Bab 12

481 38 2
                                    

"Holla." Sapa lembut keluar dari mulut manis Kemila, memiringkan kepala menatap orang di depannya bodoh.

"Ah, maaf! Selamat datang di toko bunga 'Ku'. Ada yang bisa kami bantu." Sapa perempuan memakai pakaian khas bertuliskan 'Ku' kikuk. Berdiri kemudian merapikan pakaiannya yang tak kusut.

"Tentu, bukankah itu saya kemari?" Balas Kemila sedikit kesombongan terkandung di dalamnya. Siapa suruh dia di abaikan. Sudah dari tadi ia mencari bahkan memanggil penjaga toko, namun tidak ada sautan ataupun respon. Dan lebih menjengkelkannya, perempuan ini, duduk sambil melamun. Oh hello, dia pelanggan di sini. 

"Baiklah, silahkan." Balas perempuan tersebut dengan ramah.

'Ups, sepertinya aku akan mendapat masalah yang besar.' Batin perempuan tersebut mengaruk tengkuk tak gatal.

Ting

Bunyi pintu menggema, nyaring pertanda bahwa ada yang masuk. Atensi tertarik begitu juga Kemila, membalikkan tubuh untuk segera melihat.

Semula,
"Rangkaikan itu" Tunjuk Kemila pada bunga mawar berwarna soft peach. Yang mana membuat pelayan wanita tersebut terkejut lalu segera melaksanakan permintaan Kemila.

Belum sampai menyentuh, intrupsi seseorang membuat pelayan wanita tersebut berhenti.

"Biar saya saja, kamu beristirahatlah."  
Pemuda itu tersenyum, lalu di balas pelayan wanita berkaca mata bulat dengan anggukan.

Cekatan itulah yang bisa menggambarkan sosok pemuda berpakaian hitam dengan sepatu kets putih.

"Ini pesanan anda Nona." Ucap pemuda itu menyerahkan pesanan Kemila.

"Pembayaran dapat anda lakukan di kasir." Lanjut Pemuda tersebut, namun lebih dulu kartu hitam sakti mandraguna Kemila menghentikan gerakan Pria itu untuk pergi.

Menerima dengan senyuman, pemuda tersebut melanjutkan diri ke arah kasir untuk memproses pembayaran.

Sambil menunggu, Kemila memilih untuk keluar. Menaruh bunganya begitu saja di meja, pilihan mata Kemila pada jalanan sepi sambil menopang dagu malas.

"Permisi, ini kartu anda Nona." Ucap Pemuda membuyarkan lamunan Kemila. Mendongak, Mata Kemila menatap tanpa minat kartu tersebut.

Karna tidak kunjung menerima kartu itu, sepertinya kesabaran pemuda ini setipis kertas. Dan dengan cepat pemuda tersebut meletakkan kartu hitam milik Kemila di atas meja dengan hati hati. Ingin membalikan tubuh, lagi lagi ia harus mengalah dengan pelanggannya ini.

"Duduk."
"Maaf?"
"Saya ingin bicara dengan anda 'LIU' "
Ucap Kemila dengan nada penuh perintah.

Menatap dengan tatapan selidik, "Maaf bagaimana anda bisa tau nama saya?" Ucap Liu kemudian mengambil duduk di depan Kemila.

"Kamu bodoh?" Ucap Kemila mengejek lalu jarinya menunjuk name tag yang terletak di kiri atas.

Menanggapi kebodohannya, Liu hanya menggaruk tengkuknya tak gatal. Lalu menatap perempuan di depannya dengan senyum jenaka.

"Club 'K' beri tahu aku semuanya." Ucapan to the point Kemila sontak membuat Liu tersentak kaget.

"Maaf?, apa yang anda tanyakan Nona. Saya tidak mengerti." Menetralkan rasa gugup, Lui memilih berpura pura tidak mengerti atas pertanyaan Kemila.

"Saya Kemila, berhenti berbelit. Cukup berikan saja saya informasi yang saya minta." Perintah Kemila, menunjukan i-pad miliknya pada Liu.

Liu yang melihat apa yang di tampilkan oleh layar agak kaget. Pasalnya, dari mana wanita berpakaian kasual ini mendapatkan akses informasi pribadi miliknya.

"Siapa anda, apa yang sebernarnya anda lakukan ini?" Tanya Liu menampilkan aura mencengkam. Memutar bola malas, Kemila menatap balik Liu dengan tampilan bodoh.

Menghela nafas, "Bukankah saya sudah memperkenalkan diri, lalu?"

"Jika anda memang menyusahkan bukankah setidaknya anda berguna walaupun sedikit?" Lanjut Kemila angkuh.

Brakk

Habis sudah kesabaran Liu untuk wanita di depannya ini. Memang dia menyukai wanita cantik namun jika yang seperti ini dia patut curiga.

"Wanita gila." Maki Liu kemudian beranjak pergi.

"Luna" Satu kata yang keluar dari mulut Kemila membuat emosi Liu memuncak. Berbalik Liu mencengkram leher Kemila dengan kuat.

"Apa maksudmu?" Mata Liu berkobar memancarkan kemarahan yang pekat.

Memutar bola malas, dengan susah Kemila mencoba berdiri. Cekikan Liu cukup kuat membuat Kemila kesusahan berdiri. Namun tak hilang akal, kaki kemila menendang bagian kaki bawah Liu. Berhasil membuat cengkraman mengendur tidak menyiakan momentum Kemila membanting Liu dengan keras ke jalan aspal.

Hah Hah Hah

Beruntung jalanan yang sepi tidak menarik perhatian sekitar.

Menormalkan pernafasan, Kemila menuju Liu. Tanpa aba aba Kemila meninju Liu dengan bruntal.

Buk Buk Buk

"Berhenti, dasar perempuan gila!" Maki Liu

"Kalau gue gila lo apa Hah? Dasar keparat. Lo mau bunuh gue?" Balas Kemila hilang sudah wibawa yang berusaha ia pertahankan dari tadi.

Berhenti

"Bangun" Perintah Kemila merapikan pakaianya lalu kembali duduk dengan tenang seolah tidak ada kejadian apapun.

Mendengus Liu dengan patuh duduk kembali ke tempat.

"Atony Q, Raja atau yang lainnya. Saya butuh semuanya." Teriak Kemila frustasi. Dia sudah lelah dengan rasa penasaran ini, meninggal dengan cara  tidak terduga semacam itu siapa yang bisa menerimananya.

"Temui saya di sini. Informasi semacam itu terlalu berbahaya untuk di bahas di tempat ini." Ucap Liu melirik pelan ke samping lalu berlalu pergi.

Mengerti, Kemila mengambil buket bunga beserta card hitam lalu beranjak meninggalkan tempat itu.

Berjalan cepat, Kemila mencoba menebalkan ingatan tentang arah dan jalan mana yang harus ia lewati.

Lorong demi lorong ia lewati sampai decitan mobil putih menghentikan laju Kemila. Ingin melanjutkan, tangan Kemila tertarik, dengan cepat tubuhnya berbalik lalu membentur dada bidang milik seorang pria.

Mengenal aroma yang biasa ia hirup, Kemila tidak memberontak justru sebaliknya ia mengeratkan pelukannya.

"Sudah puas jalan jalannya?" Tanya Alex dengan suara rendah. Tangan yang ia gunakan untuk menarik Kemila beralih tugas mengelus surai hitam istrinya.

Mendengar suara Alex, Kemila tau bahwa suaminya ini sedang menahan amarah.

"He'em, sudah. Aku senang." Ucap Kemila mendongak menatap wajah suaminya.

Menatap balik istrinya, perhatian Alex justru terfokus pada tanda merah melingkar seperti cekikan.

Mengurai pelukan "Apa ini?" Tanya Alex menahan marah. Alex tentu tidak bodoh untuk tidak tau bekas sialan apa itu.

Kaget, menutup leher Kemila menggeleng pelan "Bukan apa apa." Lalu kembali memeluk suaminya.

Tidak ingin menanyai lebih, Alex menggiring istrinya untuk segera masuk ke dalam mobil.

"Mas, pusing." Adu Kemila yang berada di pangkuan Alex.

"Mau kerumah sakit?" Tawar Alex di balas gelengan ribut istrinya.
Dengan lemas, Kemila lebih mendusalkan diri ke dalam pelukan hangat suaminya.

Mengelus sayang istrinya, air muka Alex berubah datar dan menatap lurus ke depan menyimpan sejuta emosi untuk segera di lepaskan.






Liku itu Aku (kimsanyu2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang