14

32 7 1
                                    

"Gak lama dari itu daniya meninggal dunia karena bunuh diri." Sambung ku dan meminum jus jeruk sambil melihat wajah agam yang setia mendengar ceritaku.

"Apa hubungannya sama lo?" Tanya agam membuatku tersenyum

"Karena gue sering dateng ke rumah daniya dan bilang ke dia kalau daniya itu murahan, mau banget di goda kakelas. Seandainya gue bilang ke guru dan temen-temen mungkin daniya bisa di bantu sama psikolog. Mental daniya hancur karena kejadian itu, dan gue malah ngomporin dia."

"Tapi lo gak ada unsur bunuh dia an.''

"Lo gak paham gam. Intinya dengan gitu gue bunuh daniya secara perlahan, tanpa gue dan daniya sadari."

"Lo harus baca surat terakhir cewek itu." Kataku.

"Surat terakhir?" Aku mengangguk.

"Sebenernya ini rahasia gaada yang tau selain gue sama circel yori. Tapi gue berharap banget lo benci gue dengan lo tau tentang ini."

"Gue gak bisa benci lo cuman karena ini. Gue rasa lo belum ceritain semuanya an. Terus gimana anak anak lain ssbut lo musuh sekolah?"

"Itu karena gue berubah dramastis sejak kematian daniya. Ke kaleman  gue berubah jadi iblis. Gue lebih parah dari yori gam."

"Yori tau semua cerita tentang lo?"

Aku mengangguk.

"Dia sahabat gue dulu." Jawabku.

🌟🌕🌟🌕🌟

A

ku membanting tubuh ke kasur dengan seragam yang masih ku kenakan. Lelah sekali saat harus kembali mengingat hari hari ku yang memiliki cerita bersama gadis bernama daniya. Tidak ada niat lain membuka lembaran seram itu selain untuk mengusir agam dari hidupku. Aku pikir cowok itu akan membenci diriku namun sial ternyata ia semakin penasaran denganku.

Aku menuruni kasur dan membuka laci dipan yang terkunci. Sudah lama sekali aku tidak membuka laci ini. Perlahan aku meraih kotak besar berbentuk kubus dan tersenyum.

"Dulu gue jahat banget ya dra." Gumamku.

"Lo gak bakal bisa lupain semua yang sudah terjadi. Tapi lo punya kesempatan buat merubah yang cerita buruk lo jadi baik." Kata agam yang masih sangat aku ingat.

Mata ku menggenggam bingkai foto yang disana berisi foto ku dan yori jesi juga karina sambil tersenyum bahagia. Hari itu adalah hari ulang tahun ku yang ke 10 tahun.

Aku beralih pada secarik kertas yang terobek berisi tulisan.

'Aku gak mau hidup lagi! Aku gak mau lagi hidup aku gak bisa!'

Mata ku mulai berkaca-kaca sambil membaca kertas lusuh itu.

Tidak berhenti disana aku juga meraih jam tangan warna hitam polos dan tersenyum kecut dwngan air mata yang berhasil menetes.

🌟🌕🌟🌕🌟

"Silahkan duduk," ucap pembantu yori.

"Makasih,"

"Saya panggil mbak yori dulu ya mas,"

Agam mengangguk dan pembantu itu menaiki tangga hendak memanggil yori

"Agam? Lo cari gue? Kenapa?" Tanya yori sambil berjalan lalu duduk di samping agam.

"Gue maau tanya tentang anea." Jawab agam.

SFO Smiles (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang