Bab 14

129 4 0
                                    

Oh astaga, bangunkan Liu dari mimpi siang ini. Sambil menggigit jari gusar, Liu berusaha mengotak ngatik ponselnya guna menghubungi pemilik toko agar segera merespon panggilannya.

Dari arah sebrang tampak seseorang turun dari taxi. Dengan segera perempuan itu berlari ke arah punggung Liu.

"Liu.. " Lirih perempuan tersebut membuat Liu berbalik arah menatap Mis. Rika khawatir.

"Bisa kamu jelaskan ini Mis. Rika?" Tanya Liu berusaha tenang.

"Aku tidak tau, entahlah..." Jelas Mis. Rika terpotong sambil mengusap wajahnya kasar.

"Ya, aku mendapat telfon mendadak. Aku tidak tau.. Entahlah aku bingung sekarang dengan tokoku." Lanjut Mis. Rika pemilik sekaligus rekan kerja Liu kalut.

"Tenanglah.. Perlahan." Suruh Liu menepuk pelan pundak Mis. Rika agar lebih rileks.

Menatap nanar kawanan pekerja yang sedang membongkar

"Begini, pagi tadi aku mendapat telfon dari seseorang. Pemilik tanah sekaligus tempat yang aku sewa ini. Dia mengatakan bahwa aku harus segera pindah dari tempat ini karna akan di bangun bangunan lain. Aku tidak tau harus apa Liu, aku tak punya kuasa untuk menolak."

"Aku faham Mis. Rika, bisa kamu berikan nomor ponsel pemilik tempat ini. Biar aku yang bicara." Ucap Liu dan di beri anggukan oleh Mis. Rika.

Merogoh tas kecilnya, Mis. Rika segera mengambil ponsel dan menunjukkannya pada Liu.

"Baiklah Mis. Rika, lebih baik kamu segera mengurus bunga bunga ini sebelum layu. Biar aku yang bicara dengan pemilik tanah." Suruh Liu, kemudian sedikit menjauh agar ia bisa leluasa berbicara dengan pemilik tanah.

Meninggalkan Liu yang sedang mencoba menelfon pemilik tanah, Mis. Rika menghampiri para pekerja yang masih sibuk membereskan barang barang miliknya.

"Permisi."

"Bisakah kalian tidak mengganggu kami. Kami hanya bekerja di sini!" Hardik pekerja itu keras.

Menghela nafas "Hei!"

"Maaf, aku hanya ingin meminta kalian untuk mengantarkan barang ke alamat ini." Lanjut Mis. Rika lalu memberikan secarik kertas yang berisi alamat rumahnya.

Dan di terima oleh pekerja tersebut.

Meratapi sedih Mis. Rika hanya diam terpaku. Bagaimana bisa dalam sekejab. Inilah mimpinya, hidup sederhana dengan pekerjaan yang sangat ia suka. Dia hanya ingin membuktikan bahwa pilihan hidupnya tidak salah.

"Bagaimana Liu?" Tanya Mis. Rika penuh harap.

Menatap Mis. Rika dalam, Liu menggelengkan kepala pelan sebagai jawaban.

Di lain tempat

Bruakkk

"Kak, bagaimana bisa pestaku di tunda begitu saja. Aku marah, aku kesal padamu!" Teriak Surane menunjuk pria yang sedang duduk santai membaca laporan yang di berikan oleh pegawainya.

Bersedekap tangan, mukanya melencos sombong sambil mengetukkan sebelah kakinya tak sabar.

Menghela nafas pelan, di letakkan laporan itu perlahan.

"Bisa pelankan suaramu, itu tidak sopan. Dan mengapa tidak bisa? " Tanya Alex santai lalu menatap istrinya yang masih tertidur tenang. Mungkin karena begitu kelelahan membuat suara cempreng Surane tidak begitu terdengan oleh Kemila.

"Apa! Ini pestaku dan bukan pestamu! Bagaimana bisa kamu yang lebih berhak menundanya. Ini tidak adil!!" Marah Surane, tidak memperdulikan suaranya yang mengganggu orang lain.

Melengguh pelan, Kemila merasa sedikit terusik. Namun, elusan lembut di punggungnya membuatnya nyaman kembali.

"Keluarlah." Suruh Alex pelan, namun tangan nya tidak berhenti mengelus punggung istrinya.

Menahan kata yang ingin keluar, Surane memilih untuk pergi.

"Akkhh" Teriak Ru, mendapati kaki nya di pijak keras oleh Surane yang menggunakan heels tinggi.

"Apa!" Pekik Surane menatap garang Ru yang tengah berusaha menggapai kakinya sendiri.

"Dasar menyebalkan!!" Lanjut Surane berlalu pergi meninggalkan kantor milik Kakaknya.

'Dasar wanita' Batin Ru sabar sembari mengelus kakinya.

Tok Tok Tok

"Permisi Tuan, saya ingin memberikan laporan terkait pembangunan besok." Ucap Ru sopan.

"Hm,  letakkan di meja. Bagaimana dengan toko itu Ru?" Tanya Alex dingin tanpa mengalihkan pandangannya dari Kemila.

"Sudah saya bereskan Tuan." Balas Ru singkat.

"Baiklah, kamu bisa pergi."

"Baik Tuan." Balas Ru, meninggalkan ruangan bosnya.

"Hoam... Haus." Lirih Kemila yang terbangun dari tidurnya.

"Minumlah" Ucap Alex, membantu posisi istrinya duduk. Dengan telaten, Alex membantu Kemila minun. 

"Sudah, terimakasih." Ucap Kemila, memeluk suaminya erat.

"Mau makan?" Tawar Alex, mengelus surai hitam istrinya.

"Belum lapar, Em..  Toko apa yang kamu bereskan. Aku mendengar pembicaraanmu dengan Ru barusan." Tanya Kemila tanpa melepas pelukan.

"Bukan apa apa. Kamu tidak perlu memikirkan nya." Balas Alex lembut.

"Huft, baiklah.. "


Liku itu Aku (kimsanyu2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang