beberapa komentar untuk potret mereka yang tersebar di media sosial.

Nita tergopoh-gopoh berjalan menghampiri Emlyn dan Nathan. Di tangan kirinya segelas minuman hampir saja tumpah karena keburu-buruannya. Sementara di tangan kanannya, jari telunjuknya sibuk men-scroll layar ponsel.

"Hati-hati, Nit, tumpah itu minumannya, kena baju," komplain Emlyn melihat cara Nita berjalan.

"Lihat ini." Nita mengabaikan peringatan Emlyn dan segera menunjukkan apa yang tertera di ponselnya kini.

Mata Emlyn dan Nathan seketika membola. Apa lagi ini? Ia bahkan tidak tahu Chanyeol ada di Bali. Ia hanya mengirim pesan pada Chanyeol akan berangkat ke Bali kala itu dan ia juga masih membatasi komunikasi antar mereka. Emlyn berusaha berpikir positif bahwa kedatangan Chanyeol itu terkait pekerjaan. Tapi, kenapa tidak memberitahunya?

Entah kapan ini akan berakhir. Itulah yang dipikirkan Emlyn ketika melihat berita yang berseliweran tersebut. Ia bukan siapa-siapa jika harus disandingkan dengan skandal seorang Chanyeol.

Emlyn segera merogoh saku celananya guna menarik ponsel. Nomor yang berada paling atas segera dihubunginya.

Belum sempat seseorang di seberang sana menuntaskan sapaan, semburan Emlyn terlebih dahulu terdengar hingga mengejutkan kedua temannya. "Kamu di Bali? Kenapa tidak beritahu aku? Kamu tahu sekarang skandal baru muncul lagi? Kamu bisa mengatasinya? Bagaimana jika segala spekulasi tidak jelas itu kembali membawa dampak buruk untukmu?"

Bukannya menjawab rentetan pertanyaan Emlyn, lelaki itu justru tertawa renyah. "Eskpresimu sangat menggemaskan. Kamu khawatir untukku atau untukmu sendiri? Aku sudah tidak terpengaruh lagi dengan hal itu. Aku mau mengabaikan semua asumsi mereka. Aku hanya ingin menikmati waktu yang singkat ini dengan perasaan bahagia."

"Sebentar-sebentar, kamu tahu ekspresiku sekarang? Kamu ada di—"

Emlyn celingak-celinguk ke sekitaran hotel, dan netranya berhenti saat menangkap lelaki yang melambaikan tangan ke arahnya dari balik jendela kaca. Chanyeol masih saja tampan di balik kaos oversize andalan dan celana selututnya. Senyum khas dengan lesung pipi itu mengembang dengan jelas. Nita dan Ettan sampai tutup mulut karena kaget melihat wujud lelaki yang tadi mereka bicarakan benar ada di sekitaran sini.

"Surprise ...." Chanyeol datang dengan tangan terbuka serta sebuket bunga calla lily berwarna putih. Bunga tersebut mencuri perhatian kedua teman Emlyn, sampai Nita terdengar sangat mengelukan pemandangan tersebut. Selaku pencinta kisah romansa, Nita tentu suka dengan hal-hal kecil seperti itu. Ia mengutuk diri karena sedang tidak bersama kekasihnya di pulau dewata ini.

"Apa yang kamu lakukan? Bagaimana jika ada yang melihat?" bentak Emlyn tanpa memikirkan usaha Chanyeol yang menyapanya dengan begitu romantis.

"Tidak berniat mengenalkanku pada mereka?" alih Chanyeol masih dengan senyum yang sama. Ia menunjuk Ettan dan Nita.

Emlyn berdecak kesal. Matanya mengawasi sekitar, takut ada orang yang mengeluarkan kamera dan memotret tingkah Chanyeol sekarang dan menyebarkannya di media sosial.

"Sepertinya kita bertemu di backstage saat konser kemarin." Chanyeol langsung mendatangi Ettan dan menjabat tangan mereka.

"Salam kenal, aku Chanyeol. Kalian pasti temannya Emlyn," ucapnya mengenalkan diri yang disambut hangat oleh Ettan dan Nita. Mereka juga turut menyebutkan nama masing-masing sebagai balasan.

Chanyeol menarik ujung kemeja Emlyn agar perempuan itu mendekat dan duduk di kursi sampingnya. "Sampai kapan kamu mau berdiri dengan mata melotot yang menarik kecurigaan?" bisiknya.

Emlyn hanya manut tanpa berbicara. Ia kesal. Kesal dengan cara Chanyeol yang tiba-tiba muncul dan bersikap sesuka hati.

"Ada pekerjaan di sini?" Ettan yang melihat kemurkaan di wajah Emlyn segera mengambil alih buka pembahasan agar tidak canggung.

"Aku ingin bertemu dengannya," jawab Chanyeol sekenanya sembari menunjuk Emlyn dengan jempol kirinya.

Mulut Emlyn terbuka kala mendengar jawaban Chanyeol. Dia kesambet apaan? Mulutnya lemes banget ngejawab gitu? Kenal temanku aja nggak. Padahal aku nggak jampi-jampi dia, lho. Harus diinterogasi ini anak nanti. Tunggu, apa ini bentuk dari kepeduliannya karena takut aku nyasar di sini? Oh my God, ini negeriku sendiri. Kalau pun kesasar aku pasti—walau kurang yakin—bisa pulang sendiri. So sweet sebenarnya, tapi kenapa aku resah? Gini amat suka dengan idola semua orang. Perasaan jadi serba salah. Hmm....

"Hubungan kalian pasti lancar belakangan ini," timpal Nita guna memuaskan rasa ingin tahunya akan kepastian keduanya. Emlyn bukan tipikal yang mau bongkar secara terang-terangan tentang apa yang sedang terjadi dalam sebuah hubungan.

"Doakan saja terus lancar seperti ini," pinta Chanyeol seakan mengonfirmasi status mereka saat ini.

Emlyn dibuat garuk-garuk kepala dengan jawaban Chanyeol yang tidak didiskusikan terlebih dahulu. Bagaimana bisa lelaki itu menjawab sedemikian yakin, sementara keduanya belum ada ikatan pasti. Hanya saling mengonfirmasi perasaan bukan berarti sudah punya ikatan, kan? Haruskah ia memastikan hubungan mereka? Tapi, untuk apa? Bukankah hanya akan semakin mematahkan hati pada ujungnya ketika sudah tahu akhirnya akan seperti apa? Semudah ini merangkai rasa sakit hati.

"Aku benar-benar melakukan ini untukmu. Bukan karena pekerjaan ataupun keterpaksaan ajakan Kak Yoora, tapi aku memang merindukanmu," bisik Chanyeol, seolah tahu isi hati Emlyn yang sedang tidak karuan.

Deg! Kalimat terakhir cukup menggemingkan Emlyn. Rindu. Kata yang selama ini selalu dirasakannya, sejak awal ia menjadi penggemar sampai mereka bisa sedekat ini. dirindukan oleh seorang idola bukanlah hal yang bisa diharapkannya tapi kini bisa dirasakannya. Haruskah ia bersyukur lantas berbangga diri atau tersenyum secukupnya dan segera menampar diri dengan kenyataan yang sebentar lagi menghadang?

"Aku rasa kalian akan menjadi pasangan yang paling bahagia nantinya, kalau jadi," ujar Ettan mengamati ekspresi Chanyeol dan Emlyn secara bergantian. Chanyeol dengan kebahagiaannya bisa bertemu Emlyn sampai senyumnya tak lekang sedari tadi, dan Emlyn dengan rengutan karena Chanyeol datang tiba-tiba tanpa sepengetahuan.

"Kenapa kamu berpikir demikian?" tanggap Chanyeol. Baginya, ini hal yang menarik untuk dipertanyakan.

"Kamu seorang idola yang dicintai ribuan penggemar, tentu saja mayoritas perempuan. Nah, salah satu dari mayoritas itu adalah Emlyn. Ia menyukaimu sepenuh hati, kurasa tak perlu kujabarkan karena kamu bisa merasakannya sendiri. Sepenangkapanku, dia tidak terobsesi sehingga perasaannya terkontrol dan terhitung normal. Kamu bisa terus menerima rasa itu yang sedari dulu mengalir, dan dia juga bisa mendapatkan balasan darimu atas hasil keikhlasannya sendiri. Artinya kalian saling memberi dan menerima, bukan hanya sebelah pihak. Kurasa itu sangat menguntungkan dan akan bertahan lama," jabar Ettan akan pemikirannya.

Chanyeol tersenyum lebar. "Terima kasih dukunganmu, kawan. Aku sangat menghargainya dan menyukai pernyataanmu. Kuharap juga itu bisa terjadi nanti."

Mereka masih menunggu tanggapan Emlyn, tapi tidak sehuruf pun keluar dari bibirnya. Ia masih sibuk dengan pikirannya yang berkelana jauh kemana-mana tanpa dapat jalan keluar. Hal yang pasti, ia akan mengajak Chanyeol bicara serius kali ini. Tentang nasib hubungan keduanya.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang