Bab 2

936 68 0
                                    

Denting lonceng menggema, beradu sengit dengan gemuruh gerimis di luar.

Terlihat kamar dengan nuansa hitam modern tengah sepi seperti biasa.

"Duh, nasip nasip. Jadi loe gini amat deh Mil." Gerutu Luna tak ingin diam dengan apa yang telah terjadi.

Setelah bangun dari pingsan di kamar mandi. Luna pikir tubuh ini akan tidur cantik di ranjang, dengan keluarga yang menatap khawatir. Namun na'as semua hanyalah bunga angan.

Dengan kekuatan sendiri ia bangkit, menyeret kaki agar bisa duduk di closet. Keinginan buang air seketika hilang berganti dengan kesakitan luar biasa pada kaki dan kepala akibat terkena pinggiran wastafel sekaligus tempat sampah.

Ingin rasanya ia bangkit teriak dan memaki. Namun apa daya, ia tak punya keberanian untuk melakukan apa yang tengah otaknya rencanakan.
Walau Luna sendiri telah di berikan ingatan tubuh Kemila, tapi bukankah ini keterlaluan?

Luna sadar bahwa, tubuh bernama Kemila ini sangatlah egois dan perfeksionis dalam bekerja. Namun, ia bisa mengerti mengapa Kemila melakukan perbuatan demikian.

Sekarang yang perlu ia lakukan sebagai Kemila hanyalah memperbaiki. Walau pasti susah, mengingat Kemila memiliki gengsi tinggi.

"Karna sekarang gue yang nepatin tubuh ini, jadi jalan ini gue yang nentuin dan sekarang panggil gue Kemila." Ambisi Luna .. akh maksudku Kemila dalam hati.

Ceklek...

Atensi Kemila seketika terkumpul melihat siapa yang datang.

"Ma.. af nyonya sa.. saya tidak bermaksud lancang." Sesal wanita berpakaian layaknya pelayan. Tak ingin berlama, pelayan segera berbalik dan pergi. Namun sebelum melangkah suara Kemila lebih dulu mendahului.

"Tunggu! Bantu saya keluar." Pinta Kemila karna tak mungkin lagi ia bisa memaksakkan kaki memarnya untuk berjalan.

"Baik nyonya" Saut pelayan rendah. Namun masih menampakkan rasa takut.

"Gue pikir bakal pria tampan yang datang, tapi apa ini? Aaaaa kenapa nggak kayak novel novel sih. Sebellll"

Setelah di tinggal pelayan tadi, langsung mendadak kamar hunian sepi ini menjadi ramai. Beberapa orang berdatangan dengan wajah khawatir berkalut takut.

Masih dengan pakaian tidur, wajah Kemila menatap para pekerja dan 2 perawat dengan wajah sebal.

Bagaimana bisa ia di biarkan begitu saja tanpa pengawasan padahal sebelum ini tubuh asli Kemila mengalami kecelakaan yang cukup parah. Dan setelah di izinkan untuk pulang oleh dokter, Kemila asli harus berada dalan pantauan.

"Keluar kalian sekarang." Titah Kemila pelan, bahkan jika mereka tidak fokus mustahil mendengar titah sang nyonya.

Berada dalam ruangan serba hitam membuat Kemila termenung. Wajah pucatnya nampak berkerut memikirkan sesuatu.

Di lain tempat.

Ruang panjang dengan gaya klasikal modern tengah memanas. Beradu argumen menghasilkan hasil maksimal.

Ceklek...

Suara pintu terbuka membuat semua mata ter arah pada asal suara. Dengan tergesa, pria muda berkacamata menghampiri satu pusat yang menjadi sumber di mana tempat ini memanas.

"Tuan, saya mendapat kabar dari orang rumah bahwa nyonya terjatuh di kamar mandi" Bisik pria berkacamata yang menjabat sebagai sekertaris sekaligus asisten pribadi dari seorang Ceo.

Tanpa menampilkan ekspresi keterkejutan, Alexander Lee bangkit dan pergi dari ruangan rapat tanpa memberikan kejelasan.

"Saya Ru, meminta maaf bahwa meeting kali ini akan di tunda untuk sementara. Untuk kejelasan waktu akan di informasikan mendatang. Termakasih." Tutur Ru ramah.

Setelah mendengar penuturan dari Ru membuat mereka semua bernafas lega. Dan mulai berberes beranjak pergi untuk menenangkan fikiran akibat pemanasan tadi.

"Huh, pak bos akhir akhir ini kenapa sih. Serem banget mukanya." Keluh Seina pada Ru yang di jawab oleh siulan angin dari Ac.

Liku itu Aku (kimsanyu2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang