Chapter 25

10.3K 946 15
                                    

Mata itu perlahan terbuka, cahaya lampu dalam ruangan menyorot masuk kedalam netranya, dahinya mengerut merasakan sakit dikepalanya saat cahaya lampu memasuki netranya.

Jaemin menatap ruangan serba putih yang ia tempati sekarang, matanya menelisik sampai menemukan kedua sahabatnya yang tidur dalam posisi duduk disofa.

Ia tidak berusaha membangunkan keduanya.

Dengan pelan ia mendudukkan dirinya diatas bankar, ia menatap ke arah pintu, bisa ia lihat ada bodyguard yang berjaga didepan sana.

Lalu ia beralih menatap lengannya yang ditancapi jarum infus, ia mendengus kesal, ia tidak suka jarum infus apalagi jika dirinyalah yang terinfus begini, jadi dengan sekali sentak ia menarik infus keluar dari tangannya, lalu ia sumpal bekas tancapan jarum ditangannya yang sempat mengeluarkan darah.

Setelah merasa bebas bergerak, ia mengambil ponsel yang sudah ada dimeja sebelahnya, ia ingin melihat pukul berapa sekarang.

Ia melihat jika jam sekarang tepat pada pukul 15:00, masih sore, berarti ia sudah cukup lama terbaring lemah dibangkar ini.

Ia kembali berdecak kesal lalu beralih menatap kedua sahabatnya yang masih pulas.

'Ini jadinya aku yang menjaga mereka.'

"Ren."

Jaemin memanggil Renjun, karena demi apapun, ia bosan hanya terduduk dibangkar, ia sebenarnya ingin beranjak dari ranjang sialan ini, namun saat ia bergerak terlalu banyak, kepalanya terasa pening.

Panggilannya pada Renjun langsung direspon oleh pria itu.

"Eh? Jaem."

Renjun beranjak dari duduknya, menghampiri Jaemin yang terduduk di bangkar, mata pria perawakan rubah itu menatap kearah infus yang sudah terayun ditiangnya.

Pria itu menggeleng, "kau sepertinya sangat membenci infus ya?"

"Ya, sangat sangat membencinya." Ujar Jaemin menekan setiap ucapannya.

Renjun menghela nafas, lalu memilih duduk disamping bangkar Jaemin.

"Oke lupakan itu, sekarang yang ingin aku pertanyakan adalah mengapa bisa kau sampai terluka."

Jaemin menatap bahu kanannya yang sudah terperban, ia mendengus kesal jika mengingat kembali kejadian disekolah.

Sangat random sebenarnya kejadian hari ini, Jeno yang mengabaikannya, lalu pria itu berkencan dengan Siyeon, dan kejadian terakhir yang hampir merengang nyawanya.

Ia menghela nafas lelah, memilih menidurkan dirinya diatas bangkar.

"Aku hampir terbunuh diatas rooftop sekolah. Ada yang menargetkanku, sepertinya itu musuh papaku." jelas Jaemin tenang.

"Sialan. Kau melihat siapa pelakunya?"  tanya Renjun.

Jaemin menggeleng, "tidak, aku bahkan tidak tau darimana datangnya busur yang mengenai bahuku."

"Busur!!!" pekik Renjun, dirinya terkejut mendengar jika yang mengenai bahu Jaemin adalah busur, ia berpikir tadi itu luka tembakan.

Jaemin mengangguk, "untung aku bisa menghindar, walaupun sedikit terlambat hingga bahuku yang jadi korban."

Renjun memijat pelipisnya mendengar cerita dari Jaemin.

Ia jadi mengerti mengapa Park Chanyeol, ayah Jaemin sampai mengutus salah satu Jung agar menjaga anaknya ini.

"Untung ada yang menolongku, jika tidak, sudah dipastikan aku akan mati kehabisan darah." ujar Jaemin tenang.

"Ck, jaga ucapanmu Jaem. Kau tidak boleh mati." timpal Renjun kesal mendengar Jaemin dengan santainya berkata 'mati'.

DARK KILL [Nomin] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang