dua puluh sembilan

32 7 2
                                    

"Gue gak biaa terima semuanya hen."

"Sorry an, lo bisa langsung ke inti kan?"

Kini aku dan hendra berada di depan rumahnya sambil duduk di atas kursi yang memang tersedia.

"Apa buktinya kalau lo udah nikah hen?'

"Sebentar,"

Hendra membuka pintu rumahnya yang sudsh terkunci. Beberapa menit menunggu hendra pun kembali.

"Ini. Jelaskan sekarang an?"

Aku melihat surat pernikahan utu. Ternyata benar mereka sudah menikah.

"Kenapa lo nikah sama orang yang gak lo cinta? Bukannya itu nyakitin diri lo dan cewek itu?"

"Untuk saat ini gue mungkin belum cinta an sama lala. Mungkin bener juga ini nyakitin duri gue dan lala. Tanpa ada banyak hal yang alasannya susah untuk di terima dan di jelaskan, cuman bisa di jalanin. "

"Janji. Lo hebat hen, lo korbanin perasaan lo cuman demi janji. Gue aslinya gak masalah masalah kasus gue sama daniya, gue cuman butuh lo."

"Tapi gue yang gak bisa anea. Lo harus paham, lo gak peka apa sengaja an buat nyakitin orang yang cinta banget sama lo?"

"Hen."

"Agam maksud lo? Gue akui dia cinta, cinta banget sama gue. Tapi hen, gue cuman mau mencintai lo dan di cintai lo, bukan agam juga yang lain."

"An gue pergi ya."

"Oke," aku menghalangi tangan hendra yang hendak bangkit dari duduknya.

"Okeh, gue bakal belajar buat terima semua ini tapi tolong gue."

"Sekali lagi aja, dan terakhir kali ini aja tolong gue hen. Gue mau lo kasih waktu lo ke gue selama 4 hari."

"Buat apa?"

"Buat bikin lo benci sama gue. Biar lo bisa mencintai orang yang mencintai lo. Dan buat bikin gue benci sama lo. Biar gue bisa jalanin hari hari gue tanpa harus inget lo."

"Fue cuman punya sisa waktu 4 hari setelah itu gue harus balik ke jakarta."

Hendra terdiam.

Aku menatap lengkap mata hendra. Akundapat melihat kepedihan di mata cowok itu yang sama seperti yang ku rasakan.

"Percuma sih lo nikah sama tu cewek dengan kata lo tepati janji sama kakak nya. Tapi pada kenyataannya lo cuman nyakitin dia dra."

"Gue pergi. Gue mohon jangan ingkar janji cuman 4 hari."

🌕🌟🌕🌟🌕

"Iya pah, 5 hari lagi ane berangkat."

"Kamu sudah selesai."

"Sudah cuman mau liburan bentar disini."

"Ana gimana?" Tanyaku.

"Papa tutup bentar telponnnya nak."

"Kebiasaan kalau bahasa analis pasti langsung tutup telpon."

Kini aku berjalan memasuki area hotel.

"Anea?" Panggil agam.

"Lo ngapain disini?" Tanya ku melihat agam berdiri di depan kamar ku.

"An, sorry."

"Buat apa? Oh, harus nya gue yang minta maaf. Tadi gue lagi emosi makanya amarah gue keluar."

"An, sorry karena kehadiran gue bikin lo jadi kesusahan."

"Agam. Plis, gak usah merasa bersalah. Yang salah bukan kita tapi perjodohan ini. And, gue ke kamar dulu mau tidur."

SFO Smiles (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang