12

37 9 4
                                    

Banyak typo, belum revisi

"Gimana? Udah inget?" Celetuk karina.

Jesi datang membawa nampan berisi 4 mangkok bakso. Pertama-tama jesi meletakkan bakso berkuah merah pada ku. Lalu ketiga nya untuk ia, yori dan karina.

"Lo nikmatin ya, lo kan suka pedas." Ujar jesi.

Mereka bertiga menuangkan saos dan kecap secara bergantian.

Aku melihat bakso ku, dan mengambil saos yang sudah selesai untuk mereka bertiga.

Aku menikmati bakso ini dengan sangat bahagia, pertama karena aku suka pedas, kedua karena hari ini merupakan hari bahagia.

Sesekali aku terbatuk karena pedasnya sangat terlalu sedangkan mereka bertiga terlihat menahan tawa.

"Gue berharap hari ini gapernah ada di dunia, seandainya bisa."

"Berandai-andai utu gak enak jes," balas yori.

🌟🌕🌟🌕🌟

"Hari ini lo ikut gue jemput nyokap gue ya an," pinta agam.

"Gue gak bisa." Tolakku.

"Kenapa?"

"Gak papa, gak bisa aja."

"Lo pulang sendiri?" Tanya agam.

"Engga gue di jempu jeje." Jawabku.

Semenjak hendra tidak di sisiku aku meminta jeje untuk menjemputku tiap hari. Aku tidak ingin menghabiskan uang ku hanya untuk bayar taksi online tiap harinya, lebih baik ku tabung saja.

"Gak pulang sama gue aja?"

Aku menggeleng dan berjalan mendahuli agam saat melihat jeje didepan mobil sedang menungguku.

"Selamat siang non," sapa jeje.

"Iya, siang." Jawabku dan memasuki mobil.

Aku melihat keluar jendela yang memperlihatkan agam sedang menatapku.

🌟🌕🌟🌕🌟

"Anea!" Panggil papa membuka pintu kamar.
Aku menutup buku berwarna pink berukuran A5 dan memasukkan kedalam laci.

Papa duduk diatas kasur.

"Kenapa pa?" Tanyaku.

"Gimana tadi?" Tanya papa.

"Gitu deh, aku udah berusaha ya pah sisanya biar hati aku yang urus. Semuanya susah pah, gak semudah yang papa bilang." Jawabku.

"Papa paham nak, terimaksih." Ucap papa dan mengekus rambut ku lalu keluar dari kamar.

Aku tidak mengerti kenapa papa sangat bersikeras dengan perjodohan ini. Papa sangat memohon padaku agar aku menurut untuk kali ini. Aku menatap mainan dari hendra di atas nakas dengan sendu. "Seandainya indra ada gue gak akan terima perjodohan ini." Gumamku.

Setelah mengambil segelas sirup jeruk dan buah apel di kulkas aku kembali kekamar. Sebelum memasuki kamar aku mampir ke kamar analis yang pintunya terbuka, ternyata di kamar itu tidak ada analis. Aku melihat mejanya yang berantakan dengan buku-buku yang sudah seperti belahan jiwanya.

Aku duduk di kursi belajarnya dan membaca "selembar kertas yang bercerita tentang kepedihan"

Waw menarik, baru saja membaca judul analis mengambilnya kasar membuatku terkejut.

"Bisa gak jangan asal masuk kamar orang, kebiasaan banget." Ketus analis melipat kertas itu dan memasukkan kedalam buku tebal yang ia tata langsung di rak bukunya.

"Kaget lo kaka ana, lagian baca aja gak boleh?" Tanyaku.

"Gak boleh."

"Dih galak. Eh, jangan jangan itu cerita kamu ya, waw kamu lagi patah hati an?" Tanyaku.

"Siapa juga yang patah hati. Udah deh sana kaka keluar aku mau tidur." Analis mendorong tubuhku ke keluar pintu.

"Eh, ini nih bawa." Analis mengambil sirup jeruk dan apel yang sudah ku gigit di atas meja belajarnya lalu memberikannya pdaku.

Kemudia anak itu menutup pintu kamarnya keras.

"Dih. Apaan sih ana,awas aja ntar gue baca tuh kertas kalau lo gak ada." Aku menutup meninggalkan kamar itu dan menuju kanarku.

🌟🌕🌟🌕🌟

Aku dan agam berada di satu mobil yang sama. Kita akan berangkat sekolah bersama dan pulang sekolah bersama.

"Dra,"

"Eh agam maksud gue, sorry sorry."

"Lo suka sama gue?" Tanyaku.

"Ia an,"

"Sejak kapan? Dari Lma? Baru baru ini? Kapan?"

"Sejak pertama kali gue dateng ke sekolah. Sejak pertama mama kenalin gue ke elo. Sejak gue tau kalau lo adalah musuh sekolah." Jawab agam.

"Lo suka gue karena apa?"

"Karena lo sempurna an."

Jawaban yang sudah ku tahu, jawaban yang sangat aku harapkan terucap dari semua orang. Namun sayangnya jawaban utu sudah terlalu basi untuk aku, dan aku membenci jawaban itu meski aku menyukainya.

"Kecantikan gue kan yang sempurna?"

"Iya an, tapi gue suka lo bukan cuman karena lo cantik."

"Oh,"

"Terus karena apa lagi? Bukan karena gue pinter kan? Bukan karena gue punya karakter yang baik kan? Semuanya tau gue ini sempurna di kecantikan aja dan kalau lo suka gue bukan karena cantik nya aja terus karena apa?"

"Gue suka lo karena lo tipe gue anea."

"Dulu gue pengen semua orang mengakui kecantikan gue, tapi semjak indra hadir dalam hidup gue gue gak peduli akan itu."

"Lo tau an, gue gak suka ada kata hendra di cerita kita berdua."

"Dengan terima perjodohan ini lo harus siap jadi pengganti hendra. Sakit ya?"

"Sakit, tapi gue pasti siap."

"Oke,"

Mobil sudah berhenti didepan gerbang sekolah, aku turun lebih dulu dan agam akan memarkirkan mobil itu.

SFO Smiles (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang