11

40 9 0
                                    

Banyak typo, belum revisi

"Anea?"

Aku menutup pintu rumah dan melihat mama dan pala yang sedang duduk santai di sofa.

Aku duduk bersama mereka dan meletakkan gelas berisi kopi yang agam beri dan sama sekali belum ku cicipi. Aku tidak suka kopi.

"Tante nesa udah sadar sayang?" Tanya mama.

"Belum, tapi udah pindah ruangan." Jawabku.

"Kamu kok pulang? Pulang sendiri?"

"Engga ma, aku di antar agam sekalian juga dia ambil barang barang mama nya."

"Kamu pamitan kan ke papa agam?"

"Iya ma, pamit mau antar agam."

"Kamu ini gimana sih, pamit mau antar agam kok malah pulang kerumah?"

"Ya kan sekalian ma, aku capek tau, mau belajar."

Aku melenggang menuju kamar.

Aku melihat pintu kamar analis yang terbuka, sedikit mengintip ingin tahu apa kegiatannya sekarang.

Ternyata adikku sedang belajar.

Aku masuk ke kamar itu.

"Lagi apa dek?" Tanyaku.

"Kaka liatnya gimana?" Tanya ku di balas tanya oleh analis.

"Kamu udah janji ya buat tepatin satu permintaan kaka." Peringatku.

Analis hanya berdeham dan masih fokus pada alat tulis nya.

"Btw nih, kamu kenapa khawatir banget kayaknya sama tante nesa?"

Analis menatap ku sebentar dan fokus lagi pada aktivitasnya.

"Engga, biasa aja."

"Aku cuman ngajarin kaka buat jadi manusia yang benar, mama calon mertua sakit gak mau di ajak jenguk." Lanjut analis.

"Ih ngeselin banget si, kamu aja sana jadi calon mantunya aku gak tertarik," ketus ku lalu keluar dari kamar analis dan mentup pintunya.

🌟🌕🌟🌕🌟

Setelah selesai mandi aku mengenakan pakaian tidur bermotif bulan dan bintang berwarna putih hitam. Aku merebahkan diri di kasur, lalu mengubah posisi menjadi miring dengan mata yang tertuju pada mainan yang hendra berikan.

2 kotak akrilik yang memiliki isi berbeda, aku memandangnya secara bergantian. Aku melihat jam di atas meja belajar menunjukkan pukul 8.

Bosan sekali, biasanya aku akan bertukar pesan dengan hendra atau akan mengobati luka cowok itu di depan minimarket. Mengobati luka hendra merupakan suatu kebiasaan untukku setiap hari meski aku tak tahu dari mana asalnya luka itu.

Tatapan ku pada langit-langir kamar berganti pada meja belajar yang berantakan dengan buku-buku yang terbuka, ingin sekali belajar tapi enggan. Karena tidak ada hendra yang menyuruhku. Aaaah, hendrs ngapain pergi sih?

🌟🌕🌟🌕🌟

Aku memasuki area sekolah dan melihat agam melambaikan tangan padaku di depan gerbang yang masih terbuka lebar. Aku membalik badan melihat mobil yang terbuka dan menatap papa yang menatapku sambil menganggukkan kepala lalu menutup pintu mobil. Kembali aku melihat agam dan berjalan perlahan ke arahnya.

"Good morning An,"

"Iya,''

"Gimana keadaan tante nesa?"

"Udah membaik. Waktu gue balik mama udah sadar."

"Oh, bagus deh."

Kita pun berjalan bersama menuju kelas.

Sebenarnya aku juga tak mau berjalan bersama agam karena banyak sekali yang memperhatikan kami. Meski agam terkenal bodoh tapi cowok itu adalah seorang selebgram yang sama sepertiku, sudah pasti fans nya di sekolah ini banyak.

Aku mendengar beberapa cibiran dari siswa siswi yang ku lewati. Sial, gak tau aja kalau agam ini tunangan ku, berani banget mereka jelek-jelekin aku dasar.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." Ucapku.

"Apa?"

"Tapi gak disini juga, gak di kelas juga."

"Terus dimana?"

"Rooftop."

"Sekarang?"

Aku menganggukkan kepala.

🌟🌕🌟🌕🌟

"Mau ngomong apa An?" Tanya agam.

Aku dan cowok itu menikmati udara yang menyejukkan.

Aku memilih untuk duduk diatas kursi tak terpakai di pojok rooftop, agam yang menyadari bahwa aku jauh darinya pun memilih untuk berjalan mendekatiku lalu duduk di sampingku.

"Lo bingung karena apa?" Tanyaku melihat langit dengan menyenderkan tubuh ke tumpukan meja meja tak terpakai.

"Gue gak tahu, intinya kayaknya gue suka sama lo."

Aku takbterkejut sama sekali mendengar pengakuan agam.

"Lo bisa buktiin ke gue kalau lo bisa jadi yang terbaik buat gue?"

"Pasti. tapi apa lo udah kasih gue kesempetan?"

"Belum. Tapi gue pengen lihat bujtinya dulu baru gue pikir-pikir lagi." Jawabku dan turun dari kursi berjalan keluar rooftop.

Aku membalik badan dan melihat agam yang tersenyum tipis.

🌟🌕🌟🌕🌟

"Anak-anak jalani hari kalian dengan pwnuh bahagia sebelum menuju hari perpisahan." Pesan pak tedy guru sejarah yang selalu memberikan pesan yang sama di setiap pertemuan kepada nurid kelas 12 di sekolah ini.

Setelah membereskan buku-buku nya pak tedy keluar dari kelas dan kelas yang tafi nya senyap dan sepi berubah menjafi gaduh dengan para murid yang akan bersiap menuju kantin dan tempat tujuan masing-masing.

Aku berjalan menuju kamar mandi dan melihat 3 iblis yang sedang bercermin. Aku melepas tatapanku pada mereka dan memasuki kamar mandi.

Selang beberapa detik aku membuka pintu dan mendapati 3 iblis, yori, karina dan jesi menghadang ku untuk keluar dari kamar mandi.

"Hari ini gue lagi mau baik hati sama lo." Kata karina membelai rambutku dan aku menepisnya.

"Gue mau keluar." Ketusku.

"Kita makan bakso bareng yuk An," tawar jesi.

Karina menarik tanganku sambil mencengkram erat pergelangan tanganku.

Mereka bertiga membawa ku menuju kantin dan duduk di dekat stan bakso.

"Gue tau kok selera lo. Aman deh,"

"Yor, gue gak mau makan bareng lo."

"Untuk hari ini gue gak mau jahatin lo, lo mau tau gak karena apa?" Tanya yori.

"Lo coba inget inget deh sekarang tanggal berapa, lo bawa hp kan?" Tanya karina.

Aku menghidupkan layar hp dan tertera tanggal 25 februari 2022.

Aku meletakkan hp itu di meja dan menatal yori berganti karina.

SFO Smiles (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang