LXIV. Bekerja untuk Menghindar

60 11 6
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk syuting di Singapura. Rencana awal yang dijadwalkan akan berada di kota singa selama satu pekan, ternyata hanya memakan waktu empat hari saja. Para kru dan aktris bekerja super ekstra. Beruntung mereka berada di sana ketika musim hujan telah berhenti dan tidak mengganggu proses syuting.

Emlyn dijaga super ketat oleh Aqmar yang mengekori kemana saja kakaknya itu pergi. Ternyata, di balik tingkah over protective nya tersebut, ada sogokan yang diterimanya dari orang luar.

Di hari Emlyn sedang membujuknya untuk ikut serta ke Singapura, sebuah pesan masuk dari nomor asing dengan kode yang tidak dikenal.

Hai, Aqmar. Kamu adik Emlyn, kan? Salam kenal dari aku Chanyeol. Boleh aku minta tolong padamu untuk menjaganya selama syuting di luar negeri? Sangat memalukan meminta hal ini, tapi aku begitu mengkhawatirkannya jika bepergian seorang diri. aku bisa memberimu apapun asal kamu menjaganya.

Keterkejutan tampak jelas dari ekspresi wajah Aqmar ketika ia membolakan mata. Ia sampai mengucek matanya beberapa kali karena tidak menyangka seorang idola papan atas menghubunginya hanya untuk meminta pertolongan kecil itu. Agar tidak terlihat gampangan sekaligus menguji kesungguhan sang idola, Aqmar pun sengaja meminta hal paling mustahil yang tidak pernah diwujudkan oleh mamanya sendiri.

Aqmar
Jika aku menjaganya, apa kamu bisa mempertemukanku dengan member Red Velvet nantinya? Wendy. Aku suka dia.


Chanyeol
Tentu. Aku mengenalnya sangat dekat. Aku berjanji padamu sesama laki-laki.

Karena pesan itulah, dengan secepat kilat Aqmar merubah pernyataannya untuk menemani sang kakak di negeri seberang. Sangat mudah menyogok anak SMA yang ternyata juga seorang Fanboy. Untung saja Danita tidak mengetahui hal ini. Jika mamanya tersebut tahu, sudah jelas nasibnya akan seperti Emlyn.

***

Selama berada di Singapura, Emlyn terlalu fokus dengan pekerjaan. Ia tidak sempat bertukar pesan dengan Chanyeol, bahkan beberapa ang Emlyn dari adiknya. Aqmar dengan senang hati mengirimkan beberapa foto Emlyn dalam berbagai kesibukan, termasuk saat kakaknya itu sedang terlelap karena lelah bekerja.

"Kita udah selesai, Kak? Empat hari doang, nih?" tanya Aqmar seakan protes dengan waktu mereka yang begitu singkat.

Emlyn terus beberes, mengemas segala kebutuhannya dan sang adik untuk dibawa pulang ke tanah air. "Kamu nggak mau masuk sekolah? Betah di sini? Kemarin aja nolak pas diajak. Nyampe sini malah betah."

"Aku melakukan ini demi kebaikan Kakak. Bayangkan kalau aku nggak ikut dan Kakak tersesat? Bayangkan Kakak di sini nggak ada yang temani kemana-mana. Bayangkan Kakak kewalahan jalan beli snack malam sendiri, nggak ada aku. Bayangkan, Kak, bayangkan!"

Emlyn berdecak kesal dan menatap adiknya intens. "Kamu pasti ada maunya, kan? Kamu nggak mungkin melakukan sesuatu sampai ninggalin sekolah kalau nggak ada niat terselubung."

Aqmar membolak-balikkan ponsel yang segera direbut oleh Emlyn. Ia yakin akan mendapatkan sesuatu yang diincarnya di dalam sana. Aqmar berusaha keras untuk merebut kembali ponselnya, tapi kepalanya ditolak oleh Emlyn hingga tubuhnya terjatuh ke atas ranjang.

"Tepat dugaanku," ujar Emlyn begitu melihat pesan antar Aqmar dan Chanyeol. "Ternyata ini alasannya meminta nomormu padaku? Kenapa aku nggak berpikir sejauh ini?" obrolnya pada diri sendiri.

"Kak—" Aqmar berusaha menjelaskan agar kakaknya tidak salah paham.

"Kamu pikir bertemu Wendy Red Velvet gampang? Aku aja harus tersesat dulu di Korea untuk bertemu Chanyeol. Kalau aku nggak tersesat juga belum tentu aku akan bertemu dia," terang Emlyn agar adiknya itu tidak memiliki harapan tinggi bertemu idola berdarah Kanada tersebut.

"Bang Chanyeol udah berjanji akan mempertemukan kami. Kakak baca sendiri pesan itu, kan? Kalau dia berniat sungguh-sungguh menjadi abang iparku, maka dia harus membuktikannya. Atau aku akan menghalangi kalian," balas Aqmar tidak mau kalah.

Emlyn melengos dan berkata lirih, "Restumu nggak akan berpengaruh pada apapun."

"Mama masih belum merestui kalian?" tanya Aqmar sangat ingin tahu.

"Ada orang tua yang dengan mudah merestui anaknya dengan orang yang berbeda keyakinan? Kalaupun Mama merestui, apa keluarganya akan restu? Ini bukan tentang kami berdua, tapi ada dua keluarga yang berbeda segalanya. Nggak akan mudah."

Emlyn memilih keluar dari kamarnya demi menghentikan pembicaraan. Sebenarnya, selain karena sibuknya ia bekerja, hal ini juga sedang menghantam isi pikirannya. Ia tidak bisa larut dalam perasaan dan menjalin hubungan yang terlampau jauh dengan sang idola hingga melupakan rintangan terbesar sedang bersiap menyambut mereka; restu dua keluarga.

Sebaik apapun keluarga Chanyeol menjamunya kala itu bukan alasan untuk dapat menerimanya sebagai menantu. Begitu pula dengan Danita yang sampai saat ini masih bersikeras menghentikan perasaannya yang semakin menjadi. Pun, antara mereka berdua harus ada yang berkorban jika ingin bersama. Dirinyakah? Atau Chanyeol? Atau keduanya?

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang