5

51 11 2
                                    

Belum revisi, banyak typo

Kini aku dan keluarga sudahvtiba di restourant favorit kita. Ternayata papa sudah memboking tempat untuk kami tapi kita tidak langsung memesan makanan karena kata mama akan ada orang penting yang makan bersama kita.

Beberapa menit berlalu, aku bosan sekali.

"Masih lama ya ma orangnya?" Tanya ku.

"Itu," mama menunjuk kearah sepasang suami istri dan satu cowok yang sanagt aku kenal. Pastinya. Karena mereka adalah keluarga agam.

"Maaf mbak saya agak telat," ucap mama agam sambil berpelukan dengan mama.

Aku masih belum bisa mencerna semuanya, tapi yasudahlah untuk apa berlarut-larit memusingkan acara makan malam ini di awal, sebentar lagi juga mama akan memberitahuku.apa maksudnya kita makan bersama keluarga agam.

"Silahkan duduk Jen," ucap papa pada papa agam yang bernama jeno kali ya ah entah aku juga tak tahu.

Kini kami yang tadi semua berdiri pun duduk mwlingkari meja bulat itu

"Ane masih pake seragam? Langsung jemput mama papa tadi ke bandara ya?" Tanya mama agam aku hanya membalas dengan tersenyum dan mengangguk.

"Kita sudah pesan makan nes, kita mau bahas setelah makan saja?" Tanya mama.

"Bahas sekarang gak papa mbak, ini mas jenez mau keluar kota satu jam lagi waktu penerbangan pesawatnya mbak, jadi kita gak bisa lama, maaf ya," ucap mama agam.

"Iya gak papa," jawab mama.

"An," panggil papa padaku. Aku menatap papa.

"Ada yang mau papa dan mama sampaikan sama kamu," lanjut papa, aku masih setia untuk mendengar.

"Kamu dan agam sudah dijodohkan sejak kalian berusia 5 tahun. Dan sekarang mama papa pikir sudah seharusnya untuk kamu dan agam mengetahui hubungan kalian." Ucap papa langsung pada inti.

Tidak, apa aku tidak salah dengar? Perjodohan? Agam? Maksudnya ini apa? Aku tak paham!

"Maksud papa? Gimana bisa? Emang keluarga kita sudah dari lama kenal sama keluarga agam?" Tanyaku dengan nada yang tidak terima.

Aku sangat terkejut. Sanagt!

"Iya, keluarga agam dan keluarga kita memang memiliki hubungan yang dekat, dan untuk mempererat hubungan dua keluarga ini kita memutuskan untuk menjodohkan kalian dulu." Ujar papa lagi.

"Kalian pasti bohong kan? Apa ini karena hendra pah?" Tanyaku lagi.

"Ini sama sekali gaada hubungannya sama hendra. Kamu lihat cincin yang ada di jari manis kamu? Itu adalah simbol cincin yang sama yang ada di kalung agam. Bulan sabit. Cincin dan kalung itu sudah ada sejak kalian berumur 5 tahun, namuan kalian baru mengenakannya di tahun ke 10 kalian dijodohkan. Itu merupakan bukti terikatnya kalian berdua dalam satu hubungan." Tegas papa. Aku dan agam sama sama memperhatikan cincin dan kalung yang papa ucap barusan.

Benar papa memberikan cincin ini di hari ulang tahun ku yang ke 15, tapi aku tidak terima dengan perjodohan ini!

"Hubungan ini tidak bisa di putus an, sekeras apapun kamu menolak kalian sudah terikat." Lanjut papah.

Panas itulah yang mataku rasakan, selain keterkejutan yang membuatku hampir menesteskan airmata, namun hendra tetap topik utama dalam proses tangisku kali ini. Aku merasa sudah menghianati dan menyakiti hendra dengan hubunganku dan agam yang aku bahkan baru tahu sekarang.

Perasaan ku sangat sakit kali ini, aku tak sanggup lagi menahan air mata ku, aku pun memutuskan untuk bangkit dari dudukku dan berlari sampai menabrak wrieter yang membawa makanan pesan mama untuk bangku kami, aku tak memedulikan suasana kali ini, aur mataku sudah menetes dan aku terus berlari meninggalkan restourant ini.

Gak bisa, gaada siapapun yang bisa memiliki hubungan sama aku kecuali hendra. Cuman hendra cowok yang bisa aku miliki dan memiliki aku. Cuman hendra dan gaada siappun selain dia! Tegas ku dalam hati sambil terus berlari dan mengusap air mataku yang menetes.

Lariku tak memiliki tujuan, aku hanya ingin mwnghindar dan menganggap bahwa apa yang terjadi barusan juga hanyalah mimpi buruk sesaat, aku harus bangun jika ini mimpi.

Aku menghentikan aksi lariku saat sudah jauh dari restorant dan menyentuh pipa pada jembatan yang membawahi sungai berisi bebatuan. Tidak aku takkan mengakhiri hidupku, aku hanya ingin menatap keindahan.

Aku mencari-cari ponsel di saku seragam sekolah namun aku baru teringat saat ponselku ternyata tertinggal di tas yang saat ini masih di restourant. Padahal aku ingin menghubungin hendra, aku ingin menangis didepan cowok itu, aku ingin marah dan bilang kalau aku ingin bertemu dengaan cowok itu.

"Hendra! Anea butuh lo! Gue mohon dra, gue bener-bener butuh lo!" Teriakku sambil terus menatap arah bawah jembatan

🌟🌕🌟🌕🌟

Sedang di restourant masih tersisa mama papa analis dan agam beserta mama papa nya yang menikmati makanan yang sudah disaji oleh pelayan. Makanan baru karena yang pertama di hancurkan oleh anea.

"Saya benar-benar minta maaf la jen, anea hanya terkejut nanti perlahan dia bakal menerima semuanya." Ucap papa.

"Gak papa den, santai aja." Jawab janez.

"Agam, anea gimana dikelasnya? Dia itu anaknya kalau dirumah males belajar pasti disekolah dia suka tidur ya?" Tanya mama.

Mereka masih menikmati makanan sambil terus berbicara agar tidak membiarkan kehwningan menyapa.

"Engga tan, kaya biasa, anea gak pemalas kok kalau disekolah, aktif banget." Jawab agam.

"Yang ada agam yang pemalas," sahut mama agam.

Mereka semua tertawa kecil. Bukan hal baru buat agam disebut pemalas dan bodoh bukan? Itu memang lah dirinya, dan ia sama sekali tak masalah.

Berbeda dengan analis yang sama sekali tidak menikmati suasana ini, sangat membosankan. Gadis berponi itu terus menciptakan suasana dingin pada dirinya.

🌟🌕🌟🌕🌟

Ohhh hai... Gimana?
Aku sih setengah setengah ya entah an sama dra atau gam yang penting cewek itu happy aja. Tapi kalian gimana? Sama kek aku?
Btw makasih udh mampir baca yaw..

SFO Smiles (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang