Aku berjalan menuruni tangga namun aku meninggalkan ponsel di atas meja rias dan berlari kecil untuk mengambilnya. Saat sudah mengambil hp aku terkejut melihat ayah yang berada di ambang pintu membawa paper bag.
"Anea," panggil papa.
"Papa mau bilang makasih karena ane mengerti kata-kata papa. Papa senang lihat anea bisa dekat sama agam."
"Ini hadiah buat anea."
Aku tersenyum tipis.
"Aku gak butuh hafiah ini pah. Hendra gimana? Papa tau dia dimana?" Tanyaku."Papa masih cari tau nak. Papa gak akan ingkar anea kan tahu papa."
"Iya, aku juga gak akan ingkar pah, meski aku ketemu hendra aku gak akan tiba-tiba batalin perjodohan ini. Lagi pun agam gak seberapa buruk."
"Makasih nak," papa mengusap rambutku dan meletakkan paper bag di atas meja rias ku.
Aku dan papa berjalan bersama menuju meja makan yang sudah diisi oleh mama, analis dana agam.
"Selamat pagia agam." Sapa papa.
"Selamat pagi om." Balas agam.
"Kita langsung berangkat aja gam," ajakku.
"Sarapan dulu sayang," kata mama.
"Gak perlu ma, tadi abis olahraga kita udah makan roti."
"Kak agam juga suka olahraga pagi?" Tanya analis.
"Iya an," jawab agam.
"Yaudah yuk." Ajakku sambil menyalami tangan mama dan papa.
Lama-lama aku terbiasa dengan hubunganku dan agam. Meski aku belum bisa mengu ah posisi hendra dari hatiku tapi aku sangat berusaha untuk bisa mencintai agam.
"Analis boleh ikut kaka gak?"
"Boleh," jawabku.
"Analis berangkat sama papa." Kata papa.
"Tapi pa, sekali-kali gapapa." Kata analis.
"Gak usah." Bantah papa
"Gak papa kok om," kata agam.
"Gak usah agam kamu berangkat dengan anea saja."
"Analis serius gak mau ikut?" Tanyku memastikan.
"Anea berangkat." Teriakku di ambang pintu.
🌟🌕🌟🌕🌟
"Persiapkan mental kalian untuk pertempuran kalian anak-anak." Kata bu lely.
Pelajaran sudah di tutup dan keheningan di kelas berubah jadi ribut.
"Anea!" Panggil yori.
"Kenapa lo kangen gue?" Jawabku.
"Iya, btw lo tau sesuatu gak?"
"Apa?"
"Nyokap daniya sudah tau semuanya." Jawab jessy
Aku terkejut dan menatap mereka.
"Maksud lo?"
"Lo tau kan selama ini ga ada yang tau apapun selain lo kita mahen. Tapi sebentar lagi banyak yang tahu." Bisik yora di teleingaku.
Aku menatap mereka bertiga tajam. Isi kelasku sudah sepi hanya ada kita berempat.disini.
"Lo siap-siap aja an." Timpal jessy.
"Lo berdua udah janji gak akan bocorin ini kalau gue mau di bully lo semua masih kurang puas sama apa yang lo lakuin ke gue?"
"Gimana kita bisa puas kalau karena lo kita kehilangan temen kita?" Tanya yori.
"Lo yakin lo giniin gue cuman karena daniya?" Tanyaku pada yori.
"Bukan karena lo cemburu sama gue?" Tanyaku lagi.
Terlihat muka kesal dari yori.
"Cemburu engga. Tapi jijik iya. Dimana lo selalu pengen jadi yang nomor satu dan sok berkuasa. Lo pikir kita gak sadar selama ini? Belum lagi lo itu hobi ngerebut milik orang lain an." Kata jessy.
"Maksud lo?"
Karina yang sedari tadi terdiam kini tersenyum dan menatik kerah bajuku dan posisiku berubah dari yang tadi nya duduk kini jadi berdiri dengan perut yang sedikit terbentur ke meja.
Senyum hilang dan tatapannya menjadi tajam.
"Lo ngaca dikit ya an, berapa kebahagiaan yang udah lo ambil. Gak usah merasa hidup dalam cerita lo itu menyedihkan kalau lo bahkan tercipta untuk memberikan hari sedih buat orang lain."
Aku mengernyitkan dahi tak paham.
"Gue gak pernsh ya nyakitin lo bertiga selama lo jadi temen gue jadi gue gak ngerti maksud lo semua." Bentakku mendorong tangan jessy dari kerah seragam ku.
"Lo beneran gak inget atau pura-pura lupa?" Ucap karina.
"Lo lupa kalau lo udah ambil alih tempat yori buat jadi ratu smp kita dulu? Jangan bilang lo juga lupa kalau lo udah diem-diem ngambil posisi gue pas audisi pemilihan bintang iklan?" Tanya karena.
"Satu lagi. Lo juga udah sengaja bikin jessi luka sampe akhirnya dia gagal masuk ke final lomba tari?"
"Lo udah inget?" Tanya Jessi.
Aku menatap mereka secara bergantian.
"Gue emang lakuin itu. Tapi, bukan tanpa alasan." Kata ku ragu.
"Kita bertiga gak butuh alasan lo. Kita sadar semenjak lo tinggalin kita kalau lo gak tulus temenan sama kita. Lo itu jahat. Lo selalu ingin kelihatn wah sendirian." Kata yori.
"Iya lo bener yori. Gue emang pengen di nilai baik. Gue pengen jadi yang pertama. Gue emang jahat. Gue emang buruk tapi itulah gue. Hue gak peduli meski Nyokap daniya tahu tentang semuanya atau siapapun tau gue gak peduli."
"Gak semua yang terlihat adalah fakta." Ucapku pelan dan meninggalkan kelas.
Di pintu belakang kelas ada agam yang sedari tadi memperhatikan aksiku yori karina dan jessi tanpa kami ketahui.
Cowok itu mendengar semuanya.
Aku berlari menuju atap rofftop.
Air mataku menetes dengan rambut panjang yang di ajak bermain oleh angin. "Indra gue butuh lo." Teriakku memandang langit yang cerah tidak seperti suasana hatiku.
"Cuman lo yang paham dra sama perasaan gue. Cuman lo yang tahu gimana gak enaknya jadi gue. Yang lain jahat sama gue indra." Kataku.
"Seharusnya lo gak hilang gitu aja dari gue indra."
Di balik pintu rooftop lagi lagi agam memperhatikan tanpa aku sadari. Aku yakin ia merasakan hati nya yang sakit saat aku mengucap nama hendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
SFO Smiles (Proses Revisi)
Teen FictionAnea kehilangan pacarnya tanpa sebab dan tiba-tiba di jodohkan dengan seseorang yang sama sekali buka tipe nya. Sebentar saja kalian temanilah cerita Anea-Hendra-Agaam dengan penuh senyum seperti judulnya. . . . . Alurnya ringan kok👍 gak nguras em...