Chapter 14

15.1K 1.4K 51
                                    

Pulang sekolah, ketiga pria tidak lain yaitu; Jaemin, Haechan serta Renjun. Kembali ikut dimobil milik Mark.

Tentu mobil Mark dibawa oleh Harvey dari markas, karena Mark yang berstatus anak beasiswa culun tidak mamakai mobilnya kesekolah makanya ia mengizinkan Harvey yang membawanya.

Sekarang mereka sudah berada didalam mobil dengan Harvey yang menyetir, Mark dijok samping Harvey, dan ketiga pria manis duduk di jok tengah.

"Jadi kita akan kemana?" Tanya exited Haechan memecahkan keheningan.

Mark menoleh menatap sekilas Haechan, "untuk sementara kalian kembali ke rumah masing-masing. Jangan ke apartemen kalian dulu." Ucapnya.

Terlihat Haechan memanyun, "apa kau tidak akan membawa kami ke markasmu lagi?" Tanyanya lesuh.

"Tidak." Ujar Mark datar tanpa melihat Haechan, karena ia yakin, ia bisa bisa luluh jika sampai melihat wajah memelas Haechan.

"Baiklah." Ujar pasrah Haechan.

"Jangan keluar tanpa pengawasan." Ujar Mark lagi kepada ketiga pria dibelakangnya.

"Iya." Hanya Haechan yang menjawab.

"Renjun. Jaemin. Kalian dengar?" Tanya Mark memastikan.

Renjun yang menatap keluar jendela, menoleh menatap Mark, "aku dengar." Ucapnya dan kembali pada aktivitasnya.

Mark kemudian menoleh ke arah Jaemin yang nampak melamun.

"Jaemin." Panggil Haechan, ia duduk ditengah jadi ia bisa menyadarkan Jaemin dari lamunannya.

"Hah? Apa?" Tanya Jaemin menatap bergantian Haechan dan juga Mark yang menatapnya.

Mark menghela nafas, "jangan keluar tanpa pengawasan." Ulangnya.

Jaemin mengangguk membalas perintah Mark, kemudian kembali menatap keluar.

Hari ini rasanya sedikit berbeda, ia merasakan kehilangan yang ia sendiri tidak tau apa sebabnya.

Tapi sekelebat juga dalam pikirannya, ia sempat memikirkan Jeno yang hari ini absen dari kelas tanpa keterangan.

Kemana pria itu? Baru beberapa hari masuk sekolah sebagai siswa baru, tapi sudah absen diawal semester.

"Kau memikirkan Jeno?" Bisik Haechan disampingnya, membuatnya malu sendiri.

"Tidak." Sanggahnya.

"Eiih.. Kau tidak bisa membohongiku Jaem. Kupingmu memerah saat nama Jeno kusebut." Ledek Haechan dengan senyum menjengkelkannya.

Jaemin merasakan panas dilehernya menjalar hingga keubun-ubunnya.

'Haechan! Dasar mulut ember!'

Mark dan Harvey didepan sana hanya bisa menahan senyum saat mendengar nama Jeno disebut-sebut dan menjadi bahan ledekan untuk pria manis yang tampaknya menaruh hati pada Jeno.

'Sepertinya perasaan Jeno terbalaskan.'

Batin Mark menahan senyumnya, ia bahagia jika Jeno sudah memilih pasangan yang benar.

Iapun sudah nengetahui darimana Jaemin berada, jadi ia tidak akan meragukan Jaemin untuk menjadi pendamping saudara nakalnya.

Mark yang hatinya sedikit tenang, akhirnya memilih memejamkan mata, mengistirahatkan tubuhnya yang akhir-akhir ini kekurangan jam tidur.

Masalah dengan Kwon membuatnya selalu begadang, hingga melupakan tidur, dan kembali beraktivitas dipagi hari dengan mengawasi terkasihnya sekaligus memantau pergerakan Kwon.

DARK KILL [Nomin] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang