Bab 9

561 32 0
                                    

"Alexxxx turunin, turunin please... Aku malu. " Teriak Kemila, tubuh kecilnya meronta di atas pundak suaminya.

Ehm, sepertinya Kemila melupakan sesuatu. Bukankah dulu istrinya yang paling semangat ingin di gendong tanpa memperhatikan pelayan bahkan anaknya Zean. Dan panggilan macam apa itu, Alex sama sekali tidak menyukainya.

Plakkk, gemas Alex memukul pantat Kemila agar diam. Namun bukan diam, justru istrinya malah semakin meronta.

"Akh, apa kamu gila? Cepet turunin!"

"Jika kamu tidak diam, saya tidak yakin dengan tubuhmu." Ancam Alex dan langsung di turuti oleh kemila.

Sampai di kamar, Alex langsung membawa Kemila di kamar mandi guna membersihkan kaki istrinya yang kotor.

"Mau apa?" Tanya Kemila waspada setelah tubuhnya di letakkan di atas keloset.

"Mandi." Singkat Alex lalu mengambil sower guna mengisi bathtub untuk berendam.

"Sudah kan? Kamu bisa pergi dari sini."

"Tidak."

"Apa mak... Alexxx"

Tiga puluh menit kemudian

HACUUU... 

Srutttt...  Telaten Alex membersihkan ingus istrinya menggunakan tisu kering lalu membuangnya di tempat sampah kecil dekat nangkas.

"Sudah mendingan?" Tanya Alex meringis samar melihat keadaan Kemila yang terbungkus selimut tebal.

"Menurutmu?" Sarkas Kemila meringis pelan ketika ingin membalikkan tubuh.

"Tadi Ibu kesini." Ucap Kemila menceritakan apa yang terjadi.

"Hm?" Kernyit Alex menunggu kelanjutan cerita istrinya. Jujur saja ia sudah tau jika saja ibunya telah datang kerumah. Hanya saja, ini pertama kali nya semenjak ia sudah tidak lagi rukun Kemila kembali sedikit terbuka untuknya.

"Ya, Ibumu tadi datang. Dan dia ingin aku menceraikanmu lagi." Lanjut Kemila

"Apakah kamu pernah berfikir bahwa hubungan kita normal. Em maksudku, bukankah kita berdua sudah menikah lantas mengapa itu bukan atas kehendak kita, mengapa selalu ada pihak lain yang ikut campur tentang kita berdua. Bukankah hanya aku dan kamu dalam pernikahan ini lantas mengapa aku perlu berfikir menceraikanmu karna bujukan orang lain. Selalu terpojok dalam ceritaku sendiri itu tidak mengenakan Mas. Apakah aku benar perlu menyerah?" Entah dorongan dari mana Kemila mulai berani, mengambil satu langkah lebih besar untuk melampauinya.

"Istirahatlah" Ucap Alex merapikan selimut lalu mengecup sayang dahi istrinya.

Ceklekk

"Hah?" Respon macam apa itu?

Tuh kan malah buat over thinking jadinya.

Buntu, mengapa masih saja buntu mengoak serpihan demi serpihan ingatan di dalam otak ini. Padahal ia sangat membutuhkannya. Pasti ada petunjuk.

Ting

Apel termakan berbunyi, membangunkan Kemila dari lamunan panjangnya.

Dengan susah payah, ia mencoba menggapai ponsel pintar terletak di atas nangkas.

Hap,

Bukan Kemila melainkan jari tegas Zean yang lebih dulu menggapai dan memberikannya kepada sang pemilik.

"Terimakasih." Ucap Kemila menerima Ponsel pintar milik Kemila yang terdahulu.

Tidak menjawab, dengan sigap Zean membantu ibunya untuk berada di posisi ternyaman. Kemudian tidak lupa membenarkan satu bantal yang terletak di belakang agar ibunya nyaman untuk bersandar.

Liku itu Aku (kimsanyu2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang